7. Lalu, apa pendapat Ibu mengenai keterlibatan Muslimat NU
dalam politik praktis ?
Seharusnya Muslimat NU sebagai institusi tidak boleh terlibat dengan politik praktis. Ketua Umum tidak boleh melibatkan diri kemanan-mana, harus netral.
Kenapa banyak pimpinan wilayah dan cabang berpolitik, karena pimpinann pusatnya juga begitu.
8. Adakah ketentuan-ketentuan Muslimat NU mengenai politik
praktis dalam ADART ?
Tidak ada, seperti halnya ada aturan tertulis dan tidak tertulis. Dalam aturan tidak tertulis sendiri terdapat penerapan nilai khittah yang sebenarnya. Nilai khittah
yang sebenranya ialah tidak boleh membawa organisasi pada politik praktis, oleh karena itu pembentukan PKB oleh Abdurahman Wahid itu pun menyalahi khittah
sebenarnya. Bahkan hingga kini Ketua Umum NU masih memiliki syahwat politik yang tinggi, misal Hasyim Muzadi, Khofifah, Said Aqil, dan masih banyak
lagi.
9. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap Ketua Umum PP Muslimat
NU yang pernah mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Jawa Timur?
Kalau saya tidak jauh beda dengan sebelumnya, bahwa beliu masih punya sahwat politik yang tinggi. Secara kebetulan dalam proses pencalonan beliau masih
memimpin Muslimat NU, jadi mau tidak mau Muslimat NU ikut terlibat di dalamnya, seharusnya tidak boleh seperti itu.
10. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai keterlibatan Ketua PP
Muslimat NU sebagai juru bicara dalam kampanye politik pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala?
Menurut saya sebetulnya tidak boleh, karena kita tidak terlibat politik praktis. Bila seperti itu berarti Muslimat NU saat ini sudah tidak lagi menggunakan nilai
khittah 1926. Bahkan NU nya pun sudah jauh dari nilai khittah, seperti kenyataan bahwa KH. Said Aqil yang masih selalu berpihak pada PKB. Jadi seolah-olah
PKB bagian dari NU padahal sudah lain.
11. Setelah Ketua Umum PP Muslimat NU menjabat sebagai menteri