Peran Kepemimpinan dalam Implementasi Beyond Budgeting

2003. Hal ini dicapai dengan menjadikan karyawan mampu, berkomitmen, dan diberdayakan di garis depan. Dengan begitu, melalui proses pengembangan, pemimpin transformasional memberdayakan bawahan sehingga membantu bawahan menjadi individu yang lebih mandiri dan kompeten mencapai aktualisasi diri dan memiliki tingkat moralitas yang lebih tinggi dalam mengejar hasil yang bernilai Popper dan Mayseless, 2003. Scott dan Bruce 1994 dalam Cheung dan Wong 2011 menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan faktor situasional yang berpengaruh kuat pada kreativitas. Gumusluoglu dan Ilsev 2009 dalam Cheung dan Wong 2011 juga menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional, khususnya, telah dikaitkan erat dengan kreativitas bawahan pada tingkat individu. Hal ini karena ketika bawahan bekerja dalam pekerjaan jasa yang tidak secara eksplisit mengharuskan mereka untuk datang dengan ide-ide dan layanan yang sangat baru, pemimpin transformasional dapat menginspirasi bawahan untuk melampaui kemampuan mereka untuk menyediakan layanan yang lebih baik atau cara yang lebih baik menyelesaikan tugas-tugas mereka. Hasil penelitian Cheung dan Wong 2011 menunjukkan hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan kreativitas bawahan lebih kuat ketika ada perhatian tinggi dari tugas dan hubungan dukungan pemimpin. Dalam hal ini, kreativitas bawahan termasuk dalam prinsip akuntabilitas untuk hasil yang dinamis sedangkan dukungan pemimpin termasuk dalam prinsip kepemimpinan yang mendukung dari prinsip-prinsip beyond budgeting yang diperlukan dalam implementasi beyond budgeting. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ozaralli 2003 menyatakan bahwa konsep kepemimpinan menarik perhatian tinggi dari ilmuwan sosial untuk beberapa dekade. Saat ini, fokus kepemimpinan bergeser dari model kepemimpinan tradisional atau transaksional ke sebuah gaya baru teori kepemimpinan, dengan penekanan pada kepemimpinan transformasional, yang sering diistilahkan sebagai visioner, karismatik, atau kepemimpinan baru. Studi dalam gaya kepemimpinan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai hubungan positif terhadap kepuasan karyawan dan pada perilaku dalam peran yang merupakan prestasi kerja. Kepemimpinan transformasional juga terkait pada hasil seperti efektivitas kepemimpinan, inovatif, perbaikan kualitas, dan peringkat subjektif dan objektif kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berkontribusi terhadap pemberdayaan diri yang dilaporkan karyawan dan sebagian besar karyawan yang tergabung dalam tim kerja merasakan pemberdayaan tim, yang lebih efektif dari tim yang ada sebelumnya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pemikiran Bass dan Riggio 2006 bahwa pemimpin transformasional memotivasi orang lain untuk melakukan lebih dari yang awalnya ditujukan mereka dan bahkan lebih daripada yang mereka mungkin pikirkan. Mereka menetapkan ekspektasi yang lebih menantang dan biasanya mencapai kinerja yang lebih tinggi. Pemimpin transformasional juga cenderung memiliki bawahan yang lebih berkomitmen dan merasa puas. Selain itu, pemimpin transformasional memberdayakan bawahan dan memperhatikan kebutuhan masing-masing dan pengembangan pribadi, membantu bawahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengembangkan potensi kepemimpinan mereka sendiri. Hasil dari kepemimpinan transformasional berkaitan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam beyond budgeting sehingga dapat dikatakan bahwa implementasi beyond budgeting memerlukan pemimpin yang efektif, inovatif, berkualitas, dan objektif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki peran dalam implementasi beyond budgeting. Firnanti 2011 menyatakan bahwa beyond budgeting memberikan suatu model yang adaptif dan terdesentralisasi. Model ini mempromosikan model baru kepemimpinan yang mendorong persaingan sehat dalam organisasi, yang pada akhirnya akan menciptakan peningkatan kinerja anggota organisasi dan kepuasan bagi pelanggan. Model baru kepemimpinan ini didasarkan pada prinsip pemberdayaan manajer dan karyawan, serta proses manajemen yang mampu beradaptasi.

F. Kerangka Penelitian

Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran merupakan hasil negosiasi antaranggota organisasi yang dominan, dan mencerminkan konsensus organisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan. Selain itu, anggaran juga dapat mempengaruhi dan memotivasi manajer maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi Ikhsan dan Ishak, 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Suatu sistem akan bertransformasi ketika tipe sistem itu diperkirakan menjadi berubah Ackoff, 1999. Misalnya, dalam penelitian yang akan dilakukan terkait kesiapan perusahaan untuk mengubah sistem penganggarannya dari sistem penganggaran tradisional menjadi beyond budgeting. Dalam mengimplementasikan beyond budgeting, sebuah perusahaan membutuhkan para pemimpin yang memiliki perilaku kepemimpinan yang kuat dan konsisten Hope dan Fraser, 2003. Dengan begitu, seorang pemimpin transformasional adalah seseorang yang dapat mendorong dan memfasilitasi pembuatan visi yang menggerakkan suatu sistem yang bertransformasi. Firnanti 2011 menjelaskan bahwa agar dapat berhasil, implementasi beyond budgeting harus dilakukan dengan memberikan pemahaman yang jelas dalam melakukan perubahan dengan menjelaskan semua keunggulan yang akan diperoleh. Manajer harus dapat memutuskan dengan hati-hati tingkat desentralisasi yang memungkinkan untuk dilakukan dalam organisasi mereka, serta perlu ada sebuah kerangka kerja dengan prioritas dan batasan yang jelas. Manajer juga perlu mengembangkan etos kerja yang didasarkan pada persaingan sehat dalam mencapai kesuksesan dengan memberikan kebebasan bagi anggota kelompok lini depan untuk mengambil keputusan. Dengan demikian, kepercayaan dan keterbukaan dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Implementasi beyond budgeting pada lembaga keuangan bank di Indonesia seringkali dipandang sebagai suatu hal di luar kebiasaan sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyebabkan manajemen bank enggan untuk mengimplementasikannya. Pada kondisi seperti ini, kehadiran seorang pemimpin dibutuhkan dengan membawa konsep dan paradigma yang jelas sehingga dapat memotivasi, mengarahkan, dan memberikan pemahaman arti penting implementasi beyond budgeting , yaitu mengenai prinsip kinerja manajemen dan kepemimpinan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan dan pengendalian keuangan dalam bank. Bank sebagai lembaga keuangan tampaknya perlu mengimplementasikan konsep beyond budgeting karena diharapkan mampu membantu bank secara penuh untuk mewujudkan tujuan bank dalam mempertahankan seluruh komitmennya baik dengan pihak internal maupun eksternal. Dengan begitu, jelas akan terbukti kekuatan yang dimiliki bank dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat dan membutuhkan strategi-strategi tertentu dalam melawan berbagai perubahan. Kepemimpinan transformasional dalam implementasi beyond budgeting merupakan hal penting yang perlu dimiliki oleh manajemen perusahaan sebagai upaya perubahan perilaku yang lebih mendukung kinerja perusahaan. Dalam hal ini, manajer dituntut untuk terus berkolaborasi dengan bawahan dalam memberikan input atau informasi atas setiap tindakan yang hendak dijalankan. Peneliti menganggap kepemimpinan transformasional dalam implementasi beyond budgeting pada suatu organisasi sangat penting mengingat aspek ini dipengaruhi oleh berbagai dimensi ilmu di luar akuntansi seperti psikologi dan aspek perilaku. Berdasarkan hal tersebut, kerangka penelitian dalam penelitian ini dibuat sebagai berikut: