Jenis - jenisTindak Pidana Penggelapan

menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan temannya itu dan tidak berarti sepeda itu dibikinnyamenjadi gelap atau tidak terang. 43 Lebih mendekati pengertian bahwa petindak tersebut menyalahgunakan haknya sebagai yang menguasai benda, hak mana tidak boleh melampaui dari haknya sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai atau memegang sepeda itu. 44

c. Jenis - jenisTindak Pidana Penggelapan

Berikut jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV Pasal 372 sampai dengan 377 KUHP. 1 Penggelapan biasa Yang dinamakan penggelapan biasa adalah penggelapan yang diatur dalam Pasal 372 KUHP: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri zich toeegenen barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.Unsur – unsur Pasal 372 yaitu : 1. Dengan sengaja memiliki.Memiliki suatu barang. 2. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain. 3. Mengakui memiliki secara melawan hukum. 4. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan. 2 Penggelapan Ringan 43 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003, hal .70. 44 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pengelapan ringan adalah penggelapan yang apabila yang digelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari Rp.25. Diatur dalam Pasal 373 KUHP. Unsur- unsure pasal 373 KUHP : 1. Dengan sengaja memiliki. 2. Memiliki suatu bukan ternak. 3. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain. 4. Mengakui memiliki secara melawan hukum 5. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan. 6 Harganya tidak lebih dari Rp. 25, 3. Penggelapan dengan Pemberatan Penggelapan dengan pemberatan yakni penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena mendapat upah. Pasal 374 berbunyi : “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.” 45 R. Soesilo dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menyatakan bahwa pasal ini biasa disebut dengan “Penggelapan dengan Pemberatan”, di mana pemberatannya adalah dalam hal : 45 Pasal 374 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara a. terdakwa diserahi menyimpan barang yang digelapkan itu karena hubungan pekerjaannya persoonlijke dienstbetrekking, misalnya perhubungan antara majikan dan pembantu rumah tangga atau majikan dan buruh b. terdakwa menyimpan barang itu karena jabatannya beroep, misalnya tukang binatu menggelapkan pakaian yang dicucikan kepadanya, tukang jam, sepatu, sepeda, dsb menggelapkan sepatu, jam dan sepeda yang diserahkan kepadanya untuk diprbaiki c. karena mendapat upah uang bukan upah berupa barang, misalnya pekerja stasiun membawakan barang orang penumpang dengan upah uang, barang itu digelapkannya. Mengenai unsur subyektif dan obyektif S.R Sianturi menyatakan bahwa subyek tindak pidana adalah manusia, hal ini disimpulkan dari: 1. Perumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan istilah: barangsiapa, warga negara Indonesia, nakhoda, pegawai negeri dsb. 2. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana yang diatur dengan mensyaratkan “kejiwaan”. 3. Ketentuan mengenai pidana denda yang hanya manusia yang mengerti akan nilai uang. Mengenai unsur obyektif, S.R Sianturi menyatakan bahwa unsur obyektif ditafsirkan pada suatu tempat, waktu, dan keadaan. Artinya, tindakan tersebut harus Universitas Sumatera Utara terjadi pada suatu tempat di mana ketentuan pidana berlaku, belum daluarsa, dan merupakan tindakan tercela. 46 4. Penggelapan oleh Wali dan Lain- lain Pasal 375 KUHP berbunyi “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau yang dilakukan oleh wali pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya selaku demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun. 47 Unsur – unsur yang terdapat dalam pasal 375 KUHP yaitu : 1. Dengan sengaja memiliki. 2 Memiliki suatu barang. 3. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain. 4. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan. 5. Terpaksa disuruh menyimpan barang. 6. Dilakukan oleh wali, atau pengurus atau pelaksana surat wasiat, atau pengurus lembaga sosial atau yayasan. Penggelapan yang ada pada pasal 375 ini adalah beradanya benda objek 46 Tindak Pidana Penggelapan dengan Pemberatan, http : www .hukumonline.com klinik detail lt4e9f694721b03 tindak- pidana-penggelapan-dengan-pemberatan, diakses pada tgl 1 April 2015. 47 Pasal 375 KUHP Universitas Sumatera Utara Penggelapan di dalam kekuasaan pelaku disebabkan karena: Terpaksa disuruh menyimpan barang itu, ini biasanya disebabkan karena terjadi kebakaran, banjir dan sebagainya. Kedudukan sebagai seorang wali voogd; Wali yang dimaksudkan di sini adalah wali bagi anak-anak yang belum dewasa. Kedudukan sebagai pengampu curator; Pengampu yang dimaksudkan adalah seseorang yang ditunjuk oleh hakim untuk menjadi wali bagi seseorang yang sudah dewasa, akan tetapi orang tersebut dianggap tidak dapat berbuat hukum dan tidak dapat menguasai atau mengatur harta bendanya disebabkan karena ia sakit jiwa atau yang lainnya. 5. Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga Penggelapan dalam lingkungan keluarga yakni penggelapan yang dilakukan dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau oleh wali, pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya. 48 Unsur- unsur Pasal 376 KUHP yaitu : 1. Dengan sengaja memiliki. 2. Memiliki suatu barang. 3. Barang yang dimiliki seluruhnya atau sebagian termasuk milik orang lain 4. Mengakui memiliki secara melawan hukum. 48 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, Cet. 29, hal.132. Universitas Sumatera Utara 5. Barang yang ada dalam kekuasaan bukan karena kejahatan. 6 Penggelapan dilakukan suami isteri yang tidak atau sudah diceraikan atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin. Hukuman, hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu. Tindak pidana penggelapan dalam keluarga disebut juga delik aduan relatif dimana adanya aduan merupakan syarat untuk melakukan penuntutan terhadap orang yang oleh pengadu disebutkan namanya di dalam pengaduan. Dasar hukum delik ini diatur dalam pasal 376 yang merupakan rumusan dari tindak pidana pencurian dalam kelurga sebagaimana telah diatur dalam pembahasan tentang pidana pencurian, yang pada dasarnya pada ayat pertama bahwa keadaan tidak bercerai meja dan tempat tidur dan keadaan tidak bercerai harta kekayaan merupakan dasar peniadaan penuntutan terhadap suami atau istri yang bertindak sebagai pelaku atau yang membantu melakukan tindak pidana penggelapan terhadap harta kekayaan istri dan suami mereka. Pada ayat yang kedua, hal yang menjadikan penggelapan sebagai delik aduan adalah keadaan di mana suami dan istri telah pisah atau telah bercerai harta kekayaan. Alasannya, sama halnya dengan pencurian dalam keluarga yang dilakukan oleh suami atau istri terhadap harta kekayaan suami mereka, yaitu bahwa kemungkinan harta tersebut adalah harta bersama yang didapat ketika hidup bersama atau yang lebih dikenal dengan harta gono-gini yang mengakibatkan sulitnya membedakan apakah itu harta suami atau harta istri, karena itu, perceraian harta kekayaan adalah yang menjadikan tindak pidana penggelapan dalam keluarga sebagai Universitas Sumatera Utara delik aduan. Tindak pidana Penggelapan dalam lingkungan keluarga dapat diadili jika kejahatan tersebut diadukan oleh keluarga yang bersengketa. 49

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto menyatakan 2 dua jenis penelitian hukum adalah: a. Penelitian hukum normatif normative legal research yaitu penelitian atas pasal pasal aturan hukum untuk menentukan asas-asas hukum, mengetahui sinkronisasi vertical, horizontal, mengetahui aspek sejarah hukum dan mengetahui perbandingan antara sistem hukum. b. Penelitian hukum empiris empirical legal research yaitu penelitian hukum di lapangan yang ingin mengetahui efektifitas aturan hukum, ketaatan masyarakat akan hukum, persepsi masyarakat akan hukum dan ingin mengetahui faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi pembuatan dan penerapan hukum. 50 Penelitian hukum normatif meliputi 5 lima jenis penelitian yaitu: a. Penelitian terhadap asas-asas hukum. b. Penelitian terhadap sistematika hukum. c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal. 49 Tindak Pidana Penggelapan , http:zofyanthespiritoflife.blogspot.com201401tindak- pidana-penggelapan.html diakses pada tanggal 1 April 2015. 50 Soerjono Soekanto, 1985, Penelitian Hukum Normatif, Penerbit Rajawali, Jakarta, hal.40 Universitas Sumatera Utara d. Penelitian perbandingan hukum. e. Penelitian sejarah hukum. Soetandyo Wignyosoebroto menyebutkan, penelitian hukum normatif dengan istilah “Penelitian Hukum Doktrinal” Doctrinal Legal Research, sementara penelitian hukum empiris disebutnya dengan istilah “Penelitian Hukum Non Doktrinal” Non Doctrinal Research. 51 Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian hukum normative normative legal research yaitu menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan berupa pendapat para sarjana. Dan disertai dengan wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan.

2. Sumber data

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika

0 54 168

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

2 47 107

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB II RESTORATIVE JUSTICE DAN DIVERSI - Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 1 19

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika

0 0 12

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

0 0 10