1.2. Perumusahan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa sajakah yang menjadi faktor-faktor risiko kecacingan
pada petani di Desa Katepul Kecamatan Kabanjahe tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor faktor risiko kecacingan pada petani di Desa Katepul Kecamatan Kabanjahe.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui personal Higiene pada petani di Desa Katepul.
2. Untuk mengetahui pengetahuan petani tentang kecacingan.
3. Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri oleh petani di Desa
Katepul. 4.
Untuk mengetahui masa kerja petani. 5.
Untuk mengetahui kejadian kecacingan pada petani di Desa katepul melalui pemeriksaan feses di laboratorium.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi petani agar
memperhatikan higiene perorangan dan pemakaian APD agar tidak terinfeksi cacing.
2. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo agar
memberikan penyuluhan bagi petani tentang pentingnya pemakaian alat pelindung diri untuk mencegah kecacingan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kecacingan
Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit endemik dan kronik disebabkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan,
tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Cacing yang populer saat ini adalah cacing
gelang Ascaris lumbricoides, cacing kremi Axyuris vermicularis, cacing pita Taenia solium, dan cacing tambang Ancylostoma duodenale.
2.2. Epidemiologi soil transmitted helminthes
Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar menatoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Diantara
nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted helminthes” yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, Strongyloides sterocoralis dan beberapa spesies Trichostrongylus Gandahusada,
dkk, 2006.
2.2.1. Ascaris Lumbricoides a.
Nama umum
Manusia merupakan satu satunya hospes Ascariasis lumbricoides. Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis.
Universitas Sumatera Utara
b. Habitat
Cacing dewasa terdapat di dalam usus halus, tetapi kadang kadang dijumpai mengembara di bagian usus lainnya, hospes definitifnya adalah manusia, tetapi
diduga dapat merupakan penyakit zoonosis yang hidup pada usus babi.
c. Siklus hidup
Telur cacing yang telah dibuahi yang keluar bersama tinja penderita, di dalam tanah yang lembab dan suhu yang optimal akan berkembang menjadi telur infektif,
yang mengandung larva cacing. Infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif ke dalam mulut melalui maknanan atau minuman yang tercemar tanah yang
mengandung tinja penderita askariasis. Dalam usus halus bagian atas dinding telur akan pecah sehingga larva dapat keluar, untuk selanjutnya menembus dinding usus
halus dan memasuki vena porta hati. Bersama aliran darah vena, larva akan beredar menuju jantung, paru paru, lalu menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli.
Masa migrasi ini berlangsung sekitar 15 hari. Dari alveoli larva cacing merangkak ke bronki, trakea dan laring, untuk
selanjutnya masuk ke faring, usofagus, turun ke lambung akhirnya sampai ke usus halus. Sesudah berganti kulit, larva cacing dalam darah tersebut disebut “lung
migration”. Seekor cacing betina mulai mampu bertelur, yang jumlah produksi telurnya dapat mencapai 200.000 butir per hari.
d. Cara Infeksi