C. Tokoh-Tokoh Yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Majalah
Risalah
Terbitnya majalah Risalah pada tahun 1962 hingga saat ini, merupakan hasil dari perjuangan Yunus Anis dan ayahnya, yakni Kyai Haji Endang
Abdurrahman. Keduanya memiliki semangat jihad untuk mengembangkan dakwah Persis, sehingga apa yang disampaikannya dapat diketahui oleh
masyarakat umum. Di awal penerbitannya Risalah mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam penerbitan, seperti percetakan, minimnya dana yang dimiliki,
dan lemahnya di bidang menajemen. Meskipun demikian, hal tersebut tidak membuat Yunus Anis dan K. H. E. Abdurrahman untuk berhenti berusaha dalam
langkah mengembangkan penerbitan majalah Risalah.
58
Ini terbukti berkat perjuangan keduanya majalah Risalah dapat terbit hingga saat ini.
Tidak jauh berbeda dengan majalah pada umumnya, Risalah menyediakan rubrik tanya jawab, di mana masyarakat dapat menanyakan permasalahan apa saja
terutama mengenai keagamaan. Hal ini tidak terlepas dari penyebaran paham keagamaan yang dilakukan Persis melalui bidang publikasi, sebab pada saat itu
bidang-bidang garapan bidgar dakwah Persis belum berjalan seperti sekarang, sehingga tidak heran jika majalah Risalah lebih banyak menanggapi persoalan
keagamaan dibandingkan dengan wacana-wacana nasional maupun internasional. Di awal penerbitannya ketebalan majalah Risalah kurang lebih 30 halaman dan
berbahasa Indonesia. Format yang masih sederhana menjadi lebih baik setelah
58
Wawancara Dengan Ust Tatang Fauzi pada tanggal 24 Agustus 2015.
dibantu oleh percetakan Dua-R dalam penerbitannya. Adapun, tulisan-tulisan yang ditampilkan tidak disertai ilustrasi dan foto.
59
Pada tahun 1972 pengelola Risalah digantikan oleh ayahnya Yunus Anis,
yakni K. H. E. Abdurrahman yang menjabat sebagai ketua umum Pimpinan Pusat
Persis sekaligus merangkap sebagai ketua Pimpinan Persis di Pajagalan-Bandung pada saat itu. Terkait dengan peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah pada
masa Orde Baru, yang melarang organisasi massa untuk menerbitkan suatu media, maka dibentuklah sebuah badan hukum berupa yayasan bernama Yayasan
Penerbitan Risalah. Meskipun demikian, yang dicantumkan sebagai penerbit majalah Risalah tetap Pimpinan Pusat Persatuan Islam bagian penyiaran dan
publikasi.
60
Wafatnya K. H. E. Abdurrahman pada tahun 1983, pengelolaan majalah Risalah digantikan oleh Abdul Latief Mukhtar sekaligus menjabat sebagai ketua
umum Pimpinan Pusat Persis. Pada masa kepemimpinanya, Latief mengangkat Bambang Setyo Supriyanto menjadi pemimpin redaksi dan penanggung jawab
hariannya. Pada masa ini, majalah Risalah tidak hanya ditunjukan kepada warga Persis, tetapi juga masyarakat luas. Seiring perubahan kepengurusan majalah
Risalah baik isi, penulis dan formatnya mengalami perubahan. Tidak hanya itu, pada tahun 1985 Yayasan Penerbit Risalah berganti nama menjadi Yayasan
Risalah Pers, seiring diberlakukannya Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SIUPP.
61
59
Ibid.
60
Profil Majalah Risalah, h. 1.
61
Ibid, h. 1.
Pergantian kepemimpinan Pimpinan Pusat Persis oleh Shiddiq Amien setelah wafatnya Abdul Latief Mukhtar pada tahun 1997, maka kepemimpinan
redaksi majalah Risalah pada tahun 2000 diganti oleh Mohammad Rahmat Najieb yang bekerja sama dengan H. Andi Sugandi sebagai pemimpin perusahaan.
Namun, setelah wafatnya Shiddiq Amien kepemimpinan di ambil alih oleh M. Abdurrahman sebagai ketua umum dan Irfan Safruddin sebagai wakil ketua
umum. Demikianlah, tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan majalah Risalah. Adapun, pergantian kepemimpinan redaksi majalah Risalah
sendiri disesuaikan seiring dengan adanya pergantian kepemimpinan Pimpinan Pusat Persis.
62
62
Ibid, h. 1.
35
BAB III DINAMIKA PERPOLITIKAN DAN PERANAN MEDIA PERS
DI INDONESIA TAHUN 1998-1999
A. Pengertian Politik
Kata politik sudah menjadi kata internasional, di mana semua orang di berbagai bangsa telah mengenalnya. Hanya saja, begitu banyaknya bahasa yang
digunakan oleh berbagai bangsa, sehingga pengucapan dan ejaannya saja yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama.
63
Di masa Yunani Kuno pemikiran mengenai negara telah ada sejak tahun 450 SM. Hal ini terbukti dari karya-karya
ahli sejarah atau filusuf, seperti Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lain sebagainya. Terkait dengan hal itu, Miriam Budiardjo menjelaskan dalam bukunya
“Dasar- Dasar Ilmu Politik” bahwa, persoalan mengenai negara merupakan titik sentral
dari ilmu politik sebab ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.
64
Masalah politik sendiri akan timbul ketika sekumpulan manusia atau orang mulai hidup berdampingan, sehingga pengaturan dan pengawasan mulai dibentuk.
Sejak saat itulah, para pakar politik mulai memikirkan konsep-konsep untuk mengatsi masalah-masalah yang menyangkut batasan kekuasaan, hubungan antara
yang memerintah dengan yang diperintah, sistem apa yang dapat menjamin
63
Zainal Abidin Ahmad, Ilmu Politik Islam jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 18.
64
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 5 dan 13.