Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi No.46-PUU-VII2010

89 Selain itu, mereka beralasan bahwa nasab itu merupakan karunia dan nikmat, sedangkan perzinaan itu merupakan tindak pidana jarîmah yang sama sekali tidak layak mendapatkan balasan nikmat. 33 Adapun dalil yang mereka gunakan, baik oleh ulama yang menasabkan hanya kepada ibunya atau ulama yang me n s bk n jug k hn l h h s n b W “al-Walad lil firasy wa -‘ r - r” ng m n h s n c r t k n m l lu j lur s h r.a. 34 tetapi mereka berbeda dalam memahami hadis tersebut. Namun, hukum Islam yang digunakan dan yang ditranformasikan ke dalam UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah pendapat yang menyatakan bahwa anak luar nikah hanya dinasabkan kepada ibunya. Indonesia sebagai negara hukum, mengatur tentang anak yang lahir di luar nikah dalam undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam pasal 43 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar pernikahan yang sah hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya serta keluarga ibunya, tetapi pada tahun 2012 Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pasal 43 ayat 1 ini bertentangan dengan UUD 1945 selagi dimaknai terputusnya hubungan anak dengan bapaknya. Sehingga dalam hal ini, MK memutuskan bahwa anak yang lahir di luar nikah juga mempunyai hubungan perdata dengan bapaknya juga, salah satunya alasannya karena tidak mungkin seorang perempuan hamil 33 Nurul Irfan, Nasab Status Anak, hal.115, lihat juga Ahmad Al-Syarbasî, s’ -D w -H , jilid 4, hal. 103, lihat juga Muhammad Abu Zahrah, Al-Ahwal Asy- Syakhsiyyah, Bairut: Dâr al-Fikr al- ˊ r b , t.t, h.454. 34 Al-Raisuni, Ahmad Raisuni, N z r t -M q s , h. 345. 90 tanpa ada pertemuan antara sel ovum dan spermatozoa 35 laki-laki dan perempuan. Begitu juga, anak mempnyai hak untuk mendapatkan nafakah, pengakuan nasab dari bapaknya sama seperti anak-anak yang lain. Anak tersebut tidak berdosa sehingga dia tidak bisa menanggung akibat yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu, menurut MK tidak tepat dan tidak adil manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahir dari suatu perkawinan hanya memliki hubungan dengan dengan perempuan tersebut sebagai ibunya. Selain itu, tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum membebaskan laki-laki yang melakukan hubungan seksual yang menyebabkan laki-laki yang melakukan hubungan seksual yang menyebabkan terjadinya kehamilan dan kelahiran anak tersebut dari tanggung jawabnya sebagai seorang bapak dan bersamaan dengan itu hukum meniadakan hak-hak anak terhadap laki-laki tersebut sebagai bapaknya. Lebih-lebih manakala berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dibuktikan bahwa seorang anak itu merupakan anak dari laki-laki tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman, apakah pemberian nasab anak yang lahir di luar nikah hanya kepada ibunya masih akan dipertahankan ketika anak itu bisa dibuktikan dengan bukti-bukti yang ilmiah seperti bisa dibuktikan dengan ilmu pengetahun dan teknologi, apalagi ada pengakuan dari laki-laki sebagai bapak anak tersebut sedangkan ibunya m ng m n n . D s mp ng tu, t muk n k m s l h t n l n ng l b h b s r untuk n k t rs but p b l jug dinasabkan kepada bapak biologisnya dalam rangka memelihara jiwa z - 35 Putusan MK No. 46PUU-VIII2010. h. 32. 91 nafs yang mana hal itu termasuk suatu yang primer rur seperti memberikan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian-pakaian dan lain sebagainya. 36 Karena, jika anak tersebut dinasabkan terhadap bapaknya maka secara otomatis bapaknya tersebut mempunyai kewajiban tanggungjawab untuk memberikan nafkah, mendidik, dan mejaga anaknya, dan anaknya bisa menuntut bapaknya apabila ia mengabaikan tanggung jawab tersebut. akan tetapi sebaliknya, jika anak itu tidak dinasabkan terhadap bapaknya maka bapaknya tidak mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban di atas, begitu juga anak tersebut tidak mempunyai hak untuk menuntut bapaknya. Senada dengan pendapat as-Syâtibîy di atas, Al-Ghazâli juga mengatakan bahwa; sesungguhnya bertanggung jawab terhadap anak dalam mengasuh, me m l h r , m mb r k n n f q h, m mb l k n m k n n, n m n w or ng untuk m nj g n m k m s l h t nn t rm suk k dalam suatu yang rur primer, karena kebutuhan terhadap nafaqah dan pemeliharaan m rup k n su tu t b ’ t b g s t p n k k c l. dangkan mengingkari dari tanggung jawab tersebut, berarti dia membinasakan anak dan jiwanya. Hal ini juga merupakan suatu yang rur 37 Alasan MK juga karena apabila anak tersebut hanya dinasabkan hanya kepada ibunya maka itu tidak mencerminkan suatu keadilan. Karena lahirnya anak tersebut disebabkan oleh bertemunya sel ovum dan spermatozoa laki-laki 36 As-Syatîbîy, al-Muwafaqât, juz II, h.8. 37 Ar-Raysunî, Ahmad Raisuni, N z r t -M q s , h.346. 92 dan perempuan. Adalah tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum membebaskan laki-laki yang melakukan hubungan sekseual yang menyebabkan terjadinya kehamilan dan kelahiran anak tersebut dari tanggung jawanya sebagai bapak dan bersamaan dengan itu hukum meniadakan hak-hak anak terhadap lelaki tersebut sebagai ayahnya. Sedangkan Islam mengajarkan keadilan bagi sesama karena Pada kenyataannya semua manusia adalah keturunan Nabi adam yang dilahirkan dalam keadaan suci, jadi semuanya sama tanpa melihat perbedaan, baik ras, suku, warna kulit, negara, 38 dan lain sebagainya. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan suci, Islam juga tidak mengenal konsep dosa turunan atau pelimpahan dosa. Pertanggung jawaban dalam Islam bersifat individu. Seseorang tidak dapat menanggung beban dosa orang lain, apalagi bertanggung jawab terhadap dosa orang lain,sebagaimana dinyatakan dalam al- ur’ n ur t l-Isr ’ t 15, ur t l- n’ m t 164, Surat Fatîr ayat 18, Surat az-Zumâr ayat 7, Surat an-Najm ayat 38. 39 Putusan MK tersebut memunculkan banyak protes dari kalangan ulama karena dianggap bertentangan dengan hukum Islam yang diberlakukan di Indonesia dan telah ditranformasikan ke dalam UU No 11974 tentang perkawinan, selain itu, putusan MK tersebut dianggap dapat melegalkan 38 Muhammad al- Th h r b n ‘ s ur, Maqashid al- r ’ , h.94. 39 ىَرْخ ُ أ َرْزِو لةَرِزاَو ُرِزَت َ ََو ةيَا ءارَا ةروش 51 ، و َ ََو اَهْيَلَع ا َِإ مسْفَن ُ ُُ ُبِصْكَت َََ฀ َرْزِو لةَرِزاَو ُرِزَت ىَرْخ ُ أ ةيَا ماعىَا 561 ، ُق اَذ َن ََ ْوَ َو لءْ ََ ًُْيِن ْلَهْ ُُ َ َ اَهِلْ ِِ َ َِإ لةَلَقْثُن ُعْدَت ْنِإَو ىَرْخ ُ أ َرْزِو لةَرِزاَو ُرِزَت َ ََو ةروش ََْر ةيَا رطافلا 58 ، ىَرْخ ُ أ َرْزِو لةَرِزاَو ُرِزَت َ ََو ا ر ز ا ةيَ 7 ةيَا مجنا ىَرْخ ُ أ َرْزِو لةَرِزاَو ُرِزَت ا َ َ أ 38 93 perzinahan. Karena menurut mereka untuk mempunyai anak tidak usah melalui pernikahan. Namun, putus n K t rs but h rus p h m s c r obj kt f n b j k g r m mb w m s l h at bagi umat manusia bukan sebaliknya. Perubahan ini bukan berarti MK melegalisasi perzinaan dan prostitusi. MK hanya berupaya untuk menuangkan hasil ijtihadnya agar anak-anak yang lahir di luar nikah tetap memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan anak-anak lain dan agar tidak terjadi perlakuan diskriminatif. Sehingga, sebagian kaum lelaki yang melakukan pernikahan siri, melekukan perzinaan, perselingkuhan, maupun samen level kumpul kebo hingga wanita partnernya itu hamil dan melahirkan anak, harus bertanggung jawab atas kebutuhan lahir batin anak yang lahir akibat perbuatannya. 40 Dengan demikian, hak hidup anak sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 27 ayat 1, Pasal 28B ayat 2, serta Pasal 28I ayat 2 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup, tumbuh dan berkembangm serta berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi 41 atas dasar apapun. 42 40 Nurul Irfan, Nasab Status Anak dalam Hukum Islam, h. 202-203. 41 q s r ’ h jug m ng n l kons p p rs m n al-Musawah. Pada kenyataannya semua manusia adalah keturunan Nabi adam yang dilahirkan dalam keadaan suci, jadi semuanya sama tanpa melihat perbedaan, baik ras, suku, warna kulit, Negara Muhammad al-Thahir bin ‘ s ur, Maq s id al- r ’ . hal.94. dan lain sebagainya. Semua manusia dilahirkan dalam 94 Dari uraian di atas, jumhur ulama beralasan kenapa hanya dinasabkan kepada ibuya saja k r n untuk k m s l h t n m m l h r k turun n z - nasl . k n t t p s l n l s n jumhur ul m t rs but, jug t r p t k m s l h t n l n tu l m r ngk m m l h r j w z -nafs seperti memberikan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaia-pakaian dan lain sebagainya yang keduanya termasuk suatu yang primer rur . 43 karena memberi nafkah merupakan suatu kewajiban. Sebagaiman ditetapkan dalam al- ur’ n. 44 Oleh karena itu, atas dasar pertimbangan di atas MK memutuskan keadaan suci, islam juga tidak mengenal konsep dosa turunan atau pelimpahan dosa dari satu pihak ke pihak lain. Allah berfiman: innamâ al- mu’m w al-hujur t: 10. Ibnu ‘ s ur l m m n ngg p m kn l f z “Ikhwah” t rh p t t s, b hw tu m nc kup p rs m n ang luas tanpa ada perbedaan. Suatu yang kuat atau lemah tidak bisa mengurangi suatu persamaan Muhammad al- Th h r b n ‘ s ur Maq s id al- r ’ hal.94. dari Aisyah radliallahu anhu bahwa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata; Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?. Sebagian mereka berkata; Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Usamah pun menyampaikan masalah tersebut lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?. Kemudian beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda: Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat pejabat, penguasa, elit masyarakat mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah masyarakat rendahan, rakyat biasa mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya HR.Bukhari 42 Nurul Irfan, Nasab Status Anak dalam Hukum Islam, h.203. 43 As-Syatîbîy, al-Muwafaqât, juz II, h.8. 44 فورعماة وهتوصكو وهقزر ه دو وما ىو yang artinya :Dan kewajiban ayah adalah memberi makanan an pakaian kepada ibu dengan cara yang makruf QS.2:233 95 bahwa anak yang lahir di luar nikah tersebut juga dinasabkan ke bapak biologisnya bila bisa dibutikan dengan bukti-bukti otentik seperti ilmu pengetahuan dan teknologi bahwa anak tersebut mempunyai hubungan darah dengan laki-laki tersebut. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alasan p rt m ng gun k n ol h jumhur ul m tu; l m r ngk m nj g k m s l h t n memelihara keturunan z -nasl sehingga mereka hanya menasabkan anak yang dilahirkan di luar nikah hanya kepada ibunya. Begitu juga, menurut mereka zina itu merupakan suatu perbuatan tercela sehingga tidak berhak mendapatkan karunia yang diberikan oleh tuhan berupa anak. Konsekuesi pendapat ini adalah bapak biologis dari anak tersebut tidak terikat tanggung jawab atas anak hasil perbuatannya, karena si anak pun tidak berhak menutut hak apapun dari ayah biologisnya tersebut. Sedangkan MK menasabkan anak di luar juga kepada ibunya ternyata MK mempunyai dua alasan. Pertama, alasannya sama dengan alasan jumhur yaitu untuk memelihara keturunan z al-nasl, itu terlihat dari alasan MK apabila bila bisa buktikan bahwa anak t rs but m mpun “hubung n r h”. Kedua, k m s l h t n m m l h r j w z -nafs. Yang secara tidak langsung ini adalah alasan MK berdasarkan alasan-alasan di atas. Karena untuk melindungi hak anak baik berupa nasab, pengasuhan, nafaqah, perlindungan dan lain sebagainya. Konsekuensi dari putusan MK tersebut adalah kebalikan dari konsekuensi yang pertama di atas. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis jelaskan di atas baik al s n jumhur ul m n K. P nul s l b h s p k t t rh p putus n K. K r n , 96 mp k k m s l h t n t rh p s n k l b h b s r p b l n k t rs but jug n s bk n t rh p h b olog sn . Putus n K t rs but l b h m ng komu r u k m s l h t n tu memelihara keturunan z -nasl dan memelihara jiwa -nafs. h ngg m nurut p nul s b r s rk n m to t rjîh m k putus n K t rs but unggulk n k m s l h t nn l b h besar didapat oleh anak tersebut daripada hanya dinasabkan kepada ibunya dan keluarganya ibunya saja, baik secara materi maupun psikologi anak tersebut. Putusan MK tersebut dapat menyelamatkan anak dari ketelantaran. Bisa dibayangkan, jika anak tersebut tidak ada yang bertanggung jawab dan tidak ada yang mengurus kehidupan serta pendidikannya, bukan tidak mungkin ia akan mengikuti jejak kebiadaban ayah biliogisnya. Sementara Allah mewajibkan kepada kedua orang tua untuk menjalankan amanah berupa karunia keturunan agar dililndungi, dididik, diberi nafaqah. Undang-undang ilâhi juga sangat mendukung penuh terhadap kelangsungan yang baik untuk sebuah generasi. 45 Disamping itu, alasan-alasan MK tersebut lebih tepat dengan konteks masa sekarang, karena untuk membuktikan anak apakah mempunyai hubungan 45 QS. Al- N s ˊ t 9, ll h b rf rm n: َضْخَ ْ َْو َش ً َْوَق اوُ وُقَ ْ َْو َاَا اوُقاتَيْلَف ْمِهْي َلَع اوُفاَخ اًفاَع ِض ًةايِرُذ ْمِهِفْلَخ ْوِن اوُكَرَت ْوَ َويِ اَا اًديِد 9 9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar . Ibnu Ȃs ur m ngungk pk n tuju n t n l h m mb r k n r s t kut t rh p z b Allah, juga m mb r k n st mulus k p p r or ng tu g r m m l k s mp t k t rh p n k n k lu rg n , tu ng n m mb r k n r zk s rt b g n h rt n untuk k b rl ngsung n h up m r k p sc k m t nn . uh mm T h r Ibnu ˊȂs r, - r w -Tanwîr, juz 4 Tun s : D r suhn n l l-Nasyr wa al-T uzîˊ, 1997, 251-252 97 darah 46 atau tidak dengan ayahnya di masa sekarang bisa dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga untuk menjaga kemurnian nasab lebih bisa dibuktikan secara ilmiah dan masuk akal. Karena penentuan ada hubungan darah atau tidaknya itu, ahlinya adalah dokter. Sebagaimana dikatakan Muhammad Jawad Mughniyah,bahwa masalah yang berkaitan dengan alam seperti penetapan minimal atau maksimal kehamilan jelas merupakan spesialisasi dokter, bukan para ulama mazhab. 47 Penjelasan-penjelasan terhadap masalah-masalah yang menjadi sumber objek hukum dan undang-undang tersebut, jelas merupakan bidang tugas mereka yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam hal itu. Kalau penjelasan-penjelasan dan ketentuan-ketentuan itu datangnya dari imam-imam fiqh, maka penjelsan-penjelasan mereka ini merupakan pengesahan dari ketetapan para ahli tersebut, dan tidak lebih dari itu, semisal seorang hakim yang minta bantuan kepada mereka tatkala menjatuhkan hukuman suatu keputusan. Lantas, bila fakta telah terungkap dan kekeliruan-kekeliruan dalam ketentuan-ketentuan itu telah pula dijelaskan, maka apa yang dikatakan oleh ulama mazhab tersebut tidak wajib dilasanakan. Sebab, kita yakin seyakin- yakinnya bahwa mereka itu berbicara tentang suatu yang sudah ada sebelum 46 Para ulama madzhab yang empat sepakat manyatakan bahwa nasab merupakan pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping. Nasab juga sebagai dasar fondasi yang kuat dalam membina dan melestarikan keutuhan kehidupan manusia, sebab pada hakikatnya nasab juga merupakan nikmat dan karunia besar yang Allah SWT berikan kepada hamba-nya. Oleh karena itu, nasab harus senantiasa dijaga kemurniannya. Disamping itu, nasab juga merupakan persoalan pokok kaitannya dengan struktur hukum keluarga yang lain, seperti hak hadhana, nafkah, hukum kewarisan, dan masalah perwalian. Nurul Irfan, Nasab Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: AMZAH, 2012, h.268 47 Muhammad Jawad Mughniyah, q L m M z b; J ’ r, H , M , ’ , dan Hambali, Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996, h.385. 98 penetapannya, dan bahwasanya maksud dari pemberian ketentuan yang mereka lakukan itu adalah untuk mengungkapkan dan menerangkan hal-hal yang terjadi itu tadi, namun kemudian terbukti yang sebaliknya. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini pelaksnaan pendapat mereka itu bertentangan dengan apa yang dikehendaki dan diinginkan oleh mereka sendiri. Para ulama mazdhab menanamkan bentuk kekeliruan ini dengan s t b -t t b q k s l h n l m p n r p n, s m s l uc p n s s or ng, “ b r k n p ku b j n n ,” m nunjuk b tu ng m r p b j n . 48 Selain itu, menurut penulis apabila anak itu hanya dinasabkan kepada ibunya saja, maka secara psikologi anak tersebut akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. 49 Disebabkan hubungan anak dengan orang sekitar sering mendapat perlakuan yang tidak sama dengan anak- anak yang lainnya. Tidak sedikit dari kalangan masyarakat yang mengatan anak yang lahir di luar nikah itu disebut anak haram, anak zina dan lain sebagainya sehingga anak tersebut selalu merasa tertekan. Dari sini, terdapat dua kemafsadatan yang perlu dicermati yaitu kemafsadatan zina serta kemafsadatan akibat hilangnya hak-hak anak biologis jika tidak diberikan status nasab dari ayah biologisnya. Bayangkan saja, pada tahun di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya. Komisi perlindungan anak mencatat pada tahun 2012 ada 162 di 48 Muhammad Jawad Mughniyah, q L m M z b; J ’ r, H , M , ’ , dan Hambali, Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996, h.384. 49 Dianan Adriana, Tumbuh Kembang Terapi Bermain pada Anak, Jakarta: Salemba Medika, 2011, h.12. 99 jabodetabek dilaporkan dibuang, jumlah ini naik dibandingkan tahun 2011 sebanyak 121 bayi dilaporkan dibuang. sebagian besar bayi dilaporkan dalam keadaan meninggal dunia. Di tahun 2012 tercatat 129 bayi ditemukan tak bernyawa. Menurut Arist ada dua faktor utama yang menyebabkan kasus seperti ini meningkat. Pertama adalah perilaku seks bebas di kalangan remaja. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN pernah merilis hampir 35,9 persen remaja di kota besar seperti Jakarta pernah melakukan hubungan intim di luar nikah. Hal ini, berujung pada aborsi dan juga membuang anak mereka yang lahir untuk menutupi malu. 50 Faktor berikutnya adalah ekonomi, karena masih ada sebagian masyarakat yang masih berangggapan kelahiran anak semakin mempersulit ekonomi mereka. Mereka memilih membuang anak mereka agar karena dinilai akan menjadi beban ekonomi. 51 Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis pendapat yang menasabkan anak di luar nikah kepada ibunya serta ayah bilogisnya jika dapat pengakuan dari dari ayah biologisnya atau dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu lebih unggul râjih dari pada pendapat yang hanya menasabkan anak di luar nikah hanya kepada ibu n . K r n p b l n k lu r n k h 50 Dari fakta tersebut, sekaligus membantah terhadap asumsi lain yang berupa kekhawatiran makin terbukanya perzinahan. Karena dengan menetapkan status anak zina kepada ayah biologisnya, para pria yang hendak berbuat zina akan memirkan kembali perbuatannya karena ia dapat dikenai pertanggung jawaban di ruang pengadilan. Nikah tetap menjadi suatu yang sacral, sementara Zina merupakan suat u ng k j s rt j l n ng s ng t buruk . l-Isr ’ t 32. b g m n p n p t Im m bu H nîf h b hw h k k t r p n k h l h w t î’, namun bukan berarti ia menghilangkan syarat dan rukun dari pada suatu pernikahan. 51 http:www.tempo.coreadnews20121224064450068Tiap-3-Hari-1-Bayi-Dibuang- di-Jakarta diakses pada hari rabu tanggal 05 Mei 2015. 100 t rs but jug n s bk n k h b olog sn m k k m s l h t nn l b h b s r r p h n n s bk n k p bun . B g tu jug , putus n K t rs but m ngumpulk n u k m s l h t n tu n s b k p h n s c r otom t s n k t rs but jug m n p tk n k m s l h t n b ru p m m l h r jiwa hizf al-nafs seperti hadhanah, pemberian makan, serta perlindungan dari ayah sebagai pendapat al-Gazali dan al-Syatibi yang telah penulis jelaskan di atas. Memberikan status nasab anak dilahirkan di luar nikah kepada ayah bilogisnya sebagaimana diputuskan oleh MK, maka ayah biologis yang menyebabkan kelahiran anak dituntut bertanggung jawab baik untuk memberikan nafkah, pendidikan, maupun keberlangsungan hidup si anak. Hal ini merupakan bentuk lain dari upaya menanggung kerusakan yang lebih ringan untuk menagkal dampak buruk yang lebih besar. 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan deskripsi data tentang pertimbangan Mahkamah Konstitusi dan ulama terhadap status anak di luar nikah serta analisis terhadap putusan MK No.46PUU-VIII2010 menurut M q s r , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Menurut hukum Islam dan Perundang-undangan status anak lahir di luar nikah hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya serta keluarga ibunya. Anak tersebut tidak berhak mendapatkan hak waris dari bapak biologisnya. 2. nurut q s r ˊ h b hw putus n hk m h Konst tus t rs but tidak bertetangan dengan tujuan- tuju n s r ˊ h aitu untuk memelihara kemaslahatan si anak, karena putusan Mahkamah Konstitusi tersebut mengakomodir hak-hak anak berupa hak nasab hifz al-nasab dan hak jiwa hifz al-nasl yang keduanya merupakan ruang lingkup r r t.

B. Saran-saran

1. Bagi Dewan Legislatif DPR agar menambahkan Pasal dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang sanki bagi laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab terhadap anak yang lahir akibat perbuatannya supaya laki-laki tersebut lebih hati-hati dan lebih mempunyai rasa tanggung jawab terhadap anak tersebut serta bisa diseret ke kursi pengadilan apabila mengabaikannya. 102 2. Bagi para ulama agar status anak di luar nikah dapat dikaji kembali disesuaikan deng n m q s s r ˊ h n p rkembangan zaman karena masa sekarang sudah semakin canggih sehingga untuk menentukan nasab dapat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat-alat bukti lain yang menurut hukum mereka anak dan bapak mempunyai hubungan darah. Sehingga Islam dapat sesuai dengan perkembangan zaman s u likulli makânin wa zamân. 3. Bagi kaum laki-laki dan perempuan agar lebih berhati-hati dalam bergaul supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat merepotkan serta mempermalukan diri sendiri dan orang lain. 103 DAFTAR PUSTAKA Abdussalam, Al-Izz bin. Q w -Ahkam fi Masalih al-Anâm. Beirut: Dar al- Marifah, t.t Adriana, Dianan. Tumbuh Kembang Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika, 2011 Afandi, Ali. Hukum Waris, Hukum, Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta: Renika Cipta, 1997 Al- Mawardi, Habib. al-Hawi al-Kabir. Bairut: Dâr al-Kutub, 1994 Alam, Andi Syamsu, Hukum pengangkatan anak prespektif Islam, Jakarta: kencana, 2008 Al-Buhkari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah, Shahih Buhkari, Kairo: Dâr al- ’b, 1987 Al-Buthi, uh mm b n ’ R m h n. Dhawabith al-maslahah fi as- r ’ -Islamiyah, Bairut: Muassasah ar-Risalah, 1973 Al-Buthi, uh mm ’ R m hani. Manhaj Rabbani. Solo: CV Pustaka Mantiq, 1994 Al-Jauziyah, Ibnu al-Qayyim, Zad al- M ’ , Bairut: u’ ss s h l-Risalah dan Maktabah al-Mnar al-Islamiyah, 1987 104 Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim. Ilam al-Muwaqqiîn. Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah,1996 Al-Qadharawi, Yusuf. Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern. Kairo: Makabah Wabah, 1999 Al-Qardhawi ,Yusuf. Membumikan Syariat Islam. surabaya: Dunia Ilmu, 1997 Al-Qardhawi, Yusuf. al-Ijtihad fi al- r ’ -Is m t m ’ z r t Tahalliyyat fi al-Ijtihad al- Mu’ s r. Kuwait: Dar al-al-Qalam, 1985 Al-Qardhawi, Yusuf. M q s r ’ . Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007 Al-Qarni, Iwad bin Muhammad. al-Mukhtasar al-Wajiz fi Maqasid al-Tasyri. Jeddah: Dâr al-andalus al-Khadra, t.t l- or wi, Yusuf. q M q s r . jakarta timur: Pustaka al- Kautsar,2006 Al-Sayis, Ali. N s ’ -Fiqh al-Ijtihad wa Atwarah. Kairo: jm ’ l-Buhus al-Islamiyah,1970 Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, Bairut: Dar al- ’r f h, t.tt Al-Syatibi. Al-Muawâf q t s - r ’ . Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t al-Zuhaili, Wahbah. Ushul Fiqh Islami. Damaskus: Dar al Fikri, 1998