Jika ditinjau dari ADART ketentuan kepemimipinan PP Sebagai orang yang pernah memimpin PP Muslimat NU, apa arti

oleh pemerintah kerjasama dengan pemerintah secara MOU dan dilakukan bersama-sama dari pada program lainnya. Pada masa kepemimpinan saya, selain bekerjasama dengan pemerintah, Muslimat NU juga menjalin kerjasama dengan LSM-LSM dan lembaga asing.

4. Ketua Umum PP Muslimat NU sudah memasuki periode ke-3,

bagaimana sesungguhnya aturan main yang berlaku untuk hal tersebut ? Sampai dengan kepengurusan Ibu Khofifah di periode ke dua dalam AD masih ada aturan batasan kepemimpinan Muslimat NU selama 2 periode. Namun, menjelang periode ketiga aturan tersebut dirubah menjadi tidak ada batasan kepemimpinan.

5. Jika ditinjau dari ADART ketentuan kepemimipinan PP

Muslimat NU hanya dua periode berturut-turut, bagaimana pandangan Ibu tentang hal tersebut ? Jadi pada awal mulanya, di masa kepemimpinan Ibu Mahmudah Mawardi sampai dengan Ibu Asmah Syajhruni periode ke dua aturan kepemimpinan tidak ada batasan. Kemudian menjelang periode ketiga kepemimpinan Ibu Asamah mulai diberlakukan aturan batasan kepemimpinan selama 2 periode. Lalu kembali lagi dirubah pada kepemimpinan Ibu Khofifah di periode ketiga menjadi tidak ada batasan lagi hingga saat ini. Menurut saya pribadi memang idealnya suatu kepemimpinan harus ada batasan, sehingga tidak akan ada rasa kepemilikan dalam organisasi. Sehingga kita sadar dan tau bahwa ada batasan dalam memimpin, karena segala sesuatu memang harus ada batasnya, bahkan umur manusia pun ada batasannya. Semestinya ada, tidak mungkin tidak ada satupun orang yang bisa menggantikan Ketua Umum dari sekian banyak ibu-ibu di Muslimat. Kalau mereka diberi kesempatan pasti ada, tidak mungkin sebegitu banyak orang Muslimat tidak ada yang bisa.

6. Sebagai orang yang pernah memimpin PP Muslimat NU, apa arti

Khittah NU 1926 dan bagaimana pengaruh terhadap Muslimt NU menurut Ibu ? Diberlakukannya khittah 1926 di Situbondo itu pada kepemimpinan Ibu Asamah. Periode kepemimpinan saya dulu, kita berlakukan betul-betul nilai khittah 1926 itu, dengan aturan bahwa organisasi tidak terkait dengan partai politik serta urusan politik masing-masing anggota adalah urusan pribadi bukan urusan organisasi. Menjelang pemilu tahun 1996 saya mengeluarkan instruksi pada seluruh Cabang bahwa Muslimat tidak terlibat dengan partai politik manapun. Kalaupun ada individu Muslimat yang menyalurkan aspirasinya dalam partai politik dipersilahkan, dengan catatan ia berangkat secara perorangan bukan dari organisasi. PP Muslimat NU juga mendukung calon-calon yang diajukan oleh partai politik dengan membuat surat kepada pihak partai politik untuk diberi ruang calon-calon dari Muslimat untuk diberi kesempatan dalam pemilu dengan nomor urut kecil. Rangkap jabatan sendiri tidak diperbolehkan hanya dalam struktur kepengurusan, karena dikhawatirkan ada kepentingan. Namun dalam segi keterlibatan secara individu sebagai anggota masih diperbolehkan.

7. Lalu, apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU