54
istri atau hamba sehayanya yang sah. Disini ketidak sadaran dan kesalahan dalam keyakinan ini dianggap sebagai penyebab timbulnya syubhat.
12
2 Syubhât karena hukum
Anak syubhat hukum adalah anak yang dilahirkan dari suatu akad pernikahan antara laki-laki dan permpuan, akan tetapi di kemudian hari
diketahui bahwa perempuan itu adalah wanita yang haram dinikahi, baik adik kandungnya atau perempuan lain yang haram dinikahi. Dalam syubhat hukum
setelah diketahui adanya kekeliruan itu, maka perkawinan itu fasahk atau batal secara otomatis, karena wanita itu merupakan salah satu wanita yang haram
dinikahi dalam islam.
2. Menurut Perundang-undangan
Dalam praktik hukum perdata, pengertian anak luar kawin ada dua macam, yaitu 1 apabila orang tua salah satu keduanya masih terikat dengan
perkawinan lain, kemudian mereka melakukan hubungan seksual dengan wanita atau pria lain yang mengakibatkan hamil dan melahirkan anak, maka
anak tersebut dinamakan anak zina, bukan anak luar kawin, 2 apabila orang tua anak di luar kawin itu masih sama-sama bujang, mereka mengadakan
seksual dan serta melahirkan anak, maka anak itu disebut anak luar nikah. Beda keduanya adalah anak zina tidak dapat diakui oleh orang tua biologisnya,
sedangkan anak di luar kawin dapat diakui oleh orang tua biologisnya apabila mereka menikah, dalam akta perkawinan dapat dicantumkan pengakuan
12
M. Nurul Irfan, Nasab dan Stutus Anak dalam Hukum Islam, h.111.
55
erkennen di pinggir akta perkawinannya.
13
Anak luar nikah secara perinci akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Anak Zina
Anak zina tidak dinasabkan kepada kebapaknya sesuai dengan UU No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa
anak yang lahir di luar nikah hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan kelurga ibunya. Sehingga hal tersebut berimplikasi terhadap
lepasnya tanggung jawab ayah yang menghamilinya ibunya. Akan tetapi, tanggung jawab terhadap anak yang lahir di luar nikah itu hanya ada pada
ibu dan keluarga ibunya. Baik hak asuh maupun hak waris. Anak yang lahir dari perbuatan zina tidak diperkenankan untuk diakui
oleh orang yang berbuat zina, kecuali ada dispensasi dari presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 283 jo 273 Kitab Undang-Undang
Perdata. Berdasarkan ketentuan ini, maka anak zina tidak bisa dipaksakan pengakuannya kepada laki-laki yang membuahinya. Hal ini didasarkan
kepada asas hukum perdata yang menentukan bahwa dalam hukum perkawinan harus dihormati ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, di antaranya ada halangan bagi laki-laki untuk menikahi ibu si anak itu. Membenarkan pengakuan yang dipaksakan
13
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum, h.81.
56
dalam peristiwa ini adalah bertentangan dengan prinsip Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang berlaku.
14
b. Anak Hasil Nikah Siri
Anak hasil nikah siri adalah yang dilahirkan akibat pernikahan yang sah tapi tidak melalui catatan sipil Pasal 2 ayat 2 UU No 1 Tahun
1974, pernikahan ini bukanlah pernikahan yang dilarang oleh agama, tetapi pernikahan yang di daftarkan di lembaga yang berwenang. Nikah
siri adalah pernikahan yang terpenuhi rukun dan syaratnya yang ditetapkan dalam hukum islam. Namun, tanpa pencatatan resmi di
instansi berwenang sebagaimana di atur dalam peraturan perundang- rundangan.
15
Pernikahan siri yang tidak dicatatkan atau yang dikenal dengan berbagai istilah lain seperti kawin bawah tangan, kawin siri,atau nikah
sirri, adalah perkawinan yang dilakukan berdasarkan aturan agama atau adat istiadat dan tidak dicatatkan di kantor pegawai pencatatan nikah
KUA bagi yang beragama islam, Kantor Catatan Sipil bagi yang non- muslim. Dalam hal ini kawin siri tidak disaksikan orang banyak dan
tidak dilakukan di hadapan pegawai pencatatan nikah. Kawin siri itu dianggap sah menurut agama tetapi melanggar ketentuan pemerintah.
Akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah anak-anak
14
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.81.
15
srorun N ’ m hol h, Fatwa-Fatwa masalah pernikahan dan keluarga, Jakarta: ELSAS, 2008, h.49
57
yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah, biaya pendidikan ataupun warisan dari ayahnya.
16
c. Anak Sumbang
Kata sumbang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bersalah melanggar adat kebiasaan, kesopanan, dsb. Kata sumbang merupakan
ungkapan resmi bahasa indonesia. Adapun secara istilah anak sumbang adalah sebuah ungkapan yang artinya merupakan hasil hubungan gelap
antara saudara dekat. Jadi yang dimaksud anak sumbang adalah anak yang merupakan hasil hubungan terlarang antara saudara dekat.
Anak demikian sesuai Pasal 283 KUHPerdata tidak mempunyai hubungan keperdataan yang bersifat hukum kekelurgaan, bahkan
terhadap ibunya. Sedangkan bapaknya tidak dapat mengakuinya.
17
Bahkan jika ada pengakuan, maka pengakuan itu sama sekali adalah batal dan itu sama sekali tidak ada kaitan hukumannya, sehingga kebatalannya
dapat dimintakan oleh setiap orang, meskipun pengakuan itu ternyata tidak ada yang membantah.
18
16
Darmabrata, Wahono, dan S ur n hl n j r f. “Hukum Perkawinan dan Keluarga di
Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004, h.89
17
Abadur Rozak Husein, Hak Anak Dalam Hukum Islam , Jakrta: Fikahati Aneska, 1992, h.21.
18
Abadur Rozak Husein, Hak Anak Dalam Hukum Islam. h.26.