30
mendasarkan kepada kemampuan bertanggung jawab dan batas usia tertentu bagi seorang anak, tidak dianut lagi dalam hukum pidana di Indonesia dewasa ini.
Namun yang dianut sekarang adalah sistem pertanggungjawaban yang menyatakan bahwa semua anak asal jiwanya sehat dianggap mampu bertanggung
jawab dan dapat dituntut.
8
Bagi anak yang mampu bertanggung jawab masih tetap dimungkinkan untuk tidak dipidana, terutama bagi anak yang masih sangat muda. Namun tidak
harus diartikan bahwa Undang-undang masih membedakan antara yang mampu dan tidak mampu bertanggung jawab.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak terhadap anak nakal dapat dijatuhkan pidana yaitu pidan pokok dan pidana
tambahan atau tindakan. Dengan menyimak Pasal 23 ayat 23 1 dan ayat 2 diatur pidana pokok dan pidana tambahan bagi anak nakal.
1. Pidana Pokok Ada beberapa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal,
yaitu : a. pidana penjara
b. pidana kurungan c. pidana denda, atau
d. pidana pengawasan.
8
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 41.
31
2. Pidana Tambahan Pidana tambahan terdiri dari :
a. perampasan barang-barang tertentu b. pembayaran ganti rugi.
3. Tindakan Beberapa tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal Pasal 24
ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak adalah :
9
a. mengmbalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh, b. menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan
latihan kerja. c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau organisasi sosial
kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.
Selain tindakan tersebut, hakim dapat memberi teguran dan menetapkan syarat tambahan.
Penjatuhan tindakan oleh hakim dilakukan kepada anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut
peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain. Dalam segi usia, pengenaan tindakan terutama bagi anak yang masih
berumur 8 delapan tahun sampai 12 dua belas tahun. Terhadap anak yang
9
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 24.
32
telah melampaui umur di atas 12 dua belas tahun dijatuhkan pidana. Hal ini mengingat pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak.
10
Sedang rumusan pengenaan tindakan terhadap anak menurut Pasal 132 rancangan KUHP adalah :
a. pengembalian kepada orang tua, wali atau pengasuhnya b. penyerahan kepada pemerintah atau seseorang
c. keharusan mengikuti suatu latihan yang diadakan oleh pemerintah atau suatu badan swasta
d. pencabutan surat izin mengemudi e. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
f. perbaikan akibat tindak pidana g. rehabilitasi dan atau
h. perawatan di dalam suatu lembaga 4. Pidana Penjara
Berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara bagi anak nakal lamanya ½ satu perdua dari ancaman pidana orang dewasa atau paling lama
10 sepuluh tahun. Terhadap anak nakal tidak dapat dijatuhkan pidana mati maupun pidana seumur hidup. Dan sebagai gantinya adalah dijatuhkan salah
satu tindakan.
11
10
Ibid., h. 12.
11
Ibid., h. 29.
33
5. Pidana Kurungan Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal maksimal
setengah dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi dewasa. Mengenai apakah yang dimaksud maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang
dewasa, adalah maksimum ancaman pidana kurungan terhadap tindak pidana yang dilakukan sesuai dengan yang ditentukan dalam KUHP atau Undang-
undang lainnya penjelasan Pasal 27.
12
6. Pidana Denda Seperti pidana penjara dan pidana kurungan maka penjatuhan pidana
denda juga dijatuhkan setengah dari maksimum pidana denda bagi orang dewasa. Bila denda itu tidak dapat dibayar, maka wajib diganti dengan latihan
kerja selama 90 hari dengan jam kerja tidak lebih dari 4 jam sehari dan tidak boleh dilakukan di malam hari. Tentunya hal demikian mengingat
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak serta perlindungan anak.
13
7. Pidana Bersyarat Garis besar ketentuan pidana bersyarat bagi anak nakal sesuai dengan
rumusan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak.
14
12
Ibid., h. 30.
13
Ibid., h. 31.
14
Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
34
8. Pidana Pengawasan Pidana pengawasan adalah pidana khusus yang dikenakan untuk anak
yakni pengawasan yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah anak tersebut dan
pemberian bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Anak nakal yang diputus oleh hakim untuk diserahkan kepada negara di
tempatkan di lembaga pemasyarakatan anak sebagai anak negara, dengan maksud untuk menyelamatkan masa depan anak atau bila anak menghendaki
anak dapat diserahkan kepada orang tua asuh yang memenuhi syarat.
15
15
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004 h. 31.
35
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TINDAK PIDANA
PENCURIAN OLEH ANAK
A. Penerapan Hukum Pidana Materiil Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Putusan Nomor: 808Pid.B2011PN.MKS
Tindak pidana merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum yang telah dilakukan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja oleh seseorang
yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan, dan oleh Undang- Undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum.
1
Berikut kasus yang mengenai tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dalam Studi Kasus Putusan Nomor: 808Pid.B2011PN.MKS yang
disususn dalam bentuk dakwaan yaitu terdakwa melanggar Pasal 365 ayat 1, 4 dan Undang-Undang darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang senjata tajam.
1. Posisi Kasus
Terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama Rahmat alias Bucek dewasa dan sidang tersendiri pada hari Kamis tanggal 7 April 2011 pukul
23.00 WITA atau setidak-tidaknya dalam tahun 2011 bertempat di Jl. Dg. Tata Raya Kota Makassar atau setidak-tidajnya tempat lain dalam daerah
hukum Peradilan Negeri Makassar, mengambil barang, seluruh atau sebagian
1
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 30.
36
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ancaman kekerasan, dimana perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara;
berawal terdakwa Rafli Yusuf alias Appi selaku anak dibawah umur sesuai keterangan hasil ujian sekolah dasar tahun 20052006 lahir tanggal 4 Juni
1994 yang dibuat oleh Kepala Sekolah SD Impres Sambung Jawaya Kota Makassar atas nama Sri Endang K, S.Pd.
Dimana saksi korban Pr. Israwati pulang kerja dengan dibonceng sepeda motor oleh Lk. Mahardika melewati Jl. Daeng Tata dekat Pasar
Hartaco tiba-tiba sepeda motor Honda Beat putih yang dikendarai oleh terdakwa yang berboncengan dengan Lk. Rahmat alias Bucek mendekati
korban dan memepet sepeda motor korban dimana terdakwa Rafli Yusuf menarik tas selempangan yang berisi HP Nokia X2 warna hitam dan surat-
surat penting lainnya milik korban Pr. Israwati dari pundaknya, kemudian korban terjatuh dari aspal jalan dan menderita luka lecet pada punggung kaki
kanan. Terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama Rahmat alias Bucek
melarikan diri dan Lk. Rahmat alias Bucek meninggalkan sepeda motor di jalan dimana korban berteriak minta tolong dan mengatakan “jambret” dimana
warga dapat mengamankan terdakwa Rafli Yusuf alias Appi dan Lk. Rahmat alias Bucek serta diamankan oleh Anggota Unit Khusus Polsekta Tamalate,
dimana terdakwa bersama Lk. Rahmat alias Bucek digeledah dan ditemukan 2 buah busur yang dibawa oleh terdakwa Rafli Yusuf alias Appi dan Lk.
37
Rahmat alias Bucek, atas perbuatan terdakwa yang mengambil barang milik korban Pr. Israwati sehingga korban mengalami kerugian yang ditaksir Rp.
1.500.000;- satu juta lima ratus ribu rupiah atau setidak-tidaknya sekitar itu, dan didukung Visum Et Refertum No.2351MRSIV2011 tanggal 7 April
2011 yang menerangkan bahwa Lk. Mahardika menderita luka lecet pada punggung kaki kanan ukuran 2 x 2 x 0,5cm dengan kesimpulan karena
kekerasan benda tumpul, dibuat oleh dr. Yusnah Yusuf pada RSU Haji Makassar. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 1
KUHP.
2. Dakwaan Penuntut Umum
Adapun surat dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama
Rahmat alias Bucek yang dibacakan pada persidangan dihadapan Hakim Peradilan Makassar sebagai berikut:
Dakwaan Pertama Primair
Bahwa Ia terdakwa RAFLI YUSUF alias APPI bersama Rahmat alias Bucek dewasa dan sidang tersendiri pada hari Kamis tanggal 7 April 2011
WITA atau setidak-tidaknya dalam tahun 2011 bertempat di Jl. Dg. Tata Raya Kota Makassar, mengambil barang, seluruh atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum ancaman kekerasan, dimana perbuatan terdakwa dialakukan denga cara; berawal
terdakwa Rafli Yusuf alias Appi selaku anak di bawah umur sesuai keterangan hasil sekolah dasar tahun 20052006 lahir tanggal 4 Juni 1994 yang dibuat
oleh Kepala Sekolah SD Impres Sambung Jawaya Kota Makassar atas nama Sri Endang K, S.Pd dimana saksi korban Pr. Israwati pulang kerja dengan
dibonceng sepeda motor oleh Lk. Mahardika melewati Jl. Daeng Tata dekat Pasar Hartaco tiba-tiba sepeda motor Honda Beat putih yang dikendarai oleh
terdakwa yang berboncengan dengan Lk. Rahmat alias Bucek mendekati
38
korban dan memepet sepeda motor korban dimana terdakwa Rafli Yusuf menarik tas selempangan yang berisi HP Nokia X2 warna hitam dan surat-
surat penting lainnya milik korban Pr. Israwati dari pundaknya kemudian korban terjatuh dari aspal jalan dan menderita luka lecet pada punggung kaki
kanan, dimana terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama Rahmat alias Bucek melarikan diri dan Lk. Rahmat alias Bucek meninggalkan sepeda motor di
jalan dimana korban berteriak minta tolong dan mengatakan “jambret” dimana warga dapat mengamankan terdakwa Rafli Yusuf alias Appi dan Lk. Rahmat
alias Bucek serta diamankan oleh Anggota Unit Khusus Polsekta Tamalate, dimana terdakwa bersama Lk. Rahmat alias Bucek digeledah dan ditemukan 2
buah busur yang dibawa oleh terdakwa Rafli Yusuf alias Appi dan Lk. Rahmat alias Bucek, atas perbuatan terdakwa yang mengambil barang milik
korban Pr. Israwati sehingga korban mengalami kerugian yang ditaksir Rp. 1.500.000;- satu juta lima ratus ribu rupiah atau setidak-tidaknya sekitar itu,
dan didukung Visum Et Referfum No.2351MRSIV2011 tanggal 7 April 2011 yang menerangkan bahwa Lk. Mahardika menderita luka lecet pada
punggung kaki kanan ukuran 2 x 2 x 0,5cm dengan kesimpulan karena kekerasan benda tumpul, yang dibuat oleh dr. Yusnah Yusuf pada RSU Haji
Makassar. Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 1 KUHP.
Dakwaan Subsidair
Bahwa Ia terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama Lk. Rahmat alias Bucek dewasa dan sidang tersendiri pada waktu dan tempat sebagaimana
disebutkan dalam Dakwaan Pertama Primair tersebut di atas, mengambil barang sesuatu atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum, bersekutu, dimana perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara; berawal terdakwa Rafli Yusuf alias Appi selaku anak
di bawah umur sesuai keterangan hasil ujian sekolah dasar tahun 20052006 lahir tanggal 4 Juni 1994 yang dibuat oleh Kepala Sekolah SD Impres
Sambung Jawaya Kota Makassar atas nama Sri Endang K, S.Pd dimana saksi korban Pr. Israwati pulang kerja dengan dibonceng sepeda motor oleh Lk.
Mahardika melewati Jl. Daeng Tata dekat Pasar Hartaco tiba-tiba sepeda motor Honda Beat putih yang dikendarai oleh terdakwa yang berboncengan
dengan Lk. Rahmat alias Bucek mendekati korban dan memepet sepeda motor korban dimana terdakwa Rafli Yusuf menarik tas selempangan yang berisi HP
Nokia X2 dan surat-surat penting lainnya milik korban Pr. Israwati dari pudaknya kemudian korban terjatuh dari aspal jalan dan menderita luka lecet
pada punggung kaki kanan, dimana terdakwa Rafli Yusuf alias Appi bersama Rahmat alias Bucek melarikan diri dan Lk. Rahmat alias Bucek meninggalkan
sepeda motor di jalan dimana korban berteriak minta tolong dan mengatakan
“jambret” dimana warga dapat mengamankan terdakwa Rafli Yusuf alias