Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 1
Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
2 Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
3 Jika suami isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Selain itu, penetapan pengesahan perkawinan adat Tionghoa yang
mengesahkan perkawinan, sehingga suamiisteri tersebut terikat dalam perkawinan yang sah menurut hukum dan peraturan perundang-undangan mengakibatkan suami
danatau isteri dalam perkawinan yang mendapat pengesahan perkawinan tersebut berhak dan merupakan ahli waris yang sah atas harta bersama dan harta peninggalan
dalam perkawinan tersebut.
B. Akibat Hukum terhadap Harta Benda Perkawinan
Akibat perkawinan yang menyangkut harta benda dalam perkawinan, diatur dalam Bab VII Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yakni
pada Pasal 35 sampai dengan Pasal 37, yang menetapkan sebagai berikut: Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
1 Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
2 Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 1
Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.
2 Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai
hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut
hukumnya masing-masing.
Perjanjian kawin adalah perjanjian yang dibuat calon suami-isteri untuk mengatur akibat-akibat perkawinannya terhadap harta kekayaan mereka. Perjanjian
Kawin diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menetapkan:
1 Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan, setelah mana isinya
berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut;
2 Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas
hukum agama dan kesusilaan; 3
Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan; 4
Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan
perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
Hak suami dan isteri untuk mempergunakan atau memakai harta bersama dengan persetujuan kedua belah pihak secara timbal balik adalah sewajarnya,
mengingat hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
Universitas Sumatera Utara
hidup bersama dalam masyarakat, dimana masing-masing berhak melakukan perbuatan hukum.
Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Menurut penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “hukumnya” masing-masing adalah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya.
Dalam kenyataannya mengenai pengaturan harta benda perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat 2 dua
pendapat yang saling bertentangan, yakni : Mahkamah Agung Republik Indonesia berpendapat bahwa ketentuan
mengenai harta benda dalam perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum dapat diberlakukan secara efektif karena belum
diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dengan sendirinya
untuk hal-hal itu, diberlakukan ketentuan-ketentuan hukum dan perundang- undangan lama, yaitu hukum agama, hukum adat, dan hukum lainnya, seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
123
Sedangkan Mahadi berpendapat bahwa Pasal 35 sampai dengan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 merupakan bahan jadi dan siap untuk
123
Surat Edaran Mahkamah Agung tanggal 20 Agustus 1975 No MAPemb0807, Petunjuk Mahkamah Agung Mengenai Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 dan PP No 9 Tahun 1975.
Universitas Sumatera Utara
dipakai.
124
Retnowulan Sutantio menyatakan bahwa hukum yang mengatur harta benda dalam perkawinan tidak memerlukan peraturan pelaksanaan lagi dan dapat
diterapkan, kemudian dikembangkan melalui yurisprudensi.
125
C. Akibat Hukum terhadap Anak Keturunan