Patogenesis Diagnosis Pengobatan Faktor – Faktor Risiko Kecacingan Pada Petani Di Desa Katepul Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014

hospes, akan terjadi lung migration, dan selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus penderita. 3. Siklus hidup tidak langsung. Larva rabditiform bersama tinja penderita jatuh ke tanah, berkembang menjadi dewasa yang hidup bebas free living di tanah, lalu melahirkan larva larva rabditiform. Larva rabditifrom ini di tanah tumbuh menjadi larva filariform yang infektif menembus kulit hospes, diikuti terjadinya lung migration, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus penderita.

b. Patogenesis

Kelainan patologis disebabkan oleh larva mapun oleh cacing dewasa. Larva cacing pada waktu menembus kulit, menimbulkan dermatitis disertai urtikaria dan pruritus. Jika larva yang mengadakan migrasi paru banyak jumlahnya, maka dapat menimbulkan pneumonia dan batuk darah. Cacing dewasa yang berada di dalam mukosa usus dapat menimbulkan diare yang beradarah yang bisa disertai lender. Infeksi ringan dengan stronglyoides pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya karena tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah; diare dan konstipasi saling bergantian. Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang hidup sebagai parasit dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan diberbagai alat dalam paru, hati, kandung empedu. Sering ditemukan pada orang orang yang mengalami gangguan imunitas dan dapat menimbulkan kematian. Universitas Sumatera Utara Pada pemeriksaan darah mungkin ditemukan eosinofilia atau hiperesinofilia meskipun pada banyak kasus jumlah sel eosinofil normal.

c. Diagnosis

Diagnosis klinis tidak pasti karena strongiloidiasis tidak memberikan gejala klinis yang nyata. Diagnosis pasti ialah menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodemum. Biakan tinja selama sekurang kurangnya 2 x 24 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa Strongyloides stercoralis yang hidup bebas.

d. Pengobatan

Dahulu tiabendazol merupakan obat pilihan dengan dosis 25 mg per kg berat badan, satu atau dua kali sehari selama 2 atau 3 hari. Sekarang albendazol 400 mg satudua kali sehari selama tiga hari merupakan obat pilihan. Mabendazol 100 mg tiga kali sehari selama dua atau empat minggu dapat memberikan hasil yang baik. Mengobati orang yang mengandung parasit, meskipun kadang-kadang tanpa gejala adalah penting mengingat dapat terjadi autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan mencegah terjadinya konstipasi.

e. Prognosis