dan 2. Pasal 40 dan Beijing Rules Butir 6 dan Butir 11. 1, 2, 3 dan 4 diberikan peluang bagi dilakukannya diversi.
71
Pengalihan perkara oleh polisi dan penuntut umum serta pejabat lain yang berwenang untuk menjauhkan anak dari proses peradilan formil, penahanan, atau
pemenjaraan. Program divesi ini dilakukan dengan menempatkan anak dibawah pengawasan badan - badan sosial tertentu yang membantu pelaksanaan sistem
peradilan pidana anak sebagaimana disebut dalam Undang - Undang.
72
Pasal 5 Ayat 1 Undang- undang No 11 Tahun 2012” Sistem Peradilan Pidana
Anak wajib mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif.
73
Ide mengenai restorative justice masuk dalam Pasal 5, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restoratif ayat 1, yang
meliputi : a. Penyidikan dan penututan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang - undang ini;
b. Persidangan anak dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum; c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan, atau pendampingan selama proses
pelaksanaan pidana, tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan.
2. Pengertian Diversi Dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012
71
Ibid.
72
Ibid.
73
Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Universitas Sumatera Utara
Ide diversi pada mulanya dirancangkan dalam United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice SMRJJ yang disebut The
Beijing Rules. Prinsip-prinsip Diversi Menurut The Beijing Rule 11 adalah
74
: a. Diversi dilakukan setelah melihat pertimbangan yang layak, yaitu
penegak hukum polisi, jaksa, hakim, dan lembaga lainnya diberi kewenangan untuk menangani pelanggar - pelanggar hukum berusia muda
tanpa menggunakan pengadilan formal. b. Kewenangan untuk menentukan Diversi diberikan kepada aparat penegak
hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan lembaga lain yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sistem hukum masing-
masing dan juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam The Beijing Rules.
c. Pelaksanaan Diversi harus dengan persetujuan anak, atau orang tua walinya, namun demikian keputusan pelaksanaan Diversi setelah ada kajian
oleh pejabat yang berwenang atas permohonan Diversi tersebut. d. Pelaksanaan Diversi memerlukan kerja ama dan peran masyarakat,sehubungan
dengan adanya program Diversi seperti : Pengawasan, bimbingan sementara, pemulihan, dan ganti rugi kepada korban.
Diversi, merupakan pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan - tindakan kebijaksanaan dalam menangani atau
menyelesaikan masalah pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak meneruskan, melepaskan dari proses peradilan pidana
atau mengembalikan, menyerahkan kepada masyarakat.
75
Dan dapat diserahkan kepada tempat - tempat sosial atau pelayanan sosial lainnya. Penerepan Diversi dapat
diterapkan di semua tingakat pemeriksaan, dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatife keterlibatan anak dalam proses peradilan tersebut
74
Angger Sigit Pramukti Fuandy Primaharsya, op.cit., hlm.67.
75
Ibid. hlm. 68.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, istilah Diversi pertama kali dimunculkan dalam perumusan hasil seminar nasional peradilan anak yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum
Universitas Padjajaran Bandung tanggal 5 Oktober 1996.
76
Perumusan hasil seminar tersebut tentang hal-
hal yang disepakati,antara lain”Diversi”, yaitu kemungkinan hakim menghentikan atau mengalihkan atau tidak meneruskan pemeriksaan perkara
dan pemeriksaan terhadap anak selam proses pemeriksaan di muka sidang,
77
Kebijakan legislative tentang perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengn hukum melalui diversi dalam sistem peradila anak adalah dengan
membentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Diversi dalam sistem peradilan pidan anak.
78
Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada tanggal 30 Juli 2012, maka Indonesia
sudah secara sah memiliki suatu peraturan yang memberi perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan denagn hukum dengan salah satu metodenya adalah
Diversi.
79
Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak belum menerapkan lembaga Diversi dalam rumusannya. Menyebabkan banyak perkara
pidana bermuara dari tindak kenakalan anak yang sifatnya Juneville Delinquency semata, yang seharusnya tidak perlu proses sampai ke ranah pidana .
76
Romli Atmasasmita,op.cit.,hlm.201
77
Ibid.
78
Angger Sigit Pramukti Fuandy Primaharsya, op.cit., hlm 68
79
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang NO.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Diversi sudah merupakan suatu kesatuan dalam proses pidana anak. Hal ini menarik
karena sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI banyak menangani kasus anak dan sudah menggunakan ide Diversi ini sebagai salah satu cara
penyelesaian kasus anak sebelum Undang-Undang No.11 Tahun 2012 berlaku.
80
KPAI menggunakan dasar Undang - Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai dasar melaksanakan Diversi.
Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak piada tertentu dari proses pidana formal ke penyelesain damai
antara tersangka, terdakwa, pelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan atau masyarakat, Pembimbingan Kemasyarakatan Anak, polisi, jaksa
atau hakim.
81
Pada pasal 6 UU Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan tujuan diversi, yakni antara lain :
a. Mencapai perdamain antara korban dan anak; b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan
c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan; d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
80
Ibid., hlm. 69.
81
Naskah Akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak
Universitas Sumatera Utara
Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan restoratif yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah permasalahan, bukan sebuah
pembalasan yang selama ini dikenal dalam hukum pidana. Kewajiban mengupayakan diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri, dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan:
a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun.
82
b. bukan merupakan pengulanagn tindak pidana.
83
Ketentuan ini menjelaskan bahwa anak yang melakukan tindak pidana yang ancamannya lebih dari 7 tujuh tahun dan merupakan sebuah pengulangan maka
tidak wajib diupayakan diversi, hal ini memang penting mengingat kalau ancaman hukuman lebih dari 7 tujuh tahun tergolong pada tindakan pidana berat,dan
merupakan suatu pengulanagn, artinya anak pernah melakukan tindak pidana baik itu sejenis maupun tidak sejenis termasuk tindak pidana yang diselesaikan melalui
diversi. Pengulangan tindak pidana oleh anak, menjadi bukti bahwa tujuan diversi tidak tercapai yakni menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak untuk tidak
mengulangi perbuatan yang berupa tindakan pidana. Upaya diversi terhadapnya bisa saja tidak wajib diupayakan.
82
Pasal 7 ayat 1 UU Sistem Peradilan Pidana Anak
83
Pasal 7 ayat 2 UU Sistem Peradilan Pidana Anak
Universitas Sumatera Utara
Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua atau walinya, korban dan atau orang tua atau walinya, pembimbing
Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.
84
Musyawarah tersebut juga dapat melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan atau masyarakat.
Proses diversi sendiri wajib memperhatikan:
85
a. kepentingan korban; b. kesejahteraan dan tanggung jawab anak;
c. penghindaraan stigma negative; d. penghindaran pembalasan;
e. keharmonian masyarakat;dan f. kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Pada proses penegakan hukum pidana anak, maka aparat baik itu penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus mempertimbangkan
kategori tindak pidana , umur anak, hasil pnelitian kemasyarakatan dari Bapas dan dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.
86
B. Analisis Yuridis Putusan Nomor : 06PID.SUS- ANAK2014PN.MDN