Status Anak Luar Nikah

62 mengandung dan menyusui bayi adalah 30 bulan seperti yang tertera di dalam surat Al- Ahqâf ayat 15 yang berbunyi: ُ ُ هاه َصِفَو ًُهُلْ ََِو اهًِْرُل ًُْتَعه َضَوَو اهًِْرُل ًُهُن ُ أ ًُْتَلَ َِ اًىا َصْحِإ ًِْيَ ِِاَوِة َناَص ْنِ ْْا اَيْي اصَوَو اَّح اًرْهَش َنوُذ َاَذ ِ ه الا َكهَتَهْعِى َرُمْشَأ ْنَأ ِِْعِزْوَأ ِبَر َلاَق ًةَيَش َنِعَبْرَأ َََلَبَو ُهادُشَأ َََلَة اَذِإ َكهْ َِْإ ُجْتُ ِِِإ ِ ايِرُذ ِِ ِ ْحِلْصَأَو ُهاَضْرَت اًِْاَص َلَهْعَأ ْنَأَو ايَ ِِاَو َ َىَو اَََع َجْهَعْنَأ ِِِإَو ُهْ ا َوِن ةيَا فاقحَا ةروش َنِهِلْص 51 Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila anak itu telah ew s umur me c p emp t pu u t u ber o’ , u u, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebijakan yang engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada engkau, su ggu , u term su or g mus m ” Lalu dikaitkan dengan surat al-Baqarah ayat 233 bahwa masa menyusui adalah 2 tahun, ini artinya masa mengandung paling pendek 6 bulan dan masa menyusui paling panjang 2 tahun. 26 Adapun ayatnya berbunyi: َ َىَو َةَعا َضارا امِتُي ْنَأ َداَرَأ ْوَهِ ِ ْنَلِ ََ ِ ْنَلْوَح اوَُِد ََْوَأ َوْع ِضْرُي ُكاَ ِِاَوْاَو ُ َ ه ِدوهُ ْوَه ْ ا ْوَ َ ََو اَِِ َ َِوِة لةَ ِِاَو ارا َضُت َ َ اَهَعْشُو ا َِإ لسْفَن ُف الَكُت ََ ِفوُرْعَهْاِة اوُهُ َوْصِكَو اوُهُ ْزِر لدوهُ ه َشَ َو اهَهُهْيِن مضاَرهَت ْوهَع ً َا َصِف اَداَر َ أ ْنِإَف َكِ َذ ُلْثِن ِلِراَوْا َ َىَو ِهِ ََِوِة َُه َ اهَيُس َاهَف مرُوا ْمُتهْيَتت اهَن ْمُتْهالهَش اَذِإ ْمُكْيه َلَع َ اهَيُس َاهَف ْمهُ َد ََْوَأ اوُع ِضْ ََْصَ ْنَأ ْمُ ْدَرَأ ْنِإَو اَهِهْيَلَع :ةيَا ةرقلا ةروش لْ ِصَة َنو ُلَهْعَ اَهِة َاَا انَأ اوُهَلْعاَو َاَا اوُقا اَو ِفوُرْعَهْاِة 233 Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seseorang ibu menderita karena 26 Shihab al-Din al-Alusi, Tafsir Al-Alusi, Maktabah Syamilah, juz 15. h. 437. 63 anaknya dan janganlah seorang ayah menderita karena anaknya. Ahli warispun berkewajiban seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anak akamu kepada ornag lain, maka tidak ada dosa bagi kamu meberika pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Berkaitan dengan status anak, akan banyak kemungkinan seorang anak t rl h r l m k n lu r n k h. Ist l h “h r m j ”, s p rt s but n ng dikenal di kalangan masyarakat yang tak bertuhan. Lagi-lagi walaupun kehadiran anak tanpa hubungan yang sah penyebabnya adalah perbuatan orang tuannya bukan pada anaknya. 27 Ditambah lagi dengan tindakan orang tua yang menikah tidak mengikuti prosedur pencatatan nikah melalui PPN Pegawai Pencatat Nikah. Karena perkawinan yang tidak berada di bawah pengawasan PPN, hanya dianggap sah secara agama tetapi tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak memiliki bukti-bukti perkawinan yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 28 Pada hakikatnya anak yang lahir, baik itu dalam pernikahan ataupun luar pernikahan adalah anak yang suci. Karena, islam tidak pernah memberikan suatu balasan kepada orang yang tidak pernah melakukannya. Baik itu dilakukan oleh temannya, saudaranya bahkan orang tuanya sendiri. Tetapi, dikotomi ini seakan-akan sudah mendarah daging dikalangan masyarakat, sehingga anak yang terlahir di luar nikah juga mendapat suatu hukum secara tidak langsung dari masyarakat seperti penyebutan anak zina, anak haram, dan 27 Mulyana W.Kusuma, Hukum dan Hak-hak Anak, Jakarta: CV Rajawali, 1986, h.5. 28 Jaih Mubarok, Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Pustaka Quraisy, 2005, h. 87. 64 lain sebagainya. Padahal Nabi Muhammad SAW sudah jelas menyatakan bahwa, Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.Namun, mayoritas para ulama fikih sebagai telah disebutkan diatas berpendapat bahwa anak yang lahir diluar nikah hanya mempunyai hubungan dengan ibunya. Dalil yang mereka gunakan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ten t ng “al- walad lil firasy ”. Permasalahan anak luar nikah yang berkaitan tidak lepas dari undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam Bab IX tentang kedudukan anak diatur dalam undang-undang tersebut tepatnya pada pasal 42 sampai pasal 44. Pad p s l 42 s butk n, “ n k ng s h s l h n k ng l h rk n l n t u s u tu k b t r p rk w n n ng s h”. P s l n dipertegas dengan pasal 99 KHI Kompilasi Hukum Islam Khususnya bagi kalangan umat islam, sebagaimana disebutkan bahwa, anak sah adalah : a anak yang lahir dalam atau suatu akibat perkawianan yang sah. b hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkanoleh istri t rs but”. 29 Namun apabila ada seorang perempuan yang mengandung akibat hubungan perzinahan kemudian ia menikah dengan laki-laki yang menzinahinya dan beberapa waktu kemudian terlahir anak dari hasil zina itu, maka anak tersebut tetap dikatakan sebagai anak yang sah. 30 29 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademik Presindo, 1995, h.60. 30 Hilaman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut pandangan Hukum Adat dan Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 1990, h.133. 65 Status dan hak anak juga termaktub dalam konvensi internasioal declaration universal of human right yang diratifikasi menjadi UU No. 39 t hun 1999, b hw “ n g r -negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam konvensi yang sekarang dari setiap anak yurisdiksi mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun tanpa pandang ras, jenis kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik dan pendapat-pendapat lain, kebangsaan, asal etnik atau sosial, ketidakmampuan, kelahiran, atau kedudukan lain dari anak atau orang tua anak pengasuhnya yang sah. 31 Namun, dalam pasal 43 ayat UU No. 1 tahun 1974 menyatakan: pertama ,“ anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata ng n bun n k lu rg n bun ”. Kedua, kedudukan anak tersebut ayat 1 di atas selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah. Begitu juga p s l 100 Komp l s Hukum Isl m m n butk n b hw “ n k ng l h r lu r n k h h n m mpun hubug n n s b ng n bu n k lu rg bun ”. Pasal 66 Undang –undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menentukan bahwa kedudukan anak kembali kepada hukum yang lama yaitu KUHPerdata. 32 Sehingga aturan di atas menegaskan bahwa kedudukan dan hubungan anak luar nikah hanya terjalin dengan ibu dan keluarga ibunya. Baik kewajiban waris-mewaris, hak asuh dan hal-hal lain yang berkaitan antara 31 Pasal 2 ayat 1 Konvensi Hak-Hak Anak yang destujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 20 November 1989 32 J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-undang, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, h.5. 66 anak dan orang tua semuanya berada di bawah tanggung jawab ibu dan keluarga ibunya. 67

BAB IV PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP

STATUS ANAK DI LUAR NIKAH

A. Duduk Perkara Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap Status Anak di

Luar Nikah Judicial review ini diajukan oleh Aisyah Mochtar alias Manchica binti Mochtarn Ibrahim yang lahir di Ujung Pandang, 20 Maret 1970 dan dan Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono yang lahir di Jakarta, 5 Februari 1996, mereka tinggal di Jalan Camar VI Blok BL 12A, RTRW 002008, Desakelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tanggerang, Banten. 1 Berdasarkan surat kuasa Nomor 58KH.MMKVIII2010 bertanggal 5 Agustus 2010, Aisyah Mochtar dan Muhammad Iqbal Ramadhan memberikan kuasa kepada i Rusdianto Matulatuwa; ii Oktryana Makta; dan iii Miftachul I.A.A, yaitu advokat Kantor Hukum Matulatuwa Makta yang beralamat di Wisma Nugra Suntana 14 th floor, SUITE 1416, Jalan Jendral Sudirman Kav. 7-8 Jakarta 10220, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa. Aisyah muchtar mengjukan pengujian undang-undang ini disebabkan perceraiannya dengan suaminya yaitu Moerdiono, mantan Menteri Sekertaris Negara masa soeharto. Sebenarnya pada saat itu, Moerdiono masih terikat 1 Putusan MK No 46PUU-VIII2010, h.2. 68 perkawinan dengan wanita lain secara sah. Namun perkawinan antara Moerdiono dengan aisyah Mochtar pada saat itu tidak dicatat di Kantor Urusan Agama KUA akibat adanya Asas perkawinan monogami yang dianut oleh Undang-Udang No 1 Tahun 1974. Perkara pengujian undang-undang ini diajukan oleh para pemohon pada tanggal 14 Juni 2010 yang diterima Kepanetraan Mahkamah Konstitusi selanjutnya disebut Kepanetraan Mahkamah pada senin tanggal 14 Juni 2010 berdasarkan Akta Penerimaan Berkas Permohonan Nomor 211PAN.MK2010 dan diregistrasi pada Rabu tanggal 23 Juni 2010 dengan Nomor 46PUU- VIII2010, yang telah diperbaiki dan diterima di kepanetraan Mahkamah pada tanggal 9 Agustus 2010. 2 Pasal 2 ayat 2 undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan mewajibkan agar pernikahan melalui prosedur pencacatan di Kantor Urusan Agama KUA. 3 Akan tetapi, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46PUU- VIII2010 tentang peristiwa pernikahan antara Aisyah Mochtar dengan Moerdiono menyatakan bahwa pada tanggal 20 Desember 1993, di jakarta telah berlangsung pernikahan antara Aisyah Mochtar dengan Drs. Moerdiono, dengan wali nikah almarhum KH. M. Yusuf Usman dan Risma, dengan mahar berupa seperangkat alat shalat, uang tunai 2.000 Riyah mata uang Arab, satu set perhiasan emas, berlian dibayar tuanai dan ijab yang diijabkan oleh wali tersebut dan qobul diucapkan oleh laki-laki bernama Drs. Moediono. 2 Putusan MK No 46PUU-VIII2010, h.2. 3 Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan 69 Lazimnya sebuah perkawinan poligami yang melalui prosedur resmi, perkawinan antara Manchica dan Moerdiono inipun tidak dicatatkan secara resmi. Perkawinan ini hanya mengikuti prosedur perkawinan menurut agama, yaitu agama islam. Namun, dari keduanya lahir seorang anak yang bernama Muhammad Iqbal Ramadhan. Setelah anak lahir, Merdiono menceraikan Machica, juga tanpa prosedur resmi, dan mengingkari status anak yang dilahirkan dari Mancicha sebagai anak yang sah. Sejak iqbal berusia dua tahun, mardiono bahkan tidak pernah memberikan nafkah kepada anak tersebut, dan pula setatus Iqbal pun belum jelas, karena Machica tidak dapat mendaftarkan anaknya di catatan sipil untuk mendapatkan akta kelahiran, lantara tidak ada nama ayah biologisnya. 4 Akibat pernikahan tidak melalui prosedur resmi tersebut, perkawinan Manchica dengan Moerdiono tidak begitu jelas karena pasal 2 ayat 2 UU Perkawinan mengharuskan perkawinan dicatat melalui prosedur resmi. Namun di sisi lain, pasal 2 ayat 1 meyatakan bahwa pernikahan itu sah bila dilakukan melalui ajaran agamanya masing-masing. Sedangkan pernikahan Machica dan Moerdiono sudah sesuai dengan aturan islam. Berdasarkan penjelasan pragraf di atas inilah para pemohon merasa hak konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Pasal 2 2 dan Pasal 43 ayat 1 UU perkawinan. Hak konstitusional para pemohon yang dirugikan itu b r s rk n P s l 28B t 1 ng m n t k n, “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang 4 Muhammad Nurul Irfan,dkk, Status Hukum Anak Luar Nikah, h.54. 70 sah ”. 5 n t 2 D 1945 ng m n t k n, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ”. 6 serta Pasal 28D ayat 1 UUD 1945, yakni hak untuk mendapatkan pengesahan terhadap status pemohon Sehingga Machica mengajukan Judicial Review terhadap Pasal 2 2 dan Pasal 43 ayat 1 UU perkawinan tersebut. Penjelasan di atas jelas menujukan bahwa para pemohon memiliki legal standing untuk mengajukan judicial review terhadap undang-undang yang dianggap merugikan hak konstitusionalnya. Adapun alasan-alasan pengajuan judicial review adalah sebagai berikut: Pertama; pemohon merupakan pihak yang secara langsung mengalami dan merasakan hak konstitusionalnya dirugikan dengan diundangkannya UU Perkawinan terutama berkaitan dengan Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 43 ayat 1. Pasal ini justru menimbulkan ketidak pastian hukum yang mengakibatkan kerugian bagi pemohon berkaitan dengan statusperkawinan dan status anaknya yang dihasilkan dari perkawinan; 7 Kedua; sebagaimana hak yang dijamin oleh Pasal 28B ayat 1 UUD 1945 dan Pasal 28B ayat 2 UUD 1945 dicederai oleh norma hukum dalam UU Perkawinan. Hal tersebut jelas tidak adil karena pemohon melakukan perkawinan sesuai dengan rukun nikah dalam islam. merujuk ke norma 5 Pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 6 Pasal 28B ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 7 Putusan MK No 46PUU-VIII2010, h.6.