Pengertian Bimbingan Agama Efektifitas Metode Bimbingan Agama

21 mereka pelajari sejak kecil. Sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah yang kita pakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Aspek subjektif pribadi manusia. Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan manifestasi dari pola hidup yang telah membudaya dalam batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan referensi dari sikap dan orientasi hidup sehari-hari. 2. Aspek objektif doktrinair. Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk kedalam batin manusia atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia, karena masih berupa doktrin ajaran yang objektif berada diluar diri manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat dari aspek objektif ini dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat ilahi dari tuhan yang menuntun orang-orang berakal budi menuju kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup didunia dan memperoleh kebahagiaan di akhirat. 30 30 H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Terayon Press, 1982, Cet. Ke-1, h.1. 22 Melihat pengertian diatas bahwa agama dilihat dalam dua kategori, pertama, agama sebagai keimanan, dimana seseorang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, kemudian mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia, dengan demikian agama identik dengan kebudayaan. Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. 31 Agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ad-Dien yang artinya menguasai, mendudukan, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan didalam bahasa semit berarti undang-undang atau hukum. 32 Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan atau sikap dan cara menghadapi tiap-tiap masalah. 33 Sedangkan Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori yakni: 1. Agama sebagai keimanan doktrin, dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut. 2. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu agama identik dengan kebudayaan. 34 31 Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006, h. 1. 32 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 9. 33 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental,Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet. Ke-3, h. 52. 34 Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, Jakarta: PT Gramedia, 1993, h. 20. 23 Para ulama sebagai pewaris para Nabi Waratsat Al-anbiya bertugas menjadi mu’allim guru dan muhazzdib pendidik atau sebagai mubassyir dan nadhir penghibur dan petunjuk jalan sebagaimana halnya fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim guru dan pendidik akhlak al-karimah. 35 sebagaimana sabda beliau : ُقَاْخَاْا َمَراَكَم مِمُا ُتْثِعُب اَمِإ Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.H.R Bukhari. 36 Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan masa mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Tuhannya. Bimbingan agama juga merupakan usaha memberikan bantuan kepada seseorang dengan menggunakan pendekatan ajaran agama yaitu ajaran agama islam, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan menginternalisasikan nilai-nilai yang 35 H. M Umar, Tartono, Bimbingan Dan Penyuluhan Bandung: PT Pustaka Setia, 1998 Cet. Ke-1, h. 77. 36 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim, Jakarta: Insan Kamil, 2002, h. 273. 24 terkandung dalam al- Qur’an dan hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia hidup dan bersikap atau bertindak berakhlak sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah. Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. Dengan fenomena yang seperti inilah peran para ulama, kyai dan seseorang yang memahami agama Islam secara mendalam sangat dibutuhkan dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

4. Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Agama

a. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama prinsi-prinsip bimbingan agama menurut Bimo Walgito yaitu meliputi: 1. Bimbingan dimaksudkan untuk anak-anak dewasa. 2. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua orang karena semua orang tentu mempunyai masalah yang butuh pertolongan. 3. Agar bimbingan dapat berhasil baik, dibutuhkanlah pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing maka perlu diadakan evaluasi penilaian dan penyelidikan-penyelidikan individual. 4. Fungsi dari bimbingan adalah menolong orang supaya berani dan bertanggung jawab sendiri dalam menghadapi kesukarannya, sehingga 25 hasilnya dapat berupa kemajuan dari keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan. 37 Sedangkan menurut Arifin prinsip-prinsip bimbingan agama meliputi: 1. Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelalaian- kelalaian kepribadian yang bersikap individual serta masing-masing mempunyai kemungkinan untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan situasi sekitar. 2. Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari dua faktor pengaruh, yaitu pengaruh dari dalam yang berupa bakat dan ciri-ciri keturunan baik jasmani maupun rohani, dan faktor pengaruh yang diperoleh dari lingkungan, baik lingkungan masyarakat sekarang maupun lampau. 3. Setiap individu adalah organisasi yang berkembang dan tumbuh dari dalam keadaan yang senantiasa berubah, perkembangannya dapat dibimbing ke arah hidupnya, menguntungkan bagi dirinya sediri dan masyarakat sekitar. 4. Setiap individu dapat memperoleh keuntungan, pemberian bantuan dengan melakukan pilihan-pilihan dalam hal yang memajukan kemampuan seperti menyesuaikan diri dan mengarahkan kedalam kehidupan yang sukses. 5. Setiap individu diberikan hak yang sama serta kesempatan yang sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing, tanpa 37 Bimo Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, Yogyakarta: Andi Ofset, 1995, h. 21-22. 26 memandang perbedaan suku, bangsa, agama, idiologi dan sebagainya. 38 Di samping itu Muhammad Hatta memberikan prinsip layanan bimbingan agama yang meliputi: 1. Bimbingan dilakukan secara sistematis dan berhubungan dengan perkembangan individu. 2. Bimbingan berorientasi kepada bentuk kerja sama, bukan bentuk paksaan. 3. Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat dan nilai individu. 4. Setiap individu harus diberi hak dan kesempatan yang sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa membedakan suku, bangsa dan lainnya. 5. Dalam memberikan bantuan pembimbing mengusahakan agar dapat berdiri sendiri dan semakin mampu mengatasi masalah hidupnya. 6. Harus didasari bahwa setiap individu memiliki fitrah beragama yang dapat berkembang dengan baik bila diberi kesempatan dengan bimbingan yang baik. 39 b. Asas-asas Bimbingan Agama Menurut Badan Wakaf UII, ada 3 asas dalm bimbingan agama yaitu sebagai berikut: 38 Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, Cet. Ke-5, h. 31-32 39 Muhammad Hatta, Citra Dakwah Di Abad Informasi, Medan: Pustaka Wijaya Sarana, 1995, h.115. 27 1. Asas fitrah, pada dasarnya manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan segenap potensi, sehingga diupayakan pengembalian potensi tersebut. Selain itu fitrah juga manusia membawa naluri agama islam yang meng-Esakan Allah, sehingga bimbingan agama harus senantiasa mengajak kembali manusia memahami dan menghayatinya. 2. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat, bimbingan agama membentuk individu dan memahami tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah SWT dalam rangka mencapai tujuan akhir sebagai manusia yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 3. Asas Mauidzah Hasanah, bimbingan agama dilakukan dengan sebaik- baiknya dengan menggunakan segala sumber pendukung secara efektif dan efisien, karena dengan hanya penyampaian hikmah yang baik sajalah hikmah itu akan tertanam pada individu yang dibimbing. 40

5. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama

Setiap manusia pasti mengalami hambatan serta rintangan dikehidupannya dalam menggapai keinginannya menjadi kenyataan, sehingga sangat diperlukan bimbingan agama untuk selalu memperkokoh rasa keimanan dalam menghadapi berbagai rintangan tersebut. Dalam bukunya Ainu Rahim Faqih membagi tujuan bimbingan agama menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut: - Tujuan Umum 40 Badan Wakaf Uii, Al- Qur’an Dan Tafsir, Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1990, Jilid 4, Juz 10-12, h. 406. 28 Membantu seseorang guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat kelak. - Tujuan Khusus 1. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi dirinya sendiri. 2. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi. 3. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah lebih bagik agar tetap baik atau menjadi lebih baik. 41

b. Fungsi Bimbingan Agama

Memperhatikan tujuan umum dan khusus di atas, Ainur Rahim Faqih merumuskan fungsi dari bimbingan agama yaitu : a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. b. Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. 41 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, h. 36.