50
BAB IV IMPLEMENTASI
KHITTAH 1926 DALAM MUSLIMAT NU
A. Khittah 1926 dalam Muslimat NU
Sejak berdirinya pada tahun 1946 Muslimat NU menaruh perhatian tinggi terhadap permasalahan pendidikan dan sosial. Pada tahun 1950-1979 periode
kepemimpinan Mahmudah Mawardi bergerak memperjuangkan kepentingan perempuan dan aktif di dalam lembaga pemerintahan seperti DPR dan DPRD.
Keputusan NU untuk menjadi sebuah partai politik pada tahun 1952, menjadi sumbangan besar bagi Muslimat NU, sehingga para kader Muslimat NU dapat
duduk di kursi pemerintahan. Namun sejak 1984 keputusan NU untuk kembali pada khittah 1926, membuat langkah Muslimat NU dalam politik terhenti.
1
Meskipun telah diputuskan kembali kepada khittah 1926, tetapi langkah- langkah Muslimat NU berbeda dengan apa yang telah digariskan dalam khittah
1926. Berikut perjalanan khittah 1926 dalam beberapa kepengurusan Muslimat NU :
1. Tahun 1984 – 1995 Periode Asamah Sjachruni
Pada periode kepemimpinan Asamah Sjachruni 1979-1955
2
, keterlibatan Muslimat NU dalam politik dirasa penting demi memperjuangkan kebijakan yang
pro dengan kaum perempuan. Oleh karena itu, Muslimat NU berupaya keras
1
Saifuddin Zuhri, dkk., Sejarah Muslimat Nahdlatul Ulama, h. 66.
2
Saifullah Ma’sum, Ali Zawawi, 50 Tahun Muslimat NU Berkhidmat untuk Bangsa dan Negara Jakarta: PP Muslimat NU, 1996 h. 137.
51 untuk membawa kader-kadernya berjuang mewakili kaum perempuan di
pemerintahan. Keadaan demikian terus berlangsung hingga di kepengurusan Asamah Sjachruni periode kedua. Asamah Sjachruni sendiri sebagai sosok yang
mempunyai pengalaman lebih di kancah poitik dan sedang menduduki anggota DPR RI pada waktu itu, menganggap penting adanya keterlibatan Muslimat NU.
Namun berbanding terbalik dengan keadaan pada masa kepemimpinannya di periode ketiga.
Keputusan PBNU pada tahun 1984 tidak berpartai politik dan menetapkan untuk kembali pada khittah 1926 memaksa Muslimat NU untuk mundur dari
kancah politik yang sudah lama diperjuangkan. Keadaan seperti ini menjadi dilema besar untuk Muslimat NU yang sudah terbiasa dengan prestasi di politik.
Dalam menghadapi persoalan ini Asamah Sjachruni mengambil langkah untuk melepaskan kader-kader terbaiknya untuk berjuang di luar Muslimat NU dan
melanjutkan perjuangannya di bidang politik.
3
Keputusan kembali pada khittah 1926 yang sangat disayangkan oleh Asamah Sjahruni tidak membuat pesimis untuk berjuang di bidang politik.
Jabatan Asamah sebagai anggota DPR tetap bertahan hingga tahun 1987. Demi menghormati keputusan tersebut, kader-kader lain yang berprestasi dalam politik
terpaksa dilepaskan jabatannya di Muslimat NU.
4
3
Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi , Jakarta, 13 Maret 2015.
4
Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.
52
2. Periode Tahun 1996-2001 Aisyah Hamid Baidlowi
Semakin berkembangnya zaman nilai khittah 1926 mulai mengalami banyak pergeseran makna sesuai dengan masanya.
5
Bila di era Orde Baru keputusan khittah 1926 dengan keras menyatakan bahwa NU tidak akan berpolitik dan
memihak partai politik manapun, semakin berkembangnya situasi sosial khittah 1926 sedikit demi sedikit mengkerucutkan arti sesuai dengan kepentingan di masa
tersebut. Aisyah Hamid Baidlowi mengambil sikap untuk netral terhadap partai politik manapun sebagai bentuk implementasi khittah 1926 dalam periode
kepemimpinannya. Aisyah Hamid Baidlowi memperketat aturan bahwa organisai Muslimat NU tidak terikat dengan partai politik, sedangkan urusan politik
masing-masing anggota adalah urusan pribadi bukan urusan organisasi. Menurutnya khittah 1926 diputuskan untuk mengingat tujuan awal dibentuknya
NU sebagai organisasi sosial keagamaan bukan partai politik.
6
Artinya bahwa pada periode ini organisasi konsisten untuk dipisahkan dari politik, namun
mengijinkan kader-kader secara individu untuk berpolitik tetapi dengan catatan tidak membawa nama organisasi Muslimat NU.
Meskipun Aisyah Hamid Baidlowi tidak merangkap jabatan dalam politik, namun Aisyah tetap mendukung kader-kadernya untuk berjuang dalam
perpolitikan Indonesia. Aisyah memberikan himbauan kepada partai-partai politik
5
Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.
6
Wawancara dengan Aisyah Hamid Baidlowi.
53 untuk memberikan dukungan penuh kepada kader-kadernya. Dukungan tersebut
dimaksudkan agar partai politik memberikan kesempatan kader Muslimat NU yang akan mencalonkan diri sebagai anggota dewan dan dapat menduduki posisi
nomor urut terdepan, sehingga peluang kemenangannya pun akan lebih tinggi.
7
3. Tahun 2001-2010 Khofifah Indar Parawansa