Pengobatan Pencegahan Habitat Siklus hidup Pathogenesis dan gejala klinis

- Gejala bronchitis: batuk, kadang kadang dahak berdarah. Diagnosis banding untuk infeksi cacing tambang adalah penyakit penyakit: - Penyebab lain anemia - Tuberculosis - Penyebab gangguan perut lainnya Pemeriksaan darah menunjukkan gambaran: - Hemoglobin, menurun 11,5gdl wanita 13,5 gdl pria. - MCHC Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration, kurang dari 31-36 gdl. Pemeriksaan sumsum tulang, menunjukkan gambaran hiperplasi normoblastik. Pada hapusan darah, terdapat gambaran : - Hipokromik mikrositer - Terdapat leukopeni dengan limfositosi relative. Jumlah leukosit kurang dari 4.000ml. - Eosinofilia, dapat mencapai 30. - Anisositosis, atau poikilosotosis

g. Pengobatan

Pengobatan ditujukan untuk mengatasi anemia maupun untuk memberantas cacingnya, yaitu : 1. Terapi anemia menggunakan preparat besi, yang diberikan per oral atau parenteral. 2. Folic acid diberikan, bila terjadi anemia megaloblastik. Universitas Sumatera Utara 3. Obat cacing yang diberikan per oral yaitu mebendazol, albendazol, levamisol, dan pyrantel. a. Mebendazol: dosis dewasa dan anak berumur di atas 2 tahun, 2 x 100 mg hari selama 3 hari. Jika perlu dapat diulang sesudah 3 minggu. b. Albendazol, dosis tunggal 400 mg. c. Lavemisol, terutama jika terjadi infeksi ganda dengan askariasis. Dosis tunggal dewasa, 120 mg dan dosis tunggal anak 2,5 mgkg berat badan. d. Pyrantel, dosis tunggal 10 mgkg berat badan.

h. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi, dilakukan: 1. Pengobatan massal dan perorangan dengan obat cacing 2. Pendidikan kesehatan: membuat jamban yang baik, dan berjalan di tanah selalu menggunakan alas kaki Soedarto, 2008

i. Epidemiologi

Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, terdapat infeksi lebih dari 70. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun diberbagai daerah tertentu penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur pasir,humus dengan suhu optimum untuk N.americanus 28 -32 C, sedangkan untuk A.duodenale lebih rendah 23 - 25 C. pada umumnya A.duodenale lebih kuat. Untuk menghindari infeksi, antara lain adalah dengan memakai sandal atau sepatu Gandahusada, dkk, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Trichuris trichiura a.

Nama umum Karena bentuknya mirip cambuk, cacing ini sering disebut sebagai cacing cambuk whip worm.

b. Habitat

Cacing dewasa melekat pada mukosa usus penderita, terutama di daerah sekum dan colon, dengan membenamkan kepalanya di dalam dinding usus. Kadang kadang cacing ini ditemukan hidup di apendiks dan ileum bagian distal.

c. Siklus hidup

Infeksi terjadi jika manusia menelan telur cacing yang infektif, sesudah telur mengalami pematangan di tanah dalam waktu 3 – 4 minggu lamanya. Di dalam usus halus dinding telur pecah dan larva cacing keluar menuju sekum lalu berkembang menjadi cacing dewasa. Satu bulan sejak masuknya telur infektif ke dalam mulut, cacing dewasa yang terjadi sudah mulai mampu bertelur. Cacing dewasa dapat hidup beberapa tahun di dalam usus manusia.

d. Pathogenesis dan gejala klinis

Cacing dewasa yang menembus dinding usus menimbulkan trauma dan kerusakan pada jaringan usus,. Selain itu cacing menghasilkan toksin yang menimbulkan iritasi dan peradangan. Pada infeksi ringan dengan beberapa ekor cacing, tidak nampak gejala atau keluhan penderita. Tetapi pada infeksi berat, penderita akan mengalami gejala dan keluhan berupa - Anemia berat dengan hemoglobin yang dapat kurang dari tiga persen Universitas Sumatera Utara - Diare berdarah - Nyeri perut - Mual dan muntah - Berat badan menurun - Kadang kadang terjadi prolaps dari rectum yang melalui pemeriksaan proktoskopi dapat dilihat adanya cacing cacing dewasa pada kolon atau rektum penderita Pemeriksaan darah pada infeksi yang berat, hemoglobin dapat berada di bawah 3 g dan menunjukkan gambaran eosinofilia eosinofil 3. Pemeriksaan tinja dapat menemukan telur cacing yang khas bentuknya. Pada tahun 1976, bagian parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan trikuriasis berat, semuanya menderita diare yang menahun selama 2-3 tahun. Kini kasus berat trikuriasis tidak pernah dilaporkan lagi di Jakarta. Infeksi berat Trichus trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala; parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja urin.

e. Diagnosis