Latar Belakang Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan aset bangsa bagian generasi muda yang berperan sangat strategis dalam kemajuan suatu bangsa. Anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan serta memiliki peran strategis, mempunyai ciri atau sifat khusus yang akan menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. 2 Setiap anak harus mendapatkan pembinaan sejak dini, mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Masa kanak - kanak merupakan periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter diri seorang manusia dalam meniti kehidupan. 3 Filosofi anak merupakan generasi muda, salah satu sumber daya manusia yang memiliki potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan datang, yang memiliki peran strategi serta mempunyai cirri atau sifat khusus, pembinaan dan perlindungan yang khusus pula. 4 Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.Anak adalah tunas, potensi, dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan 2 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, Refika Aditama, 2008, Hlm 1. 3 Ibid 4 Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hal.76. Universitas Sumatera Utara mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Dunia anak di pentas percaturan masyarakat dunia di berbagai forum, baik dalam lingkungan nasional, regional, maupun internasional, permasalahan anak semakin dikhawatirkan. Krisis pada akhir 1990 - an di Indonesia, permasalahan anak semakin tampil. 5 Permasalahan politik dan ekonomi yang menjadi arus utama krisis. Multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia, menempatkan permasalahan anak semakin menonjol, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 6 Kehidupan dalam perkembangan dewasa ini, tindak pidana bukan saja dilakukan oleh orang dewasa, tetapi perbuatan tindak pidana juga dilakukan oleh anak di bawah umur. Tindakan tersebut merupakan suatu keadaan yang mengganggu ketertiban kehidupan masyarakat. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunukasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, lingkungan sekitar maupun faktor sosial ekonomi. Anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret pada 5 Tri Budiardjo, Anak - anak Generasi Terpinggirkan, Membangun Generasi Terbaru Lewat Pelayanan Anak. Penerbit Andi ,Yogyakarta, 2010, hal 110. 6 Ibid Universitas Sumatera Utara arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya. Upaya pembinaan dan perlindungan anak, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat. Banyak di jumpai penyimpangan perilaku di kalangan anak. Anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, tidak memandang status sosial dan ekonomi. Anak yang tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental, maupun secara sosial, seringkali melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan baik dirinya maupun masyarakat yang berada di sekitarnya. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, menegaskan bahwa, Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua, Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak. 7 Pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara sangat perlu dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak- hak anak dan terbinanya anak-anak ke arah kehidupan yang terbaik bagi anak sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, nasionalisme, berakhlak mulia, serta anak- anak berprilaku positif. Hukuman atau pemidanaan yang dijatuhkan terhadap anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana yang di atur dalam perundang- undangan dan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Anak yang 7 Pasal 23 Ayat 1 Undang - undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Universitas Sumatera Utara yang dikategorikan sebagai anak dibawah umur adalah bila anak tersebut belum berusia delapan belas 18 tahun. Menurut Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindu ngan Anak. Anak adalah ” seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ”. 8 Pasal 1 Ayat 2 berbunyi : “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. 9 Prinsip perlindungan hukum terhadap anak harus sesuai dengan Konvensi Hak-hak anak Convention on the Rights of the child sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia dengan keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child Konvensi hak-hak anak. Pemerintah mengupayakan perlindungan terhadap anak jangan sampai hak- hak anak terhapus dan lahir Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lahirnya Undang-undang No 11 Tahun 2012 mengatur adanya tindakan diversi, namun kenyataannya putusan Nomor : 06PID.SUS2014PN.MDN masih belum diberlakukannya tindakan diversi. Putusan Nomor : 06PID.SUS2014PN.MDN mengenai Penggelapan yang dilakukan oleh 8 Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak. 9 Departeman Kehakiman Republik Indonesia.Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pustaka Yudistisia.Jakarta, hlm. .6 . Universitas Sumatera Utara anak dibawah umur. Putusan tersebut menyatakan terdakwa MUHAMMAD FADIL ALS.RANGGA berusia 17 Tahun telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 11 bulan. Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2012 Pasal 7 menyebutkan 10 : 1. Pada tingkat penyidikan, penuntutan , dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi. 11 2. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan 12 : a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tujuh tahun; dan b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana. Pasal 7 ayat 2 dikatakan diversi dapat dilakukan hanya jika tindak pidana tersebut diancam dengan pidana penjara dibawah 7 tahun. Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada padanya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Tindak pidana penggelapan penjatuhan hukumannya maksimal 4 tahun. 10 Pasal 7 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 11 Pasal 7 ayat 1 Pasal 7 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 12 Pasal 7 ayat 2 Pasal 7 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara Pertimbangan hakim inilah yang akan diangkat dalam rumusan masalah dalam menjatuhkan hukuman pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penggelapan putusan Nomor : 06PID.SUS2014PN.MDN. Seorang hakim harus berpikir kedepan agar memberi keadilan bagi anak dengan menerapkan diversi, maka perlu pertimbangan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana penggelapan. Prinsip utama pelaksanaan konsep diversi yaitu tindakan persuasif atau pendekatan non penal dan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memperbaiki kesalahan. 13 Penerapan ketentuan diversi merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan, karena dengan diversi hak-hak asasi anak dapat lebih terjamin, dan menghindarkan anak dari stigma sebagai “anak nakal”, karena tindak pidana yang diduga melibatkan seorang anak sebagai pelaku dapat ditangani tanpa perlu melalui proses hukum. 14 Keadilan Restoratif merupakan suatu proses diversi, semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi, dan menenteramkan hati yang tidak berdasarkan 13 , Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku TindakPidana dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. http: doktormarlina.htm Marlina,diakses pada 9 febuari 2015. 14 Lushiana Primasari, Keadilan Restoratif Dan Pemenuhan Hak Asasi Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, http: lushiana.staff.uns.ac.id. Diakses pada 9 Febuari. 2015. Universitas Sumatera Utara pembalasan. 15 Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Putusan hakim akan mempengaruhi kehidupan anak sebagai pelaku tindak pidana. Hakim harus yakin bahwa putusan yang akan diambil akan dapat menjadi salah satu dasar kuat untuk mengembalikan dan mengantar anak menuju masa depan yang lebih baik dan untuk mengembangkan dirinya sebagai warga yang bertanggungjawab bagi keluarga bangsa dan negara. Hakim sebagai aparat penegak hukum harus memperhatikannya dalam menangani kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Pelaksanakan pemeriksaan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana, haruslah diperhatikan tentang tujuan peradilan anak, dengan melakukan koreksi dan rehabilitasi, sehingga anak dapat kembali ke kehidupan yang normal dan mandiri demi potensi masa depannya. 16 Permasalahan diatas mengenai masalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak diangkat sebagai judul skripsi yaitu : “PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN HUKUMAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA STUDI PUTUSAN NOMOR : Nomor : 06PID.SUS2014PN.MDN.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika

0 54 168

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

2 47 107

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB II RESTORATIVE JUSTICE DAN DIVERSI - Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 1 19

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

Peranan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pengguna Narkotika

0 0 12

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

0 0 10