Fungsi Bimbingan Agama Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

32 akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu pendidikan. 3. Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk individu secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun spiritual. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya seseorang yang dibimbing. Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya, untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu. 4. Metode Wawancara 33 Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh fakta- fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing b. Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang yang dibimbing. c. Pembimbing harus bisa menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada seseorang yang dibimbing. 5. Metode pencerahan metode edukatif Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau sumber perasaan yang menebabkan hambatan atau ketegangan, dengan cara “client centered”, yang diperdalam dengan permintaan atau pertanyaan yang meyakinkan untuk mengingat-ingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan, sehingga pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik bagi yang dibimbing dengan cara yang tidak bernada imperatif wajib, akan tetapi berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat.

B. Membina Akhlak

1. Pengertian Membina

34 Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju sempurna. 47

2. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secaralinguistik atau kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama ’ dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. 48 Dari segi bahasa akhlak adalah bentuk jama’dari “khuluq” yang artinya tingkah laku, tabiat, watak, perangai, atau budi pekerti. 49 Menurut I b n u Maskawaih, kata “akhlaqun” adalah suatu kondisi jiwa yang memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak memerlukan pemikiran. 50 Abdullah Salim mengemukakan bahwa akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkahlaku atau perbuatan seseorang. Seperti 47 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi III, h. 152. 48 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budipekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf, Jakarta: CV Karya Mulia, 2005, h. 25 -26. 49 Subarsono.EtikaIslamTentangKenakalanRemaja,Jakarta:BinaAksara,1989,Cet. Ke- 1,h.129. 50 Ibid, h.83. 35 sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri, dan dengki sehingga memutuskan hubungan silaturahmi. 51 Zakiah Daradjat mengatakan bahwa akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan tindakan akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. 52 Al- Mu’jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. 53 Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan teori menengah dalam keutamaan, seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Imam Al-Ghazaly juga mengatakan, bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguh- sungguh, seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula 51 Wahyudin,AkhlakTasawuf,Jakarta:KalamMulia,1999,Cet.Ke-3,h.4. 52 ZakiahDaradjat,PendidikanIslam,KeluargadanSekolah,Jakarta:CVRuhama,1995,Cet. Ke-2,h.5. 53 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. Ke-11, h. 2.