Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
Indonesia sebagai Negara hukum dibentuk dan dicita-citakan setidaknya harus mempunyai dasar Negara hukum. Unsur-unsur tersebut sesuai dengan
pendapat yang diketengahkan oleh A.V Dicey, yaitu : a.
Supremay hukum supremacy of law. b.
Kedudukan yang sama dalam hukum. c.
Terjamin hak asasi manusia dalam hukum.
5
Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab
orang tua, keluarga, pemerintah, dan Negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Sebagai ummat islam yang hidup berdasrkan Al-
ur’ n n Sunnah, dengan orientasi
h up ng m mpun tuju n m nuju “fi ad-dunya wa al-
r ”kehidupan dunia akhirat, sebelum dikeluarkannya peraturan tentang anak tersebut, Al-
ur’ n n Sunnah telah jauh telebih dahulu mengatur dan memerintahkan untuk memelihara anak-anaknya.
Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur bahwa apabila perempuan melahirkan anak di luar nikah, maka anaknya hanya
dinasabkan kepada ibu biologisnya dengan nasab alami.
6
walaupun laki-laki sebagai ayah biologisnya itu mengakui bahwa anak itu berasal dari hubungan
biologis dengan ibu anak tersebut dan si ibu juga mengiyakannya, maka jumhur al-Fuqaha tetap berpendapat anak tersebut tidak bisa dinasabkan
5
Mariam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : Pustaka Utama, 2008,h.58
6
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Zad al- M ’ B rut: u’ ss s h l-Risalah dan
Maktabah al-Mnar al-Islamiyah,1987, juZ 5,h. 410.
5
kepada ayahnya,karena hubungan mereka merupakan hubungan yang tidak s r’ . P n p t n p k juga dalam Kompilasi Hukum Islam KHI di
Indonesia, BAB XIV tentang pemeliharaan anak, pasal 100 yang berbunyi, “ n k ng l h r lu r p rk w n n h n m mpun i hubungan dengan
ibunya dan keluarga ibunya.
7
Namun, pada tahun 2012 ada suatu yang menarik dan menjadi perbincangan masyarakat indonesia, baik akademisi, pakar hukum
bahkan sangat ramai dikalangan para ulama. Hal itu adalah putusan MK Nomor 46PUU-VIII2010 tentang status anak di luar nikah. Dalam hal ini MK
memberi putusan bahwa: “anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau
bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan kuluarga ayahnya
”.
Perkara ini diajukan oleh dua pemohon, pertama: Aisyah Mochtar Ibrahim, yang dikenal dengan panggil Manchica Mochtar. Dia berasal dari ujung
pandang yang lahir pada tanggal 20 Maret 1970, yang beralamat di jalan Camar VI Blok BL 12A, RTRW 002008. DesaKelurahan Pondok Betung,
Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten. Kedua: Mohammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono yang lahir di Jakarta, 5 Februari 1996,
7
Direktorat Badan Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta, Direktorat Pmbinaan Peradilan Agama, 20001, h. 51.
6
beralamat di jalan Camar VI Blok 12A, RTRW 002008, DesaKelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten.
Pemohon merasakan dan mengalami hak konstitusionalnya dirugikan dengan diundangkannya UU Perkawinan terutama berkaitan dengan Pasal 2
ayat 2 dan Pasal 43 ayat 1. Pasal ini ternyata justru menimbulkan ketidak pastian hukum yang mengakibatkan kerugian pemohon berkaitan dengan status
perkawinan dan status hukum anaknya yang dihasilkan dari hasil perkawinan. Hak konstitusional pemohon yang telah dilanggar dan dirugikan tersebut
adalah hak sebagaimana dijamin dalam pasal 28B ayat 1 dan 2 UUD 1945. Berdasarkan pasal 28B ayat 1 dan 2 tersebut, maka pemohon dan anaknya
memiliki hak konstitusional untuk mendapatkan pengesahan atas pernikahan dan status hukum anaknya. Adapun konsekuensi dari ketentuan pasal 28B ayat
1 dan 2 serta Pasas 28D ayat 1 UUD 1945 tersebut adalah setiap orang memiliki kedudukan dan hak yang sama termasuk haknya untuk mendapatkan
pengesahan atas pernikahan dan status hukum anaknya. Permohonan ini diajukan oleh Machica akibat dari perceraiannya dengan
Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara masa Soeharto. Saat itu, Moerdiono tidak berstatus melajang, namun tengah memiliki isteri yang sah
atau terikat dengan dengan perkawinan lain. Dengan asas perkawinan monogami yang dianut oleh Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang
7
Perkawinan, perkawinan Machica dan Moediono ini tidak dicatatkan di catatan sipil di Kantor Urusan Agama KUA.
8
Lazimnya sebuah perkawinan poligami yang tidak melalui prosedur resmi, perkawinan antara Machica dan Moerdiono inipun tidak dicatatkan secara
resmi. Perkawinan ini hanya mengikuti prosedur perkawinan menurut ajaran agama, yaitu agama Islam. Namun, dari keduanya lahir seorang anak yang
bernama Muhammad Iqbal Ramadhan. Setelah anak ini lahir, Moerdiono menceraikan Machica, juga tanpa prosedur resmi, dan mengingkari status anak
yang dilahirkan dari Machica sebagai anak yang sah. Sejak Moh. Ibal berusia dua tahun, Moerdiono bahkan tidak pernah memberikan nafkah kepada
anaknya tersebut, dan pula status Iqbal pun masih belum jelas, karena Machica tidak dapat mendaftarkan anaknya di catatan sipil untuk mendapatkan akta
kelahiran, lantaran tidak ada nama ayah biologisnya.
9
Putusan MK tersebut membuat penulis dilema, karena disatu sisi putusan itu menurut pandangan penulis merupakan suatu keputusan yang baik yang
tidak diskriminatif bagi kehidupan anak selanjutnya baik secara materi maupun psikologis anak karena dia dengan putusan tersebut pasti mempunyai hubungan
nasab dengan ayahnya. Namun, disisi lain menurut doktrin hukum Islam yang notabene fikih yang penulis pelajari sejak kecil bahwa anak di luar nikah
hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibu dan keluarga ibunya saja.
8
Muhammad Nurul Irfan, Ahmad Tholabi Kharlie dan Asep Syarifuddin, Status Hukum Anak Luar Nikah di Indonesia jakarta: Fajar Media, 2013 h. 54
9
Muhammad Nurul Irfan, dkk, Status Hukum Anak Luar Nikah di Indonesia. h. 54
8
Disamping itu putusan MK tersebut menuai pro kontra di masyarakat. Sebagian pihak pro beralasan karena putusan tersebut bisa melindungi anak
dari bentuk diskriminatif, namun sebagian dari pihak kontra berpendapat bahwa putusan itu bisa menimbulkan pelegalan zina di Indonesia.
Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan, Penulis merasa tertarik untuk meneliti putusan Mahkamah Konstitusi terhadap status anak di luar
nikah dengan Judul skripsi : “PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP STATUS
ANAK LAHIR DI LUAR NIKAH PERSPEKTIF AH”