Uji Validitas Uji Reliabilitas
64
dari beliau sendiri yang bernama Diding Bahrudin kemudian disusul dengan santri lainnya yang bernama Safei, Ujang, Diding Sudirman dan
yang lainnya. Seiring berjalannya waktu pondok pesantren ini semakin berkembang dan di tahun 1970 beliau melaksanakan ibadah haji,
sepulangnya beliau dari ibadah haji beliau menamakan pesantren tersebut dengan nama Hidayatul Atfal yang artinya pembimbing anak-anak kecil
karena pada saat itu santrinya masih kecil-kecil, seiring berjalannya waktu semakin banyaklah para santri yang menimba ilmu disana dan pada kali itu
bukan hanya anak-anak kecil saja melainkan orang dewasa yang menjadi santri disana, maka atas pertimbangan itulah nama Hidayatul Atfal di ganti
dengan nama Nurul Hidayah. Seiring berjalannya waktu didirikanlah madrasah aliyah yang
murid pertamanya yaitu anak kedua dari beliau yaitu K.H. Khodamul Quddus, tiga tahun kemudian didirikanlah madrasah tsanawiyah,
kemudian semakin berkembangnya, murid-murid atau santri semakin membeludak akhirnya bekerja sama dengan Taman Pendidikan Islam yang
pada saat itu dipimpin oleh Alm. K.H.Mukhlis Mukhtar, Pada tahun 2000 resmi dinamakan YPNH Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah.
Kemudian di pindahkan total baik madrasah maupun pondok pesantrennya ke Sadeng Legok Asem, disanalah berfokus untuk pondok
pesantren dan dari YPNH Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah di ganti menjadi YANUHI Yayasan Nurul Hidayah. Diawal tahun 1996
tepatnya pada bulan Maret beliau meninggal dunia, kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh putra kedua beliau yang bernama K.H.
65
Khodamul Quddus dan di bantu oleh saudara kandungnya yang lain hingga akhirnya pondok pesantren Nurul Hidayah berdiri diatas tanah seluas ± 5
hektar.