Pengertian Metode Bimbingan Agama

19 menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri dan memikul bebannya sendiri. 25 d. Selanjutnya Prayitno mengemukakan bahwa “bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada orang lain baik secara perorangan individu maupun kelompok, agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi- pribadi yang mandiri.” 26 Pribadi-pribadi yang mandiri tersebut seperti mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan diri sendiri, mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri sendiri. e. Dan Rochman Natawidjaja, mengatakan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup untuk mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyrakat serta kehidupan pada umumnya. 27 Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan juga membantu individu dalam mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Dari pendapat di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud bimbingan adalah bukan pemberian bantuan secara fisik ataupun finansial, melainkan lebih menitik beratkan kepada pemberian bantuan psikis atau 25 Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan Konselin Islam, Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 6. 26 Ibid, h.7. 27 Ibid, h. 8. 20 kejiwaan terhadap seseorang atau kelompok untuk menggali segala potensi yang dimiliki seseorang atau kelompok tersebut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri dan orang lain. Perkataan agama berasal dari bahasa Sansakerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha. Dapat dijumpai uraian tentang perkataan ini bahwa akar ka ta “agama adalah gam yang mendapat awalan “a”, kadang mendapat awalan “I” dan kadang juga mendapat awalan “u” yang semuanya berakhiran “a” sehingga menjadi a-gam-a, i- gam-a, dan u-gam-a. Dalam bahasa bali ketiganya mempunyai makna berikut yaitu, agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja, igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam hubungan dengan dewa-dewa, sedangkan ugama artinya peraturan dan tata cara dalam berhubungan antara manusia. Dari ketiga kata itu kini dipakai oleh tiga bahasa yaitu, agama dalam bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam Bahasa Melayu M alaysia.” 28 Bahasa Sansakerta yang menjadi asal perkataan agama, termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Jerman, serumpun dengan bahasa Belanda dan Inggris. Dalam bahasa belanda kita temukan kata-kata “ga, gaan” dan dalam bahasa inggris kata “go” yang artinya sama dengan “gam” yaitu pergi. Namun setelah mendapat awalan dan akhiran “a” pengertiannya berubah menjadi jalan. 29 Jadi agama berasal dari beberapa bahasa yang dapat kita simpulkan dari beberapa bahasa diatas, bahwa agama adalah suatu jalan, tata cara, pedoman hidup bagi semua manusia yang telah mereka percayai dan 28 Prof. H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998, h.35. 29 H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998, h.35. 21 mereka pelajari sejak kecil. Sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah yang kita pakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Aspek subjektif pribadi manusia. Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan manifestasi dari pola hidup yang telah membudaya dalam batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan referensi dari sikap dan orientasi hidup sehari-hari. 2. Aspek objektif doktrinair. Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk kedalam batin manusia atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia, karena masih berupa doktrin ajaran yang objektif berada diluar diri manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat dari aspek objektif ini dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat ilahi dari tuhan yang menuntun orang-orang berakal budi menuju kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup didunia dan memperoleh kebahagiaan di akhirat. 30 30 H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Terayon Press, 1982, Cet. Ke-1, h.1.