Kota Yogyakarta, Hutan Visual Baru

pendidikan. 2 Namun usaha ini ternyata kurang berhasil karena belum bisa mengurangi jumlah corat-coret di jalanan. Adapun dampak yang terjadi malah sebaliknya; pelajar atau anak muda yang belum pernah mencorat-coret di jalan menjadi tergerak ingin mencoba. Masyarakat Yogyakarta di sepanjang tahun 2002 – 2004 banyak membuat mural sebagai upaya mengurangi grafiti di tembok-tembok sekitar lingkungannya. Hal itu terjadi sebagai dampak dari sebuah projek mural kota yang dikembangkan oleh Apotik Komik dan Pemda Yogyakarta yang dimulai pada tahun 2002. Kegiatan ini dapat disebut sebagai fenomena hubungan kekuasaan yang kemudian mampu mendorong masyarakat secara massal mempunyai persepsi keindahan yang sama.

B. Mural dan Apotik Komik

Mural adalah gambar atau lukisan pada dinding, langit-langit ruang, atau tempat permanen dengan ukuran yang besar. Mural menjadi pembahasan yang serius dalam dunia seni rupa setelah adanya gerakan The Mexican Muralista Art Movement yang dipelopori oleh Diego Rivera, David Siqueiros dan Jose’ Orozco. Banyak teknik yang digunakan dalam perwujudan mural, tetapi yang paling terkenal adalah teknik fresco. Mural masa kini dilukis dengan berbagai macam variasi teknik yang menggunakan cat berbasis air atau minyak, bahkan ada pula yang memanfaatkan teknik digital komputer; sebuah foto bisa diolah lalu dicetak pada kertas stiker besar, sebelum akhirnya ditempel pada dinding. 3 Perkembangan mural di Yogyakarta mengalami kemajuan yang cukup pesat setelah Apotik Komik menjalankan sejumlah projek mural di beberapa ruang publik Yogyakarta. Pada tahun 1997, Apotik Komik mulai mempelopori pembuatan mural. Karya mereka yang pertama adalah sebuah mural berukuran 3 x 6 meter yang berjudul Melayang. Mural 2 Arsip Kegiatan Sema FSR ISI Yogyakarta 1993-1995, waktu itu diketuai Satya Bramantyo. 3 http:rp murals:home.att.net diakses 12 April 2007. yang dibuat di daerah Nitiprayan, Yogyakarta, ini bertemakan komik dan dibuat dengan menggunakan paduan cat tembok dan akrilik. Gambar 20. Melayang 3 x 6 m oleh Apotik Komik, 1997. Foto diambil dari buku: Supangkat, Jim ed, 2000 Outlet ,Yayasan Cemeti, Yogyakarta Apotik Komik adalah sebuah organisasi seniman yang didirikan pada tahun 1997. Sebagai penggagasnya adalah Samuel Indratma, Popok Tri Wahyudi, Bambang ‘Toko’ Witjaksono dan Arie Diyanto. Ide pembentukan organisasi ini berawal dari kegelisahan dan kejenuhan sejumlah seniman pada pendidikan formal mereka, juga pada kondisi penciptaan karya seni di luar kampus yang marak dengan performance art, instalasi dan karya lain yang dianggap terlalu serius. 4 Dalam berkarya, Apotik Komik sering mengangkat komik sebagai tema lukisan untuk kemudian ditampilkan di ruang publik. Menurut Harsono, alasan yang mendorong para seniman Apotik Komik tampil di depan publik berawal dari kesulitan mereka menembus institusi seni yang mau menampilkan hasil karya mereka. Keterbatasan bernegoisasi dengan pemilik galeri dan untuk tampil serta berkomunikasi secara formal. Hal itulah yang mendorong para seniman tersebut tampil di depan publik tanpa harus 4 FX Harsono. 2002. “Kerakyatan dalam Seni Lukis Indonesia: Sejak Persagi hingga Kini”, dalam: Politik dan Gender, Aspek-aspek Seni Visual Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti. p.81. melalui jalur formal, yaitu galleri. 5 Dengan demikian, mereka berpendapat bahwa ruang pamer bukanlah satu-satunya tempat untuk memamerkan karya, melainkan bisa berpameran di mana saja. Pada tahun 2002, Apotik Komik mengajukan proposal kerja sama kepada Pemkot Dati II Yogyakarta untuk menghias dan memperindah kota melalui sebuah projek mural. Dalam projek ini, mereka akan menghias sejumlah tembok kota di beberapa kawasan penting dengan mural, yang bertujuan untuk menghilangkan, mencegah, dan mengurangi corat-coret grafiti yang dianggap belum terlihat mempunyai kualitas visual dan tulisan yang menarik. Adapun hal yang melatarbelakangi dicetuskannya projek tersebut adalah kegelisahan para seniman Apotik Komik melihat wajah kota yang tampak kumuh karena berhias corat-coret liar. 6 Gambar 21. Projek mural Sama-sama oleh Nano Warsono, 2002. Lokasi: jembatan layang Lempuyangan. Foto : Dok. Yayasan Seni Cemeti 5 Ibid. p.82 6 Lih. tulisan dari redaksi pada Tabloid Dipublik, 12 November 2002, diterbitkan oleh Apotik Komik pada Proyek Mural Kota Sama-sama.