5 nilai khittah 1926 yang disebutkan di atas tertera dalam Bab V pasal 32 ayat 1
mengenai rangkap jabatan yang menyatakan bahwa: “Ketua Umum dan Ketua-Ketua sesuai tingkatannya tidak
diperkenankan merangkap jabatan dengan Pimpinan Harian partai politik.
”
9
Namun pada realitanya Muslimat NU diberbagai kesempatan masih andil dalam praktek politik, bahkan Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU hingga
saat ini masih aktif dalam pentas politik. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum Muslimat NU dalam pencalonan
Gubernur di Jawa Timur. Bahkan di Pemilu Presiden 2014 Khofifah tampil sebagai Juru Bicara pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo
dan Jusuf Kala hingga mengantarkan ia menjadi Mentri Sosial. Pernyataan masalah di atas menunjukkan bahwa kader NU khususnya
Muslimat NU saat ini tidak konsisten terhadap nilai khittah 1926 yang diatur pada ADART tahun 2006. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih jauh
bagaimana saat
ini periode
tahun 2011-2014
khittah diatur
dan diimplementasikan dalam Muslimat NU.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka penelitian sekripsi ini akan mengangkat masalah berfokus pada pertanyaan berikut :
1. Bagaimana implementasi khittah 1926 dalam organisasi Muslimat NU
di era reformasi khususnya di periode pengurusan tahun 2011-2016 ?
9
Pengurus Pusat Muslimat NU, “Bagian Pertama: Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga
Muslimat NU
.” Diunduh
27 Oktober
2014 http:www.muslimatnu.or.idindex.php?option=com_contentview=articleid=50Itemid=57
6 2.
Apa dampak dari implementasi khittah 1926 terhadap organisasi muslimat NU di periode pengurusan tahun 2011-2014 ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan : 1.
Melihat bagaimana implementasi khittah 1926 di era reformasi khususnya dalam Muslimat NU.
2. Memahami dampak implementasi khittah 1926 terhadap Muslimat NU.
Manfaat : Akademis
1. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang implementasi khitttah 1926
dalam Muslimat NU. 2.
Pengembangan ilmu pengetahuan tentang dampak dari implementasi khittah 1926 dalam Muslimat NU.
Praktis 1.
Pengetahuan tentang implementasi khittah 1926 di era reformasi khususnya dalam Muslimat NU.
2. Pemahaman tentang dampak implementasi khittah 1926 terhadap
Muslimat NU.
D. Tinjauan Pustaka
7 Banyak penelitian sebelumnya yang membahas tentang organisasi sosial
keagamaan Nahdlatul Ulama NU yang berfokus pada Muslimat NU. Seringkali penelitian tentang Muslimat NU justru berfokus pada partisipasi Muslimat NU
dalam politik tanpa mengkritisi posisi Muslimat NU sebagai organisasi sosial keagamaan itu sendiri. Sangat jarang penelitian melihat dengan kacamata yang
berbeda mengenai seharusnya sikap Muslimat NU dalam politik yaitu untuk kembali pada khittah 1926. Dari berbagai penelitian yang sudah ada diantaranya
ialah : Penelitian yang dilakukan oleh Andi Ilman Hakim tahun 2014 seorang
mahasiswa Universitas Brawijaya , yang berjudul “Komunikasi Politik Muslimat
Nahdlatul Ulama Jawa Timur Studi Partisipasi Politik Perempuan Pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2013” menjelaskan bahwa kasus
mulimat NU di Jawa Timur berkaitan dengan komunikasi politik yang memiliki latar belakang sosial keagamaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat latar
belakang adanya partisipasi politik perempuan dari anggota muslimat NU Jawa Timur khususnya.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses komunikasi politik Muslimat NU dilatarbelakangi oleh kultur sosial keagamaan Muslimat NU
sebagai kaum nahdliyin dan iklim Muslimat NU yang berbasis keluarga. Hal ini mampu memberikan pengaruh besar dalam menggerakkan masa dalam proses
partisipasi politiknya. Serta ikatan emosional antar sesama Muslimat juga menjadi bangunan kesatuan dalam bergerak bersama yang didasarkan atas kebenaran yang
8 diyakininya. Peneliti melihat penelitian ini justru menyetujui adanya unsur politik
praktis dalam tubuh Muslimat NU, sehingga nilai khittah 1926 terabaikan. Selanjutnya penelitian dari mahasiswa lulusan Universitas Negeri
Semarang, Misbakhul Munir. Melihat bagaimana peran perempuan dalam mempengaruhi kebijakan publik di Kabupaten Pemalang dengan studi kasus di
Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Pemalang. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa peran Muslimat NU dalam mempengaruhi pembuatan
kebijakan publik di Kabupaten Pemalang dilakukan dari tahapan agenda setting, formulasi serta regulasi, dan evaluasi kebijakan. Semua peran dilakukan melalui
Musrenbang, berpartisipasi aktif dalam Pemilu dan Pilkada serta dengan mencari dukungan politik dari partai politik. Faktor yang menghambat peran Muslimat NU
dalam perannya mempengaruhi pembuatan kebijakan publik adalah belum adanya kader Muslimat NU yang duduk di kursi parlemen maupun dalam pemerintahan
serta masalah dana yang dapat mengganggu kelancaran setiap aktifitas Muslimat NU dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan publik di Kabupaten Pemalang.
Saran yang diajukan kepada PC Muslimat NU Kabupaten Pemalang agar perannya dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan publik di Kabupaten
Pemalang lebih maksimal. Tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini juga
memperlihatkan adanya aktifitas politik Muslimat NU yang justru sedang dibangun untuk mendapatkan posisi strategis di dalam pemerintahan. Tujuannya
adalah untuk kemaslahatan Muslimat NU itu sendiri. Namun apabila hal ini terus
9 dilakukan, maka tidak menutupi kemungkinan akan terulang kembali keterlibatan
NU dalam politik ketika para kadernya sudah mulai mementingkan kepentingan individu bukan kelompok.
Dari penelitian-penelitian di atas, semakin meyakinkan penulis untuk mengkaji tentang implementasi khittah 1926 di era reformasi khususnya dalam
Muslimat NU di periode 2011-2014 sebagai Badan Otonom dari NU.
E. Metodologi Penelitian