Pengertian Politik Perpolitikan Di Indonesia Dalam Sorotan Pers Islam : Analisa Majalah "Risalah" Tahun 1998-1999

adanya krisis moneter pada pertengahan 1997, 73 di mana nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin rendah, sehingga harga-harga kebutuhan masyarakat semakin tinggi. 74 Di tengah peliknya persoalan yang ada menyebabkan terjadinya demonstrasi dan kerusuhan. 75 Selain itu, struktur birokrasi pada masa Orde Baru yang tidak bertanggung jawab dan otoriter, dianggap telah membawa kemerosotan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, 76 sehingga dampak yang ditimbulkan sepanjang sejarah Orde Baru adalah cukup banyaknya konflik politik 77 yang terjadi tidak dengan mudah dapat terselesaikan meskipun rezim Orde Baru telah lengser. Lengsernya rezim Orde Baru tidak terlepas dari banyaknya kalangan yang menganggap bahwa, kekuasaan Orde Baru tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang dianut oleh Indonesia. Hal ini telah memicu seluruh lapisan masyarakat termasuk mahasiswa melakukan demonstrasi sepanjang akhir 1997 sampai pada aksi pendudukan gedung MPRDPR-RI sejak 19 hingga 22 Mei 1998. 78 Terkait lengsernya rezim Orde Baru sekaligus memasuki era Reformasi telah memberikan kebebasan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi terutama di bidang politik baik mendirikan partai politik maupun lembaga non- politik, serta bebas meyatakan pendapat. Sayangnya, di tengah kebebasan tersebut 73 Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik Yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, Jakarta: THC Mandiri, 2006, h. 1. 74 Selo Soemardjan, Kisah Perjuangan Reformasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999, h. xix. 75 Eep Saefullah, Membangun Oposisi Agenda-Agenda Perubahan-Perubahan Politik Masa Depan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999, h. 14. 76 M. Syafi‟i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesi, Jakarta Selatan: Para Madina, 1995, h. 17. 77 Eep Saefullah, Membangun Oposisi Agenda-Agenda Perubahan-Perubahan Politik Masa Depan, h. 14. 78 M. Fadjroel Ranchman, “Refleksi atas Gerakan Reformasi Total 1998,” Media Indonesia, 17 Juni 1998, h. 4. menjadi semakin tidak terkendali sebab tidak adanya kontrol untuk mengendalikan kebebasan yang dikehendaki, serta kurangnya ide untuk menyusun konsep sistem politik yang lebih matang setelah rezim Orde Baru. 79 Justru sebaliknya, banyak kalangan elit politik maupun kalangan sosial menengah lebih mengutamakan dan memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan posisi atau jabatan dalam struktur pemerintahan. Dari sekian banyak faktor yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru salah satunya adalah ketidakstabilan politik membuat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan perpecahan disintegrasi di kalangan umat Islam. Hal ini yang kemudian menjadi permasalahan besar yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia, sebab dampak ditimbulkan cukup signifikan terhadap berbagai aspek perubahan dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia. 80 Dalam pemulihan ketidakstabilan politik dilakukan re-integrasi penyatuan kembali pada masa Reformasi. Sayangnya, upaya tersebut sedikit terhambat karena kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan B. J. Habibie yang menganggap kekuasaannya merupakan perpanjangan dari rezim Orde Baru, sehingga menumbuhkan gagasan atau ide-ide baru di kalangan masyarakat dalam membangun sebuah sistem politik yang lebih baik dengan cara membentuk partai politik sebagai wadah untuk menyusun dan menyatukan aspirasinya dalam pemerintah Indonesia. 81 79 As‟ad Said Ali, Ideologi Gerakan Pasca-Reformasi, Jakarta: LP3S, 2012, h. ix. 80 M. Fadjroel Ranchman, “Refleksi atas Gerakan Reformasi Total 1998,” Media Indonesia, 17 Juni 1998, h. 4. 81 Selo Soemardjan, Kisah Perjuangan Reformasi, h. xxi. Salah satu upaya yang dilakukan B. J. Habibie untuk mengembalikan kepercayaaan masyarakat yakni, dengan menyegerakan pelaksanaan pemilu sekaligus pergantian presiden dan memberikan kesempatan kepada partai politik untuk berpartisispasi dalam pemilu. Oleh sebab itu, tidak heran jika pemilu pada tahun 1999, telah memicu lahirnya banyak partai politik yang ikut serta. Namun, banyaknya partai politik telah menimbulkan persaingan dalam memperoleh suara pemilih yang disebabkan adanya perbedaan visi, orientasi, dan kepentingan elit partai. 82 Di samping itu, era Reformasi merupakan momentum bagi kebangkitan dan perkembangan sistem politik yang lebih demokratis, setelah partai Islam mengalami marjinalisasi politik selama rezim Orde Baru. 83 Dalam pemilu partai Islam dihadapkan pada pilihan pelik antara menyesuaikan diri atau melakukan perlawanan dengan kekerasan terhadap sistem yang ada sebab baik partai politik Islam maupun partai politik non-Islam yang mengupayakan demokrasi harus menentukan strategi yang paling efektif untuk mencapai tujuan mereka. 84 Namun, ketika melihat keadaan umat Islam yang kurang tanggap terhadap permasalahan politik antara dikotomi partai Islam dengan partai non-Islam membuat lembaga- lembaga non partai ikut berpartisipasi dalam penyadaran kepada umat Islam agar menyalurkan hak pilihnya pada partai-partai politik yang dianggap dapat membela kepentingan umat Islam, melalui beberapa koran bersekala nasioanal seperti yang 82 Imam Tholkhah, Anatomi Konflik Politik di Indonesia, penerjemah Achmad Syahid dan Jajat Burhanuddin, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, h. 225-226. 83 Ibid, h. 228. 84 John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek, penerjemah Rahmania Astuti, Bandung: Mizan, 1999, h. 2.