11
a. Diuretik merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium dan meningkatkan ekskresi garam dan air, salah satu jenis obat dari golongan ini adalah thiazide Porth and Matfin,
2009. b.
Penghambat β-adrenergik β-adrenergic blockers merupakan golongan obat yang bekerja pada reseptor β-adrenergik jantung dan mengakibatkan
penurunan denyut jantung dan kardiak output Porth and Matfin, 2009. c.
ACE inhibitor merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan menghambat proses pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II,
dimana penurunan angiotensin II juga mengakibatkan penurunan vasokonstriksi, jumlah aldosteron, kecepatan aliran darah dalam ginjal, dan
kecepatan filtrasi glomerulus Porth and Matfin, 2009. d.
Calcium Channel Blocker merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan secara langsung menurunkan kardiak output dan detak
jantung, mengurangi kardiak output dengan mengurangi aliran balik pembuluh vena dan menghambat kalsium transport melewati membran sel
atau respon vaskuler terhadap angiotensin Porth and Matfin, 2009. e.
Antagonis α
1
-adrenoreseptor merupakan golongan obat antihipertensi yang bekerja dengan memberi umpan balik negatif untuk mengurangi aliran
simpatik dari neuron presinaptik simpatik di sistem saraf pusat Porth and Matfin, 2009.
f. Vasodilator langsung pada otot halus merupakan golongan obat
antihipertensi yang bekerja dengan menginduksi penurunan resistensi
12
vaskuler dengan merelaksasi otot halus vaskuler yaitu pada arteriola Porth and
Matfin, 2009.
D. Pengendalian
Pengendalian darah merupakan kondisi di mana seseorang yang menderita hipertensi dan melakukan terapi dapat menurunkan tekanan darahnya sampai
dibawah dari 14090 mmHg. Pengendalian tekanan darah merupakan hal yang sangat penting bagi penderita hipertensi. Pengendalian tekanan darah dapat
dilakukukan dengan melakukan beberapa hal, antara lain mulai menjalani pola hidup sehat serta melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin dan berkala di
tempat layanan kesehatan dan di rumah Kartikasari, 2012. E.
The Rule of Halves
Secara tradisional, kesadaran, terapi dan kontrol hipertensi dapat ditunjukkan dengan
“The Rule of Halves”. Teori ini menggambarkan setengah dari responden mengalami hipertensi, setengah dari responden yang mengalami
hipertensi mendapatkan terapi, dan setengah dari responden yang mengalami hipertensi dan mendapatkan terapi merupakan responden hipertensi yang
terkontrol Danon-Hersch, 2009. Menurut Hypertension Practice Guidelines for Primary Care Physicians,
definisi “The Rule of Halves” adalah setengah dari keseluruhan sampel
terdiagnosa menderita hipertensi, seperempat dari keseluruhan penderita hipertensi menyadari kondisi hipertensi yang mereka alami, dan seperdelapan dari
keseluruhan penderita hipertensi telah melaksanakan kontrol yang teratur dan memperoleh terapi yang sesuai WHO, 1999.
13
F. Faktor Penyebab Hipertensi
Faktor risiko yang dapat mengakibatkan hipertensi diantaranya adalah faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga serta
etnis, serta ada faktor yang dapat di kontrol seperti konsumsi garam, konsumsi lemak, merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik Black dan Hawks, 2005.
Faktor jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Laki-laki berisiko lebih besar menderita hipertensi
dibandingkan dengan perempuan pada umur di bawah 55 tahun Black dan Hawks, 2005.
Tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya umur, sehingga kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya
penderita hipertensi adalah orang-orang yang berumur 40 tahun ke atas, namun tidak menutup kemungkinan orang yang berumur lebih muda juga dapat
menderita hipertensi Beevers et al., 2002. Beban kerja juga dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi. Jam kerja
yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Dalam satu minggu seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu akan muncul
kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, stress dan tubuh menjadi tidak fit dan sakit. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang
singkat Beevers et al., 2002. Pekerjaan dapat menyebabkan seseorang menjadi stress dan berisiko
menjadi penyakit hipertensi berat. Seseorang yang bekerja dengan penuh tekanan akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi. Pria yang memiliki pekerjaan