Informan Tempat dan Lokasi

6. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 2-9 Februari 2015. Wawancara dilakukan pada sore hari mengingat informan hanya memiliki waktu senggang di sore hari. Rata-rata waktu wawancara selama satu jam.

H. Hasil Penelitian

1. Informan F 31

Bpk F 31 memaknai perkawinan sebagai beban. Hal ini disebabkan oleh tuntutan yang begitu besar dalam perkawinan masyarakat Manggarai. Tuntutan yang dimaksud ialah nilai paca sebagai mahar pernikahan yang tidak menentu dalam penerapannya. Pergeseran dari pemanfaatan kearifan lokal ternak sebagai mahar menuju penggunaan uang memicu perkawinan di Manggarai memberatkan. Bpk F 31 mengungkapkan dalam beberapa pengalaman, perkawinan memang membutuhkan perjuangan. Membangun rumah tangga tidak begitu saja mudah. Orang yang memilih untuk menikah tentu harus memiliki modal —uang. Dalam adat Manggarai akhir-akhir ini, kebanyakan perjuangan yang terjadi bukan untuk membangun dan mempertahankan eksistensi keluarga barunya. Keluarga baru bekerja untuk mendapatkan uang demi membayar utang-utang pernikahan. Minimnya persiapan modal memaksa calon pengantin meminjam sejumlah uang ke berbagai ragam pihak; bisa keluarga, kenalan, bahkan bank. Faktor lain yang mempengaruhi perkawinan di Manggarai yang memberatkan adalah tujuan perkawinan yaitu untuk mempersatukan keluarga besar kedua belah pihak yang tentunya bukanlah hal yang gampang. Syarat perkawinan juga sangat mempengaruhi kehidupan perkawinan di Manggarai. Penerapan paca seperti di atas tidak sejalan dengan syarat perkawinan masyarakat Manggarai saat ini. Bpk F 31 juga mengungkapkan bahwa saat ini orang Manggarai lebih mementingkan upacara yang tidak terlalu mendesak seperti pesta. Pesta ini yang akan mengundang orang banyak akan menambah biaya belis. Makanya belis di Manggarai sangat besar.

2. Informan J 35

Menurut Bpk J 35, perkawinan di Manggarai merupakan beban yang berat. Bpk J 35 merasa terbebani karena syarat atau tuntutan dan prosesi dalam perkawinan masyarakat Manggarai terhitung panjang dan rumit. Tentunya prosesi yang panjang dan rumit ini menelan anggaran yang banyak dan tenaga yang besar. Tuntutan terberat dalam perkawinan Manggarai tercermin dari paca sebagai seserahan. Paca sudah menjadi momok yang menakutkan karena paca sudah mengalami pergeseran makna dari sebagai simbol ikatan keluarga menuju kalkulasi matematis uang. Tuntutan inilah yang menyebabkan banyak orang meninggalkan keluarga barunya untuk merantau serta menelantarkan anak dan istri di kampung halamannya. Selain itu Bpk J 35 menambahkan, sifat perkawinan masyarakat Manggarai memiliki andil yang besar dalam kehidupan keluarga. Terlepas dari keberadaannya yang sangat diimpikan, sifat perkawinan adat masyarakat Manggarai yang mengikat dan monogami membawa petaka bagi sebagian orang. Ikatan perkawinan adat yang monogami bisa menjadi beban, karena tidak membuka ruang bagi orang Manggarai untuk mengakhiri kehidupan rumah