Berdasarkan ukuran ini, tidak dibenarkan mengajukan permohonan tentang penyelesaian sengketa hak atau pemilikan maupun penyerahan serta
pembayaran sesuatu oleh orang lain atau pihak ketiga; 3.
Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat ex-parte;
Benar-benar murni dan mutlak satu pihak atau bersifat ex-parte. Permohonan untuk kepentingan sepihak on behalf of one party atau yang terlibat dalam
permasalahan hukum involving only one party to a legal matter yang diajukan dalam kasus itu, hanya satu pihak.
D. Prosedur Permohonan Penetapan Pengesahan Perkawinan Adat
Tionghoa
Pengesahan perkawinan adalah permohonan pengesahan perkawinan yang
diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan dari pengadilan tentang sahnya Perkawinan agar bisa dicatatkan ke Kantor Catatan Sipil. Yang bisa
mengajukan permohonan Pengesahan Perkawinan adalah suami danatau isteri. Bagi suami isteri yang masih hidup, maka keduanya harus menjadi pihak yang
mengajukan permohonan. Sedangkan bagi pasangan yang salah satunya telah meninggal dunia, pihak yang masih hidup yang mengajukan permohonan.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengajukan permohonan pengesahan perkawinan, antara lain:
117
Langkah 1. Datang dan Mendaftar ke Kantor Pengadilan Setempat.
a. Mendatangi Kantor Pengadilan Negeri dalam wilayah tempat tinggal.
b. Membuat surat permohonan Penetapan Pengesahan Perkawinan. Surat
permohonan dapat dibuat sendiri. Apabila tidak bisa membuat surat permohonan, dapat meminta bantuan kepada Pos Bakum Pos Bantuan
Hukum yang ada pada pengadilan setempat secara cuma-cuma. c.
Melampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari Kantor Catatan Sipil bahwa perkawinan yang telah berlangsung tidak tercatat
dan Surat Pemberkatan Perkawinan dari tokoh agama yang menikahkan.
Langkah 2. Membayar Panjar Biaya Persidangan yang ditentukan
a. Membayar panjar biaya persidangan.
Panjar biaya persidangan adalah biaya yang harus dibayar oleh pemohon ke pengadilan sebagai uang muka biaya persidangan. Pada saat sidang telah
selesai, dapat meminta sisa biaya persidangan yang telah dibayarkan pada saat mendaftar, jika memang masih ada sisa.
Panjar biaya persidangan terdiri dari biaya panggilan, meterai, redaksi, dan PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak. Besaran panjar biaya persidangan
117
Hasil wawancara dengan Bapak Djauman Situngkir, pensiunan Panitera Pengadilan Negeri Medan, tanggal 5 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh Ketua Pengadilan dan biasanya rincian biaya tersebut sudah ada di papan pengumuman di pengadilan. Besarnya panjar biaya persidangan
berbeda dari satu pengadilan ke pengadilan yang lain. Apabila tidak mampu membayar biaya persidangan, dapat mengajukan
permohonan untuk berperkara secara cuma-cuma Prodeo. b.
Apabila mendapatkan fasilitas Prodeo, semua biaya yang berkaitan dengan persidangan di pengadilan menjadi tanggungan pengadilan, kecuali biaya
transportasi dari rumah ke pengadilan. c.
Setelah menyerahkan panjar biaya persidangan, meminta bukti pembayaran yang akan dipakai untuk meminta sisa panjar biaya persidangan.
Langkah 3. Menunggu Panggilan Sidang dari Pengadilan
Pengadilan akan mengirim Surat Panggilan yang berisi tentang tanggal dan tempat sidang kepada Pemohon secara langsung ke alamat yang tertera dalam surat
permohonan.
Langkah 4. Menghadiri Persidangan
a. Datang ke Pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera dalam
surat panggilan. Upayakan untuk datang tepat waktu dan jangan terlambat. b.
Untuk sidang pertama, bawa serta dokumen seperti Surat Panggilan Persidangan, fotokopi formulir permohonan yang telah diisi. Dalam sidang
Universitas Sumatera Utara
pertama ini, hakim akan menanyakan identitas para pihak, misalnya Kartu Tanda Penduduk KTP atau kartu identitas lainnya yang asli. Dalam kondisi
tertentu hakim kemungkinan akan melakukan pemeriksaan isi permohonan. c.
Untuk sidang selanjutnya, hakim akan memberitahukan kepada Pemohon yang hadir dalam sidang kapan tanggal dan waktu sidang berikutnya. Bagi
Pemohon yang tidak hadir dalam sidang, untuk persidangan berikutnya akan dilakukan pemanggilan ulang kepada yang bersangkutan melalui surat.
d. Untuk sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan harus mempersiapkan
dokumen dan bukti sesuai dengan permintaan hakim. e.
Dalam kondisi tertentu, hakim akan meminta dihadirkannya saksi-saksi yaitu orang yang mengetahui perkawinan, misalnya tokoh agama yang memberkati
perkawinan dan saksi-saksi perkawinan lainnya, seperti tetangga atau orang- orang terdekat yang mengetahui perkawinan yang telah dilangsungkan
dimaksud.
Langkah 5. PutusanPenetapan Pengadilan
a. Jika
permohonan dikabulkan,
Pengadilan akan
mengeluarkan putusanpenetapan Pengesahan Perkawinan.
b. Salinan putusanpenetapan Pengesahan Perkawinan akan siap diambil dalam
jangka waktu setelah 14 hari dari sidang terakhir.
Universitas Sumatera Utara
c. Salinan putusanpenetapan Pengesahan Perkawinan dapat diambil sendiri ke
kantor Pengadilan atau mewakilkan kepada orang lain dengan Surat Kuasa. d.
Salinan putusanpenetapan Pengesahan Perkawinan tersebut dibawa ke Kantor Catatan Sipil setempat untuk mencatatkan perkawinan tersebut.
Namun mengenai pencatatan perkawinan setelah dikeluarkannya penetapan pengesahan perkawinan adat Tionghoa tersebut oleh hakim, Djauman Situngkir
berpendapat: “Perkawinan adalah sah dengan dikeluarkannya penetapan pengesahan
perkawinan adat oleh pengadilanhakim. Walaupun perkawinan yang
ditetapkan sah dengan penetapan pengesahan perkawinan adat tersebut tidak dicatatkan ke Kantor Catatan Sipil setempat, keabsahan perkawinan tersebut
dapat dijamin. Dengan membawa penetapan pengesahan perkawinan adat tersebut saja, suami danatau isteri tersebut telah dapat melakukan sesuatu
perbuatan hukum, misalnya mengurus paspor, akta kelahiran, maupun membuat akta-akta otentik ke Notaris sehubungan dengan harta benda
perkawinan. Jadi, terserah kepada pertimbangan suami danatau isteri yang ditinggalkan untuk mau atau tidak mencatatkan perkawinan yang ditetapkan
sah dengan penetapan pengesahan perkawinan adat tersebut.”
118
Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, yakni perkawinan yang ditetapkan pengadilan, dilaporkan oleh penduduk kepada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau UPTD Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tempat
diterbitkannya penetapan pengadilan.
119
Pencatatan
118
Hasil wawancara dengan Bapak Djauman Situngkir, pensiunan Panitera Pengadilan Negeri Medan, tanggal 5 Juli 2011.
119
Pasal 10 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta yang Diterbitkan oleh Negara Lain.
Universitas Sumatera Utara
perkawinan perkawinan yang ditetapkan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan dengan memenuhi syarat berupa:
120
a. Salinan Penetapan Pengadilan yang dilegalisir;
b. KTP suami dan isteri;
c. Pas foto suami dan isteri;
d. Kutipan Akta Kelahiran suami dan isteri; dan
e. Paspor bagi suami atau isteri Orang Asing.
Tata cara pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan sebagai berikut:
121
a. pasangan suami dan isteri mengisi formulir pencatatan perkawinan
dengan melampirkan persyaratan; b.
Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau UPTD Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan
verifikasi dan validasi kebenaran data;
c. Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
atau UPTD Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan
paling lambat 30 tiga puluh hari sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan;
d. Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada huruf c
diberikan kepada masing-masing suami dan isteri.
120
Pasal 10 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta yang Diterbitkan oleh Negara Lain.
121
Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta yang Diterbitkan oleh Negara Lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV AKIBAT HUKUM PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN ADAT
TIONGHOA OLEH HAKIM
Sahnya suatu perkawinan merupakan hal yang sangat penting, karena berkaitan erat sekali dengan akibat hukum yang timbul dari perkawinan, baik yang
menyangkut keturunan anak maupun harta. Bila perkawinan dinyatakan sah, maka kedudukan harta yang diperoleh selama perkawinan dan anak yang lahir dari
perkawinan itu menjadi tegas dan jelas. Dengan tidak dicatatkannya perkawinan, maka akibatnya perkawinan
tersebut dianggap tidak sah oleh negara, yang kemudian dapat menimbulkan konflik, terutama mengenai siapa ahli waris yang sah dari suami danatau isteri
yang perkawinannya tidak dicatatkan. Dalam hal ini, yang paling sering dirugikan adalah isteri dan anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang dianggap tidak
sah oleh negara tersebut. Tidak sahnya suatu perkawinan legalitas menurut hukum Negara akan
berimplikasi sangat luas. Anak-anak dari perkawinan tersebut bukan merupakan anak-anak yang sah di mata hukum, karenanya mereka sulit menuntut harta warisan
dari sang ayah, sedangkan suami istri tersebut berdasarkan ketentuan Undang- Undang dianggap tidak terikat tali perkawinan, sehingga masing-masing baik
suami maupun istri dapat menikah secara legal dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Akibat-akibat hukum yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari dengan memohonkan penetapan pengesahan perkawinan adat kepada pengadilanhakim.
Dikeluarkannya penetapan pengesahan perkawinan adat Tionghoa oleh hakim, yang dalam diktum penetapannya menetapkan perkawinan yang telah dilangsungkan oleh
pemohon dengan suamiisterinya secara adat danatau agama sebagai perkawinan yang sah mengakibatkan akibat-akibat hukum suatu perkawinan sah yang
dilangsungkan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan berlaku juga kepada
perkawinan yang ditetapkan sah melalui penetapan pengesahan perkawinan adat, termasuk hubungan, hak dan kewajiban suami dengan isteri, orang tua dengan anak,
dan timbulnya harta benda perkawinan. Sebagai akibat hukum dari perkawinan yang sah menurut hukum, maka akan
timbul masalah-masalah tersebut yang mengikat suami isteri. Masalah-masalah tersebut meliputi 3 hal, yaitu :
a. Hubungan antara suami isteri Hak dan Kewajiban .
b. Harta benda dalam perkawinan.
c. Hubungan antara orang tua dan anak keturunan .
122
Adapun akibat-akibat dari perkawinan yang ditetapkan sah melalui penetapan pengesahan perkawinan adat Tionghoa oleh hakim dapat diuraikan
sebagai berikut:
122
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang- Undang Perkawinan Dan Hukum PerdataBW, Jakarta : Hidakarya Agung, 1981, jilid 2, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
A. Akibat Hukum terhadap Hubungan antara Suami Isteri