Bab  II. Membahas  sejarah  berdirinya  Persatuan  Islam  dan  Majalah
Risalah,  tujuan  diterbitkan  Majalah  Risalah,  tokoh-tokoh  yang  berpengaruh tehadap perkembangan Majalah Risalah.
Bab  III. Membahas  mengenai  dinamika  perpolitikan  dan  peranan  media
pers di Indonesia tahun 1998-1999, mencakup pengertian politik, dan peran media pers.
Bab  IV. Berisi  gambaran  mengenai  analisis  perpolitikan  di  Indonesia
dalam  Majalah  Risalah  tahun  1998-1999  meliputi,  ekonomi-politik,  politik, sosial-politik, dan politik hukum.
Bab V. Merupakan penutup berisi kesimpulan dari keseluruhan bab  yang
merupakan  jawaban  dari  permasalahan  yang  dikaji  dalam  Skripsi  ini  dan  diisi dengan saran-saran.
17
BAB II PERSATUAN ISLAM
A. Sejarah Berdirinya
Persatuan  Islam  Persis  merupakan  sebuah  organisasi  yang  didirikan  di Bandung
pada  tanggal  12  September  1923.  Ide  pendirian  organisasi  ini  bermula dari  sebuah  kelompok  diskusi  tentang  agama  atau  kegiatan-kegiatan  lain  dalam
agama yang bersifat kenduri hajatan. Biasanya diskusi tersebut, diadakan secara bergilir di rumah salah seorang anggota kelompok yang berasal dari Sumatra dan
telah lama menetap di Bandung. Mereka merupakan keturunan dari tiga keluarga yang  pindah  dari  Palembang  sekitar  abad  ke-18.
Tema  yang  didiskusikan, biasanya seputar gerakan keagamaan yang tengah berkembang saat itu. Misalnya,
konflik  yang  terjadi  dalam  tubuh  Jamiat  Khair  mengenai  golongan  sayyid  yang dianggap  mempunyai  derajat  yang  lebih  tinggi,  sehingga  mengakibatkan
perpecahan
24
atau  masalah  agama  yang  dimuat  dalam  majalah  al-Munir  terbitan Padang dan majalah al-Manar terbitan Mesir yang telah lama menjadi bacaan dan
perhatian mereka.
25
Tokoh utama dalam setiap diskusi adalah H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus,  sebab  keduanya  memiliki  pengetahuan  agama  yang  cukup  luas  sehingga
banyak memaparkan pemikirannya dalam  diskusi.
26
Padahal,  H. Zamzam  dan H. Muhammad  Yunus  adalah  pedagang  biasa,  tetapi  keduanya  mempunyai
kesempatan dan waktu luang untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. H.
24
Dadan Wildan Anas, Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983, Bandung: Gema Syahida, 1995, h. 19 dan 27-28.
25
Badri  Khaeruman,  Persis Sejarah  Pembaharuan  Islam  “Kembali  Kepada  Al-Qur’an
dan Al- Sunnah,” Bandung: FAPPI  Iris Press, 2010, h. 45.
26
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3S, 1996 h. 96.
Zamzam  sendiri  memperoleh  pendidikan  agama  Islam  di  Dar  al-Ulum,  Mekkah selama tiga tahun.
Pada tahun 1910 H. Zamzam mengajar di Darul Muta‟allimin, sebuah  sekolah  yang  terletak  di  Bandung.  Sedangkan  H.  Muhammad  Yunus
memperoleh  pendidikan  agama  secara  tradisional.  Akan  tetapi,  H.  Muhammad Yunus pandai berbahasa Arab.
27
Pada  mulanya,  mereka  yang  datang  dalam  diskusi  hanya  sekedar  untuk memenuhi  undangan  kenduri  hajatan  yang  diadakan  H.  Zamzam  dan  H.
Muhammad Yunus, sebab tidak sedikit dari mereka tertarik dengan makanan khas Palembang  sebagai  hidangan  yang  disajikan.  Namun,  seiring  berjalannya  waktu
ketertarikan para jamaah tidak hanya sekedar untuk menikmati hidangan tersebut, tetapi kajian tentang Islam yang disampakan oleh H. Zamzam dan H. Muhammad
Yunus  menjadi  daya  tarik  untuk  menambah  wawasan  tentang  agama.
28
Hal  ini yang  kemudian  menyadarkan  mereka  akan  bahaya  keterbelakangan,  kejumudan
د مج kemandegan berfikir, penutupan ijtihad دا تجإ kesepakatan, taklid buta ديلقت mengikuti  tanpa  alasan,  dan  serangkaian  praktek  bid‟ah.  Di  mana  praktek-
praktek tersebut akan menyebabkan terkikisnya nilai keislaman dari umat Islam.
29
Selain  itu,  disk usi  juga  dilakukan  dengan  para  jama‟ah  shalat  jum‟at,
sehingga  anggota  yang  turut  berpartisipasi  dalam  kelompok  diskusi  semakin bertambah,
30
tidak  hanya  dari  kalangan  keluarga  maupun  kerabat  dekat  H. Zamzam  dan  H.  Muhammad  Yunus  tetapi  banyak  orang-orang  di  luar  mereka
27
Dadan Wildan Anas, Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983, h. 28.
28
Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 96.
29
Shiddiq  Amien,  dkk., Panduan  Hidup  Berjama’ah  Dalam  Islam  Jam’iyyah  Persis,
h.102.
30
Badri  Khaeruman,  Persis Sejarah  Pembaharuan  Islam  “Kembali  Kepada  Al-Qur’an
dan Al- Sunnah,” h. 46.