“Mursalin Dahlan selaku jubir 50 ormas Islam menandaskan bahwa fraksi ABRI merupakan kunci penyelesaian dalam masalah ini. “ABRI selaku
anak kandung rakyat, sudah sepantasnya memperjuangkan aspirasi rakyat yang mayoritasnya uamat Islam. Umat Islam mengkendaki aliran
kepercayaan dikeluarkan dari GBHN. Oleh sebab itu kami memohon bantuan bapak-bapak dari FABRI untuk memperjuangkan aspirasi umat
Islam. katanya.” Menjawab tuntutan itu, hari Subarno mengatakan, bahwa pada dasarnya terdapat kesamaan antara FABRI dengan kehendak 50
orma s Islam itu. “FABRI tidak akan mentolelir kepada segala upaya yang
mengotori akidah umat Islam. dan jika mengarah kepada pembentukan agama baru, maka harus berhadapan dengan ABRI,” tandasnya”
125
Melihat persoalan dari kutipan tersebut, menunjukan bahwa, munculnya
aliran kepercayaan di Indonesia merupakan dampak yang ditimbulkan dari krisis sosial yang telah mengrogoti akhlak bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, secara
tidak langsung melalui majalah Risalah Persis menyerukan agar pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut, dan menekankan kepada masyarakat
Indonesia lebih waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
D. Politik-Hukum
Di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan, membuat masyarakat tidak mudah untuk mengendalikan diri atas rasa
ketidakpuasan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Hal ini yang kemudian, menimbulkan rasa kekhawatiran di tengah masyarakat yang akhirnya
tampak dalam aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat. Unjuk rasa tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam
125
“Harapan Umat Islam Jawa Barat Aliran Kepercayaan Dikeluarkan dari GBHN,” Majalah Risalah, No. 11, Januari 1998, h. 35-36.
kepemimpinan,
126
tetapi juga adanya sebuah kepastian hukum atas segala peristiwa yang terjadi di Indonesia. Seperti kutipan berikut:
“Arus Reformasi, kenyataanya terus menggelinding seperti tiada henti. Ibarat air bah yang tidak mampu di bendung, energi dorongannya
menghantam berbagai bentung rintangan dan halangan di hadapannya. Hampir setiap hari kita mendengar berita tetang lahirnya organisasi anu,
badan ini, lembaga itu, barisan fulan, dan lain-
lain….meskipun begitu, amat di sayangkan apabila arus Reformasi melaju tanpa terkendali,
agaknya mulai dapat kita rasakan. Tanda-tanda ke arah itu bisa mulai terlihat lewat beberapa fakta terbaru, yakni penelusuran dalang penculikan
atau penghilangan secara paksa. Ketika arus anggota masyarakat menginginkan pengusutan dilakukan, pejabat berwenang dalang pandagan
awam seolah-olah telah menggali parit dalam-dalam sebagai kanalisasi
arus tuntutan masyarakat tersebut….mengapa “orang” begitu cepat membangun
terusan proyek
kanal untuk
peristiwa-peristiwa diatas?...padahal menegakkan keadilan tidaklah hanya diarahkan kepada
kasus-kasus yang baru saja terjadi, melainkan harus dibentuk suatu upaya pengusutan lebih jauh agar dapat diketahui akar dari berbagai pelanggaran
HAM.”
127
Menurut kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, di tengah derasnya arus
Reformasi, masyarakat menginginkan agar pemerintah segera mengungkap secara terbuka dan transparan terhadap berbagai pristiwa yang banyak menimbulkan
korban jiwa dan berbagai penyimpangan yang telah dilakukan para petinggi negara. Sayangnya, dari sekian banyaknya tuntutan masyarakat terhadap
penegakkan hukum, tidak satupun kasus yang diungkap secara tuntas, seperti kasus penembakan mahasiswa Trisakti sampai saat ini belum diketahui siapa
pelakunya. Begitu juga dengan undang-undang yang lahir banyak yang tidak sesuai
dengan kehidupan masyarakat, salah satunya adalah penerapan Asas tunggal yang
126
Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik Yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, h. 4-5.
127
“Menegakkan Keadilan di Saat Berkeliarannya Badut Politik,” Majalah Risalah, No. 7, September 1998, h. 13.
secara tidak disadari telah menimbulkan dampak yang cukup merugikan umat Islam. Misalnya, tragedi berdarah di Aceh 1987-1997, Tanjung Priok, dan lain
sebagainya, maka pada masa Reformasi Persis menyatakan harapan dan permintaannya kepada pemerintah melalui majalah Risalah, di antaranya:
1. Penerapan asas tunggal bagi parpol dan ormas melalui UU No. 31975 Jo.
UU No. 31985 dan UU No. 81985 merupakan rekayasa Rezim Orde baru untuk mengendalikan dan mengebiri bernagai aspirasi dan kepentingan
kelompok masyarakat dalam rangka mempertahankan status quo. Secara historis pemaksaan asas tunggal telah membawa implikasi negatif, tragedy
berdarah di Aceh 1987-1997, Tanjung Priok 1984, Lampung 1989, penyekapan da pemenjaraan banyak ulama, aktifis dan tokoh masyarakat
tanpa melalui proses pengadilan, dan sebagainya. Mempertahankan asas tunggal merupakan sikap yang bertentangan dengan semangat Reformasi,
demokrasi, dan asa kebinekaan yang merupakan potensi kreatif dan positif, serta bertentangan dengan prinsip-prinsip dasarhak-hak asasi manusia.
2. Persatuan Islam Persis menyatakan sangat prihatin dan beristighfar
setelah mencermati laporan dan berita tentang tindakan yang tidak manusiawi, serta pelanggaran HAM yang terjadi khususnya di Aceh.
3. Persis mengapresiasi permintaan maaf yang di sampaikan oleh
Menhankanpangab atas tindakan aparat keamanan yang telah melukai hati dan membuat penderitaan berkepanjangan masyarakat Aceh. Serta
mencabut status Daerah Oprasi Militer DOM bagi wilayah tersebut.
4. Persis mendesak agar pemerintah menunjukkan langkah yang lebih
realistis, di samping pernyataan maaf dalam bentuk: 4.1.Membebaskan seluruh tapol tahanan politik dan napol narapidana
politik Islam. 4.2.Memperluas DKP dewan kehormatan perwira menjadi DKM dengan
cakupan tugas kasus penculikan pada aktifis, juga kasus Tanjung Priok, Aceh, Lampung, Haur Koneng, dan sebagainya.
4.3.Mengadili para pelaku dan dalang di balik pelangggaran HAM hak Asasi manusia yang termaktub pada diktum 4.2. diatas.
128
Berdasarkan surat pernyataan Persis yang dipublikasikan melalui majalah Risalah menjelaskan bahawa, Perubahan tatanan politik Indonesia yang lebih
demokratis diharapkan agar pemerintah segera melakukan tindakan terhadap berbagai peristiwa yang telah banyak menelan korban jiwa baik peristiwa yang
128
Ibid, 8-9.
baru terjadi maupun yang telah lama akan segera terungkap kebenarannya sehingga hukum dapat segera ditegakkan kepada para pelaku sesuai dengan
hukum yang berlaku. Demikianlah, pemberitaan yang di sampaikan dalam majalah Risalah sebagai respon Persis terhadap isu-isu politik yang berkembang
di tengah masayarakat Indonesia.