tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya
horizons arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan.
4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis
gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi. 5.
Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut.
Kemudian mengembangkan textural description mengenai fenomena yang terjadi pada responden dan structural description yang menjelaskan
bagaimana fenomena itu terjadi. 6.
Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden
mengenai fenomena tersebut. 7.
Membuat laporan pengalaman setiap informan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan makna perkawinan bagi suami pada masyarakat Manggarai. Secara garis besar, hasil penelitian menunjukkan
bahwa perkawinan bermakna konotasi negatif. Dikatakan konotasi negatif karena perkawinan dipandang sebagai simbol untuk menunjukkan kelas sosial seseorang
atau keluarga tertentu. Secara gamblang semua informan menyampaikan bahwa perkawinan dimaknai sebagai beban, penderitaan, perjuangan, tantangan,
kesulitan, dan kesengsaraan. Akan tetapi pengungkapan makna perkawinan yang terbuka ini sebenarnya ingin menunjukkan makna hakiki dari perkawinan yaitu
sebagai simbol strata sosial seseorang.
G. Pelaksanaan Penelitian
4. Informan
Informan pada penelitian ini berjumlah tiga orang dengan jenis kelamin laki- laki dan rentang usia dari 25-35 tahun. Status informan semua sama yaitu sudah
menikah.
5. Tempat dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di rumah para informan yang terletak di desa Kole, Kecamatan Satarmese Utara - Kabupaten Manggarai - Provinsi Nusa Tenggara
Timur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 2-9 Februari 2015. Wawancara dilakukan pada sore hari mengingat informan hanya memiliki waktu senggang di sore hari.
Rata-rata waktu wawancara selama satu jam.
H. Hasil Penelitian
1. Informan F 31
Bpk F 31 memaknai perkawinan sebagai beban. Hal ini disebabkan oleh tuntutan yang begitu besar dalam perkawinan masyarakat Manggarai. Tuntutan
yang dimaksud ialah nilai paca sebagai mahar pernikahan yang tidak menentu dalam penerapannya. Pergeseran dari pemanfaatan kearifan lokal ternak sebagai
mahar menuju penggunaan uang memicu perkawinan di Manggarai memberatkan.
Bpk F 31 mengungkapkan dalam beberapa pengalaman, perkawinan memang membutuhkan perjuangan. Membangun rumah tangga tidak begitu saja
mudah. Orang yang memilih untuk menikah tentu harus memiliki modal —uang.
Dalam adat Manggarai akhir-akhir ini, kebanyakan perjuangan yang terjadi bukan untuk membangun dan mempertahankan eksistensi keluarga barunya. Keluarga
baru bekerja untuk mendapatkan uang demi membayar utang-utang pernikahan. Minimnya persiapan modal memaksa calon pengantin meminjam sejumlah uang
ke berbagai ragam pihak; bisa keluarga, kenalan, bahkan bank. Faktor lain yang mempengaruhi perkawinan di Manggarai yang memberatkan
adalah tujuan perkawinan yaitu untuk mempersatukan keluarga besar kedua belah pihak yang tentunya bukanlah hal yang gampang. Syarat perkawinan juga sangat