4. Bagaimana pendapat Ibu mengenai PP Muslimat NU saat ini ?
Bagus sekali dibawah kepemimpinan Ibu Khofifah saat ini, bahkan kadang program Muslimat sebagai Badan Otonom justru melebihi organisasi NU sendiri.
5. Jika dilihat dari ketentuan dasar ADART menyebutkan bahwa ketua
umum terpilih hanya boleh menduduki posisi dua periode berturut- turut, sementara Ketua Umum PP Muslimat NU saat ini sudah
memasuki periode ke-3, bagaimana Ibu melihat hal tersebut ?
Keputusan kongres di Lampung saat itu memutuskan bahwa kempemimpinan Muslimat tidak terbatas. Bahkan menurut KH. Said Aqil Ibu Khofifah dapat
menjabat semaunya, hal ini menjelaskan bahwa Ibu Khofifah memang belum ada tandinganya. Walaupun memang tidak semuanya baik dalam kepemimpinan
seperti itu, karena dapat memutus generasi. Tapi apa boleh buat, karena memang belum ada orang lain yang dapat mengungguli beliau terutama dari relasinya.
Orang yang dapat mengungguli kecerdasannya mungkin ada, namun dari segi kesolehan sosialnya ini beliau belum ada tandingannya. Bahkan kemarin saja,
sepulang dari India beliau membawa satu koper besar untuk oleh-oleh pimpinna Muslimat di wilayah-wilayah. Sebesar itu perhatian beliau kepada masyarakat.
Beliau banyak menyapa umat dan orang yang sederhana. Sangat baik sebagai pemimpin dengan kriteria seperti itu.
6. Sebagai salah satu pengurus PP Muslimat NU, apakah arti khittah NU
1926 menurut Ibu ?
Menurut saya khittah 1926 itu sudah hanya dalam tulisan saja, kenyataanya sudah tidak ada. Sekarang banyak yang orang-orang NU dan Banom-Banomnya yang
duduk di partai politik. Artinya bahwa khittah 1926 sudah tidak digubris lagi.
7. Sejauh mana pengaruh nilai khittah 1926 terhadap organisasi
Muslimat NU menurut Ibu ?
Banyak sekali orang-orang NU dan khusunya Muslimat NU yang duduk di partai politik. namun pengaruh terhadap Muslimat dalam segi ini tidak ada. Sebaliknya,
keuntungan untuk Muslimat sendiri begitu besar. Karena orang-orang yang duduk di parlemen selalu membantu muslimat secara berkala.
8. Apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU dalam politik