Faktor Risiko Kesehatan Kerja Petani

pada pekerja yang mengalami kebisingan. Para petani yang menderita keracunan insektisida tingkat sedang hingga tinggi. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan juga diderita oleh petani, seperti sakit pinggang karena alat cangkul yang tidak ergonomis, gangguan kulit karena sinar ultraviolet ataupun agrokimia. Penggunaan agrokimia merupakan faktor risiko penyakit yang paling sering dibicarakan. Kondisi kesehatan awal tenaga kerja akan memperburuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya. Penderita anemia akan kekurangan gizi disebabkan kecacingan disawah atau perkebunan ataupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk karena keracunan organofosfat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, ternasuk penyakit infeksi yang diakibatkan bakteri, virus maupun parasit. Penyakit malaria, cacing tambang dan leptospirosis misalnya, selain dapat dianggap sebagai penyakit yang merupakan bagian dari kapasitas kerja atau modal awal untuk bekerja, juga dapat dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.

2.3.4. Faktor Risiko Kesehatan Kerja Petani

Seorang petani yang memiliki derajat sosial ekonomi rendah akan bertempat tinggal pada pemukiman kumuh tanpat sanitasi yang memadai. Kapasitas kerja gizi rendah, diare karena kurang air bersih, akibatnya akan mudah mengalami sakit sakitan. Petani Indonesia pada umumnya tidak memerlukan transportasi untuk menuju tempat pekerjaannya. Namun, bagi petani perkebunan atau tenaga kerja perkotaan yang memerlukan waktu lama menuju tempat kerjanya, maka kualitas dan kapasitas Universitas Sumatera Utara kerjanya akan berkurang. Terlebih lagi bagi tenaga kerja yang menggunakan sepeda motor yang harus exposed terhadap pencemaran udara dan kebisingan jalan raya, tentu akan menimbulkan beban yang lebih berat. Mengacu kepada teori kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja, maka risiko kesehatan petani yang ditemui di lapangan pekerjaannya sebagai berikut: 1. Mikro organisme : faktor risiko yang memberikan kontribusi terhadap kejadian penyakit infeksi, parasit, kecacingan maupun malaria. Penyakit kecacingan dan malaria selain merupakan ancaman kesehatan sebagai modal awal juga merupakan faktor risiko pekerjaan petani karet, perkebunan lada, dan lain lain. Berbagai faktor risiko yang menyertai leptospirosis, gigitan serangga, dan binatang berbisa. 2. Faktor lingkungan kerja fisik: sinar ultraviolet, suhu panas, suhu dingin, cuaca, hujan, angin dan lain lain. 3. Ergonomi: yakni kesesuaian alat dengan kondisi fisik petani seperti cangkul, traktor, dan alat alat pertanian lainnya. 4. Bahan kimia toksik: agrokimia, seperti pupuk, herbisida, akarisida dan pestisida Achmadi, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.4. Faktor-Faktor Penyebab Kecacingan

2.4.1. Higiene Perorangan

Higiene perorangan kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan Potter,2005. Kebersihan diri meliputi:

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan paling pertama member kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan sehat harus selalu memperhatikan: 1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri. 2. mandi minimal 2x sehari. 3. mandi memakai sabun. 4. menjaga kebersihan pakaian. 5. makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. menjaga kebersihan lingkungan

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan kesan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Universitas Sumatera Utara