Kedudukan Anak dalam Hukum Positif

22 menikah. Menurut ketentuan Pasal 45 KUHP, bahwa seseorang dikatakan masih anak-anak haruslah mempunyai dua syarat, yakni : 1. Orang atau anak itu ketika dituntut haruslah belum dewasa, yang dimaksud belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum pernah kawin dan bercerai sebelum berumur 21 tahun, maka ia telah dianggap sebagai seseorang yang sudah dewasa. 2. Tuntutan itu mengenai perbuatan pidana pada waktu ia berumur 16 tahun. Bismar Siregar dalam bukunya yang berjudul “Keadilan Dalam Berbagai Aspek Hukum Nasional” menyatakan bahwa dalam masyarakat yang sudah mempunyai hukum tertulis diterapkan batasan umur yaitu 16 tahun atau 18 tahun ataupun usia tertentu yang menurut perhitungan pada usia itulah si anak bukan lagi termasuk atau tergolong anak, tetapi sudah dikatakan dewasa. 19 Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa batasan anak adalah sebelum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin Pasal 1 butir 1. 20 Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, membatasi usia anak di bawah kekuasaan orang tua dan di bawah perwalian sebelum mencapai umur 18 tahun Pasal 47 ayat 1 dan Pasal 50 ayat 1. 21 Dalam Undang-Undang Pemilihan Umum, yang dikatakan anak adalah belum mencapai umur 17 tahun Pasal 9 ayat 19 Bismar Siregar, Keadilan Dalam Berbagai Aspek Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali, 1986, h. 105. 20 Redaksi Citra Umbara, Undang-Undang Kesejahteraan Anak, Bandung: Sinar Grafika, 1997, h. 52. 21 Redaksi Bumi Aksara, Undang-Undang Pokok Perkawinan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, cet. ke-3. h. 39. 23 1. Sedangkan dalam Undang-Undang Peradilan Anak ditentukan batas minimal dan maksimal usia anak, yaitu sekurang-kurangnya 8 tahun dan maksimal umur 21 tahun serta belum pernah kawin Pasal 1 ayat 1 dan 2. 24 BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK

A. Pengertian Pencurian

Secara etimologi pencurian adalah terjemahan dari bahasa arab yaitu al- sariqah, yang berarti melakukan suatu tindakan terhadap orang lain secara tersembunyi. Sedangkan secara istilah, mencuri disebut dengan suatu tindak kejahatan mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi, baik dari pandangan pemilik harta yang dicuri atau pihak lain menurut anggapan orang yang mencurinya dengan tujuan untuk memiliki barang. 1 Pencurian dapat dikatakan sebagai tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi, yaitu mengambilnya tanpa sepengetahuan dan kerelaan pemiliknya, misalnya seseorang mengambil harta dari sebuah rumah ketika pemiliknya sedang bepergian atau tidur. 2 Sedangkan dalam tindak pidana pencurian dalam hukum positif adalah Pencurian merupakan suatu perbuatan mengambil barang orang lain dengan maksud untuk memilikinya. Pencurian dibagi menjadi dua yaitu pencurian didalam bentuknya yang pokok disebut dengan pencurian biasa, dan pencurian khusus atau biasa disebut dengan pencurian yang berkualifikasi. Tindak pidana pencurian pertama yang diatur dalam bab XXII buku II Pasal 362 KUHP ialah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok, yaitu : 1 Wagiati Soetedjo, Hukum Pidana Islam, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, h. 27. 2 Abdul Qadir Audah, At- Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Beirut: Dar al-Kutub, 1963, h. 67. 25 “Barang siapa yang mengambil suatu benda sebagian benda atau seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. Karena bersalah melakukan tindak pidana pencurian, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah”.

B. Tindak Pidana Anak Pelaku Pencurian

Ahli hukum dan mantan Hakim Agung Republik Indonesia 1968, Sri Widoyati Lokito, memberikan definisi kenakalan remaja dengan semua perbuatan yang dirumuskan dalam perundang-undangan dan perbuatan lainnya yang pada hakekatnya merugikan masyarakat yang harus dirumuskan secara terperinci dalam Undang-Undang Peradilan Anak. 3 Dalam Undang-Undang Peradilan Anak Pasal 1 ayat 2 menggunakan istilah anak nakal, 4 sedang pengertian anak adalah anak yang melakukan tindak pidana atas anak yang menurut peraturan baik perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum yang dilarang dan ditetapkan dalam peraturan dan berlaku dalam masyarakat. Pemaparan tersebut melahirkan kesimpulan bahwa unsur dari perbuatan atau tindak pidana yang dilakukan oleh anak nakal adalah: 1. Perbuatan dilakukan oleh anak-anak 2. Perbuatan itu melanggar aturan atau norma 3. Perbuatan itu merugikan bagi perkembangan si anak tersebut. 3 Sri Widoyati, Kenakalan Anak, h. 17. 4 Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. 26 Bentuk kenakalan anak yang didasarkan pada berbagai pengertian tentang kenakalan anak yang dikemukakan oleh para pakar, misalnya oleh Moedikdo, setidaknya terdapat tiga kategori perbuatan yang masuk dalam klasifikasi kenakalan anak Juvenile Delinquency, yaitu sebagaimana dikutip B. Simanjuntak. 5 1. Semua perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa sementara perbuatan itu menurut ketentuan hukum normatif adalah perbuatan pidana, seperti mencuri, menganiaya dan lain sebagainya. 2. Semua perbuatan atau perilaku yang menyimpang dari norma tertentu atau kelompok tertentu yang dapat menimbulkan kemarahan dalam masyarakat. 3. Semua aktifitas yang pada dasarnya membutuhkan perlindungan sosial, semisal gelandangan, mengemis dan lain sebagainya. Keseluruhan bentuk kenakalan anak baik yang diklasifikasikan berdasarkan definisi maupun berdasarkan rujukan normatif ketentuan hukum pidana tersebut selanjutnya dapat dibagi dalam 4 jenis, yaitu : 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya. 2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan, dan sebagainya. 3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban pihak orang lain, seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang narkoba. 5 B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1973, h. 76. 27 4. Kenakalan yang melawan status, seperti mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos sekolah, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau tidak taat atau membantah perintah dan lain sebagainya.

C. Ketentuan Tindak Pidana bagi Anak Pelaku Pencurian menurut Hukum

Positif Pencurian di dalam bentuknya yang pokok diatur di dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia dihukum karena kesalahannya melakukan pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda setinggi- tingginya enam puluh rupiah”. Menurut Sri Widoyati Lokito, banyak yang mempengaruhi pemidanaan yang terdapat dalam Undang-Undang, yaitu : 6 1. Hal-hal yang memberatkan pemidanaan Hal-hal yang memberatkan pemidanaan dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu : a. Kedudukan sebagai pejabat Menurut Pasal 52 KUHP, apabila seorang pejabat karena melakukan tindak pidana dari jabatannya, maka kesempatan atau sarana yang 6 Sri Widoyati Lokito, Kenakalan Anak, h. 19.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

8 157 125

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Money Laundering dengan Kejahatan Asal Penipuan (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1329K/PID/2012)

3 105 182

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

2 105 177

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Konsep Rehabilitas Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Persepektif Hukum Positif dan Hukum Islam

1 8 90

Pemindaan Anak di Indonesia Terhadap Pelaku Pencurian Dalam Persepektif Hukum Islam (Analisis Putusan Nomor: 808/Pid.B/2011/PN.MKS)

0 3 82

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Money Laundering dengan Kejahatan Asal Penipuan (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1329K/PID/2012)

0 0 38

Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan pada Anak (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1202 K/PID.SUS/2009)

0 0 17

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9