Sistemdapatmenampilkan data Ruangan User dapatmenginputkan data barang baru User dapatmenginputkan data barang rusak User dapat menginputkan data ruangan baru User dapatmencetaklaporan User dapat mencetak kartu inventaris User dapat mencetak tag kode bara

88 ID Deskripsi

1.1.11 Sistem dapat menampilkan data barang dengan scanning barcode 1.2

Sistemdapatmenampilkan data Unit 1.2.1 Sistemdapatmenampilkanstokbarang yang ada unit, barang yang sering di monitoring seperti ATK yaitu kertas, spidol, dll

1.2.2 Sistemdapatmenampilkandata barang yang diajukan oleh unit baik yang telah

disetujui maupun belum disetujui

1.2.3 Sistem dapat menampilkan data barang-barang yang ada di unit

1.2.4 Sistem dapat menampilkan barang yang sudah diterima atau masih dalam

pengadaan

1.3 Sistemdapatmenampilkan data Ruangan

1.3.1 Sistemdapatmenampilkan data Ruanganper gedung

1.3.2 Sistem dapat menampilkan data Ruangan per kondisi ruangan

2 KebutuhanFungsional User

2.1 User dapatmenginputkan data barang baru

2.2 User dapatmenginputkan data barang rusak

2.3 User dapat menginputkan data ruangan baru

2.4 User dapatmencetaklaporan

2.5 User dapat mencetak kartu inventaris

2.6 User dapat mencetak tag kode barang

2.7 User dapat Login

2.8 User dapat menginputkan kode barang untuk melakukan scanning barcode

untuk monitoring barang

2.2. Perancangan

Dalam mengelola aset UMC,Direktorat P2K memiliki 4 proses yaitu Pengajuan aset oleh unit, penerimaan barang dari yayasan, pendistribusian barang pada unit, pemeliharaan aset. Sedangkan aktor yang berperan dalam setiap proses bisnis yang mencakupi kebutuhan manajemen aset antara lainDirektoratPemeliharaan Pelayanan Kampus, Unit dan StaffDosen.HubunganantaraktordanaktifitasnyadapatdilihatpadaUse Case Diagram didalamgambar 1. Gambar 1.Use Case Sistem Manajemen Aset Dalam gambar 3.3 terdapat 4empat proses yaitu :Proses Penerimaan Barang,Proses Distribusi Barang,Proses Pemakaian dan Proses Pemeliharaan. Sedangkan untuk gambar Class Diagram dapat dilihat pada gambar 2 dan Entity Relationship Diagram ERD dapat dilihat pada gambar 3. 89 Gambar 2.Class Diagram Manajemen aset Gambar 3.RancanganBasisdataSistemInformasiManajemen

2.3. Hasil

Testing dilakukan langsung pada Direktorat Pemeliharaan Pelayanan Kampus. Hasil dari testing yang dilakukan adalah Direktorat Pemeliharaan Pelayanan Kampus membutuhkan sebuah Sistem yang dapat menangani masalah pendistribusian barang, yaitu barang yang didistribusikan harus sesuai dari barang yang diajukan kemudian barang masuk, mencatat semua barang masuk serta memonitoring aset yang demi Barang - - KodeBarang Tipe : char : char + + getBarangbytipe getBarangbykodeBarang Barang_Inventaris - - - - KodebarangInv kodebarang koderuangan kondisi : char : char : char : char + + + getbarangbykondisi getbarangbyruangan getbarangbykode distribusi - - - - - nomordistribusi kodebarang kodeinvestasi statusterima tanggal : int : int : int : int : int + + + + + getdisribusibyinvestasi getdistribusibystatus getditribusibykodebarang getdistribusibyunit getdistribusibytanggal komplain - - - - - nomorkomplain kategorikomplain ruangan nip statuskomplain : int : int : int : int : int + + + getkomlainbyruangan getkomplainbynip getkomlainbystatus terima - - - nonota kodebarang tanggal : int : int : int + + getbarangbynota getbarangbytanggal jumlah - kodebarang : int + getjumlahbarang Unit - - kodeUnit unit : int : int ruangan - - koderuangan kondisi : int : int + getruangabykondisi Barang_inventaris KodeBarangInv KodeRuangan KodeBarang NoNota TanggalMasukBarang NomorSeri Kondisi StatusLengkap Keterangan VARCHAR220 VARCHAR210 VARCHAR210 VARCHAR220 DATE VARCHAR220 VARCHAR22 VARCHAR21 VARCHAR2150 pk fk1 fk2 Satuan_Barang KodeSatuan Satuan INTEGER VARCHAR250 pk Ruangan KodeRuangan KodeUnit KodeGedung Ruangan Lantai UkuranRuangan Kapasitas Kondisi VARCHAR210 VARCHAR24 VARCHAR24 VARCHAR2150 VARCHAR22 VARCHAR220 INTEGER SMALLINT pk fk1 fk2 DistribusiBarang NomorDistribusi KodeBarang ID_INV_BRG Jumlah TanggalDistribusi DistribusiSubmit StatusTerima KeteranganInv VARCHAR210 VARCHAR210 INTEGER INTEGER DATE SMALLINT VARCHAR21 VARCHAR2255 pk pk,fk1 pk,fk2 Unit KodeUnit Unit Atasan VARCHAR24 VARCHAR2150 VARCHAR24 pk Komplain NomorKomplain KodeRuangan NIP KodeKategoriKomplain Komplain TanggalKomplain StatusKomplain KodeBarang INTEGER VARCHAR210 VARCHAR220 INTEGER CLOB DATE VARCHAR210 VARCHAR210 pk fk1 fk2 fk3 Gedung KodeGedung Gedung UkuranGedung JumlahLantai VARCHAR24 VARCHAR2100 VARCHAR220 VARCHAR22 pk Kategori_Barang KodeKategoriBarang Kategori VARCHAR21 VARCHAR2100 pk INVESTASI_BARANG ID_INV_BRG ID_INVESTASI KodeBarang JML_BELI HARGA_BRG INTEGER INTEGER VARCHAR210 INTEGER INTEGER pk fk1 fk2 INVESTASI ID_INVESTASI NIP ID_PERIODE KODE_INVESTASI TUJUAN_INV WAKTU_PELAKSANAAN_INV KETERANGAN_INV SISA_DANA SISA_SALDO TOTAL_INV USULAN_ANGGARAN PERSETUJUAN_ANGGARAN_INV_FINAL CREATED_AT UPDATE_AT ALLOW_EDIT_INV NAMA_INVESTASI INTEGER VARCHAR220 INTEGER VARCHAR220 VARCHAR2255 DATE VARCHAR21024 INTEGER INTEGER INTEGER INTEGER INTEGER DATE DATE INTEGER VARCHAR2200 pk fk1 fk2 Barang KodeBarang KodeKategoriBarang KodeSatuan NamaBarang Merk Ukuran Warna Harga Tipe VARCHAR210 VARCHAR21 INTEGER VARCHAR2150 VARCHAR2100 VARCHAR2100 VARCHAR215 INTEGER VARCHAR21 pk fk1 fk2 Stok_Habis_Pakai KodeBarang tglMasukHP jumlahHP VARCHAR210 DATE INTEGER pk,fk pegawai_master NIP KodeJabatan KodeUnit nama_pegawai NIDN tanggal_masuk jenis_kelamin_peg alamat_asal alamat_skrg telp1 telp2 email gol_darah tgl_lahir_pegawai StatusPegawai VARCHAR220 VARCHAR25 VARCHAR24 VARCHAR250 VARCHAR220 DATE SMALLINT VARCHAR2120 VARCHAR2120 VARCHAR215 VARCHAR215 VARCHAR235 VARCHAR22 DATE SMALLINT pk fk1 fk2 Jabatan KodeJabatan Jabatan VARCHAR25 VARCHAR2100 pk Barang_Masuk NoNota KodeBarang TglBeli TglBarangMasuk JumlahBarangMasuk StatusSubmit VARCHAR220 VARCHAR210 DATE DATE INTEGER VARCHAR21 pk pk,fk pk DetailDistribusi NomorDistribusi KodeBarang ID_INV_BRG KodeBarangInv SubmitDisInv StatusTerimaInv KeteranganDet VARCHAR210 VARCHAR210 INTEGER VARCHAR220 SMALLINT VARCHAR21 VARCHAR2255 pk,fk2 pk,fk2 pk,fk2 pk,fk1 Request_Barang ID_REQUEST NIP MEMO STATUSREQUEST TGL_REQUEST INTEGER VARCHAR220 CLOB VARCHAR21 DATE pk fk Periode ID_PERIODE NAMA_PERIODE TGL_AWAL TGL_AKHIR STATUS_PERIODE INTEGER VARCHAR215 DATE DATE VARCHAR21 pk StokOpnam Id_StokOpnam KodeBarangInv TanggalStokOpnam StatusStokOpnam KodeRuangan INTEGER VARCHAR220 DATE VARCHAR21 VARCHAR210 pk fk Maintenance Id_maintenance KodeBarangInv TglTerkahirMaintenance MasaMaintenance INTEGER VARCHAR220 DATE INTEGER pk fk KategoriKomplain KodeKategoriKomplain KategoriKomplain INTEGER VARCHAR2150 pk StokUnit ID_StokUnit KodeBarang KodeUnit LastUpdated INTEGER VARCHAR210 VARCHAR24 DATE pk fk1 fk2 User UserID NIP Password LastLogin StatusUser INTEGER VARCHAR220 VARCHAR2150 DATE VARCHAR21 pk fk 90 menjaga kualitas aset yang dimiliki Universitas . Untuk membantu pelabelan barang Sistem juga dapat mencetak barcode. Barcode terdiri dari kode ruangan kodebarang dan nomor urut. Barcode digunakan untuk memudahkan Direktorat Pemeliharaan Pelayanan Kampus ketika melakukan stokopname yang dilakukan setiap akhir semester.hasil barcode dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. barcode barang. Untuk dashboard admin ditampilkan grafik tentang aset barang seperti barang yang sering didiajukan oleh unit atau barang yang sering mengalami kerusakan. Grafik ini dapat membantu Direktorat Pemeliharaan Pelayanan Kampus dalam menentukan barang mana saja yang membutuhkan penambahan stok. Grafik barang yang sering rusak bisa menjadi pertimbangan oleh Universitas untuk membeli barang dengan jenis dan merk yang sama.hasil grafik dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. grafik barang

3. Kesimpulan

Sistem Informasi Manajemen Aset UMC ini telah memenuhi tujuan untuk mengoptimalisasi pengelolaan aset UMC yaitu antara lain: membantu Direktorat Direktorat Pemeliharaan Pelayanan Kampus dalam menerima, mendistribusikan, dan memelihara aset yang ada di UMC; Membantu Direktorat P2K dalam mengontrol jumlah aset yang di UMC; Memberikan Informasi tentang aset yang ada di Universitas Ma Chung. DAFTAR PUSTAKA 1. Nugroho, Adi, 2009,Rekayasa Perangkat Lunak Mengunakan UML dan Java, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2. Abdul, Kadir,2009Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional, Penerbit Andi, Yogyakarta. 3. Bernd Bruegge dan Allen H. Dutoit , 2010,Object-Oriented Software Engineering Using UML, Patterns, and Java, Edisi 3. Pearson Education, Inc., USA. 4. George M . Marakas dan James A. O‘Brien , 2013,Introduction to Information Systems . Edisi 16. McGraw-HillIrwin, New York. 5. Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon,2012,Management Information Systems. Edisi 12. Pearson Education, Inc., USA. 6. Imam Heryanto dan Budi Raharjo ,2009,Menguasai Oracle, SQL, PLSQL. Informatika, Bandung. 7. Hastings, Nicholas A. John, 2010,Physical Asset Management. Springer, London. 8. Baltzan, Paigan. 2014,Business Driven Information System. Edisi 4. McGraw- HillIrwin, New York. 9. Oz, Effy, 2009,Management Information System. Edisi 6. Cengage Learning, Inc. Boston. 91 Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Pada Universitas Bina Darma Menggunakan COBIT 5.0 A Yani Ranius Universitas Bina Darma, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_raniusyahoo.com ABSTRAK COBIT 5 merupakan sarana yang dapat membantu perusahaan menciptakan nilai yang optimal dari penggunaan Teknologi Informasi dan dapat mengetahui untuk menjaga keseimbangan antara manfaat dan mengoptimalkan tingkat risiko maupun tingkat kegunaan sumber daya. Kerangka kerja yang dapat membahas teknologi informasi IT bidang fungsional di suatu instansi dan mempertimbangkan kepentingan yang berkaitan terhadap IT baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Audit Tata Kelola Teknologi Informasi telah menjadi kebutuhan untuk mengetahui dan pengembangan investasi dalam menerapkan teknologi informasi secara maksimal. Tujuan jangka panjang audit tersebut untuk mencapai agar tata kelola teknologi informasi dapat diketahui tingkat kegunaannya. Dari penelitian ini akan memberikan ruang untuk menentukan model tata kelola teknologi informasi pada Universitas Bina Darma. Metode penelitian yang dipakai yaitu mengaudit tata kelola teknologi informasi menggunakan kerangka kerja COBIT 5.0. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana akan mengetahui tata kelola teknologi informasi dengan kerangka kerja COBIT 5.0 serta dapat memberikan masukan terhadap langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja serta rekomendasi perencanaan tata kelola tersebut di masa yang akan datang. Keywords: tata kelola, teknologi informasi, cobit 5.0. 1. Pendahuluan Penggunaan dan fungsi teknologi informasi saat ini sudah menjadi bagian yang sangat penting dihampir semua sektor pemerintahan maupun bisnis. Agar teknologi informasi menjadi nilai tambah dalam sebuah instansi, maka perlu adanya audit tata kelola teknologi informasi agar faktor dimensi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi akan bersinergi dan dapat bisa memberikan nilai tambah guna meningkatkan usaha pengembalian investasi sesuai yang diharapkan. Peningkatan pelayanan dan kepuasan para pengguna dan stakeholder dapat terjaga serta dapat terus ditingkatkan. Penerapan tata kelola teknologi informasi tepat sasaran akan memberikan nilai tambah tersendiri bagi Universitas Bina Darma. Tata kelola teknologi informasi yang dibutuhkan suatu instansi yaitu agar tercipta proses penyebaran informasi yang lebih interaktif dan dinamis, transparansi tata kelola operasional institusi, serta peningkatan kinerja berbasis evaluasi dengan penilaian yang transparan, keamanan data serta informasi yang berhubungan dengan hak intelektual. Tata kelola teknologi informasi akan menjawab apa yang telah dilakukankan pada teknologi informasi yang dapat memberikan hasil maksimal dan berguna terhadap institusi. Penelitian dengan menggunakan cara observasi dan dilakukan dengan analisis statistik untuk menyatakan bagaimana kondisi awal, kemudian melakukan mengimplementasikannya mulai dari cara kerja yang diperlukan menyesuaikan kerangka kerja COBIT 5.0. Agar dapat meningkatkan penilaian tata kelola teknologi informasi dan dapat memberikan rekomendasi yang akan dilakukan tahap berikutnya untuk perbaikan diwaktu kemudian.

2. Hasil

Hasil dari pembahasan penerapan framework cobit 5 pada audit tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma pada domain Monitor, Evaluate, and Access MEA terhadap keadaan tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dengan menggunakan capability model yang tergambarkan ke dalam bentuk 92 angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam menganalisa dan memperkirakan kebutuhan teknologi informasi dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini menggunakan model kapabilitas sebagai alat ukur terhadap jawaban responden dari kuesioner yang dibuat berdasarkan framework cobit 5 yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dari domain Monitor, Evaluate, and Access MEA, yaitu: 1. Monitor, Evaluate, and Access MEA01 Pengawasan, evaluasi penilaian kinerja proses teknologi informasi pada Universitas Bina Darma terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan laporan yang sistematis dan tepat waktu. 2. Monitor, Evaluate, and Access MEA02 Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal, termasuk dalam merencanakan, mengatur dan menjaga standarisasi untuk penilaian pengendalian internal dan jaminan proses kegiatan. 3. Monitor, Evaluate, and Access MEA03 Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian ekternal yaitu mengidentifikasi dan memonitor perubahan dalam kebijakan, peraturan dan ketetapan lainnya yang harus dipenuhi dari teknologi informasi secara terus menerus. Berdasarkan rekapitulasi jawaban dari para responden, maka didapatkan nilai tingkat kapabilitas saat ini sebesar 3,54 pada rentang 0-5. Nilai kapabilitas tertinggi terdapat pada MEA01 yaitu sebesar 3, sedangkan nilai terendah terdapat pada MEA03 sebesar 3,34. Rekapitulasi ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Rekapitulasi model capability

3. Pembahasan

Pada hasil observasi dan survey, Universitas Bina Darma hampir semuanya sudah melaksanakan secara komputerisasi. Datainformasi mengenai sumber daya aset komputer, server, jaringan, proyektor ataupun sumber daya manusia sudah dilakukan dan sudah mendekati ke titik nilai . Model capability merupakan alat ukur untuk mengetahui kondisi proses TI pada universitas Bina Darma. Kegiatan pengukuran ini akan menghasilkan penilaian tentang kondisi sekarang dari proses monitor, evaluate dan assess MEA, terdiri dari monitor, evaluate, and access MEA01, monitor, evaluate, and access MEA02, Monitor, Evaluate, and Access MEA03. Pada pengukuran Capability model ini digunakan pengambilan data melalui kuisioner. Sampel responden yang dilibatkan untuk pengisian kuisioner terutama adalah 93 pada unit kerja TI yang kesehariannya mengoprasikan secara langsung dan mengetahui masalah yang berkaitan dengan proses terpilih, responden berasal dari unit kerja lain yang terkait. Untuk mendukung audit tata kelola teknologi informasi ini diperoleh dari kuisioner akan diolah dan dilakukan : a. Perhitungan rata-rata terhadap masing-masing attribut jawaban dari semua responden. b. Penilaian tingkat model capability proses tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan rata-rata semua atribut atau proses . c. Representasi kondisi Teknologi Informasi yang ada. Ukuran dalam model ini meliputi ukuran ordinal dan ukuran nominal. Ukuran ordinal merupakan angka-angka yang diberikan dimana angka tersebut mengandung pengartian tingkatan. Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan obyek dari tingkatan terendah sampai tertinggi. Ukuran tersebut tidak memberikan nilai absolut terhadap obyek, akan tetapi hanya memberikan urutan tingkatan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi. Selanjutnya merelasikan antara nilai tingkatan dan nilai absolut yang dilakukan dengan perhitungan dalam bentuk indeks menggunakan formula matematik. Dengan menggunakan model capability yang digambarkan ke dalam bentuk angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam hasil penelitian. Persamaan untuk menentukan nilai indeks ini adalah sebagai berikut: Σ Jawaban Kuesioner Indeks = Σ Pertanyaan Kuesioner Σ MEA01+ Σ MEA02+ Σ MEA03 Indeks = Σ Domain Proses 3,75 + 3,53 + 3,34 Indeks = = 3,54 3 Pada skala pembuatan indeks bagi pemetaan ketingkat model capability terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Skala Pembulatan Indeks Tingkat Model Capability 5 - Optimising Process 4 - Predictable Process 3 - Established Process 2 - Managed Process 1- Performed Process 0 - Incomplete Process Table 5.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kapabilitas Proses TI Control Proses TI Kondisi TI Saat ini Tingkat Model Capability Rata-Rata Per Proses TI Evaluasi dan penilaian kinerja dan kesesuai MEA01 3,75 Established Process Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal MEA02 3,53 Established Process 94 Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal MEA03 3,34 Managed Process Total Nilai Tingkat Capability 3,54 Established Process Dari hasil perhitungan diperoleh gambaran tentang pelaksanaan tata kelola teknologi informasi yang telah dilakukan. Pencapaian saat ini sudah tidak terlalu jauh dari harapan yang akan dicapai, hal tersebut dapat dilihat pada tabel pencapaian berdasarkan domain. Grafik hasil pengukuran tingkat kematangan proses audit tata kelola Teknologi Informasi menggunakan framework cobit 5 pada Universitas Bina Darma, dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1. Grafik Penilaian Kuesioner Gambar 2. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA01 95 Gambar 3. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA02 Gambar 4. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA03

4. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan kinerja tata kelola dapat ditingkatkan menggunakan kerangka kerja COBIT 5 terutama dalam menetapkan langkah-langkah perbaikan aktivitas yang dapat dikerjakan dalam tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dalam beberapa langkah aktivitas perbaikan yang telah dilakukan, perlu ditingkatkan pelaksanaannya dengan menambahkan penggunaan perangkat lunaksistem informasi yang berfungsi untuk melakukan pencatatan aset dan sarana komputer beserta sparepart-nya. 2. Untuk pengelolaan sumber daya manusia dibuat sistem informasi pelaksanaan aktivitas pembelajaran elearning disertai dengan manajemen pengelolaan komputer yang terhubung dengan server, sehingga terdapat tata kelola akses komputer yang lebih tersistematis dan terkontrol dapat tetap tersimpan di media penyimpanan yang ada di server. Daftar Pustaka 1. ITGI. 2012. Cobit 5 : Enabling Process. United States America. 2. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Enterprise Governance of IT: Achieving StrategicAlignment and Value, Springer. 3. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Moving From IT Governance to Enterprise Governance of IT, ISACA Jurnal. 4. Wibowo, Arianto Mukti. 2008. IT Governance Patterns in Indonesian Organization. IT Governance Lab UI. 5. www.isaca.orgcobit 96 Model Component-Based Web Framework pada Work Flow Management System: Studi Kasus Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman BPMPT Kementrian Pertanian Sirojul Munir Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri, Depok Kampus B Gedung PPSDMS-NF, Jl Lenteng Agung Raya No.20 rojulmannurulfikri.ac.id ABSTRAK Bermula dari kebutuhan lembaga pengujian untuk menin1gkatkan efisiensi dan efektifitas operasional layanan pengajuan uji sampel bagi pelanggannya, BPMPT memerlukan suatu sistem yang dapat mengakomodasinya. Pengembangan sistem informasi alur kerja workflow management system bertujuan untuk mengetahui alur proses informasi pengajuan sampel oleh pelanggan yang terjadi pada lembaga tersebut. Pada penelitian ini membahas tentang model component-based web framework pada perancangan aplikasi workflow management system. Hasil penelitian berupa prototipe aplikasi berbasis web yang dikembangkan berdasarkan perancangan sistem dengan menggunakan pendekatan pengembangan sistem yang modular berbasis komponen component-based yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem di BPMPT. Kata kunci: component-based, web framework, work flow management system, lembaga pengujian mutu Pendahuluan Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman BPMPT adalah institusi pelayanan publik dibawah naungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI yang bertugas melayani pengujian produk tanaman pangan. Saat penelitian dilakukan BPMPT belum mempunyai sistem yang terintegrasi dalam melayani pelanggannya mulai dari proses pengajuan pengujian sampel hingga proses hasil laboratorium berupa sertifikat hasil pengujian. Proses pelayanan pelanggan melibatkan beberapa satuan kerja, mulai dari staff adminstrasi yang melayani penerimaan pengajuan sampel dan pembayaran, manajer teknis yang bertugas melakukan kelayakan dari sampel uji yang diajukan pelanggan, satuan kerja laboratorium yang melakukan proses pengujian sampel, hingga kembali ke staff adminstrasi yang akan melakukan proses pencetakan sertifikat hasil uji laboratorium. Sistem informasi yang akan dikembangkan pada lembaga BPMPT adalah sistem manajemen alur kerja atau lebih dikenal dengan sebutan workflow management system. Pengembangan sistem akan menggunakan aplikasi berbasis web, sehingga sistem yang dibangun dapat diakses melalui jaringan lokal LAN di lingkungan lembaga BPMPT dan kedepannya diharapkan sistem dapat juga di akses melalui internet. Tujuan umum dikembangkannya workflow management system di Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Kementrian Pertanian adalah untuk efisiensi dan efektifitas operasional layanan yang dapat meningkatkan produktifitas kerja. Sedangkan tujuan khusus perancangan workflow management system ini adalah mengetahui implementasi penggunaan model component-based web framework pada pengembangan aplikasi, dengan fokus pada bisnis proses sesuai requirement dari sistem yang dikembangkan, yaitu: Mendukung pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja, Mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja dan Mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan.Pembahasan Pembahasan Dasar Teori Menurut Schwabe [1], Framework adalah sebuah kerangka kerja yang 97 menyediakan kumpulan file-file pustaka program libraries dan atau berupa class-class yang ketika digunakan akan bekerja sama untuk mengerjakan suatu perintah tertentu dalam mencapai tujuan atau keinginan suatu domain pekerjaan, sedangkan aplikasi framework adalah sebuah kerangka-kerangka skeletons dari himpunan aplikasi-aplikasi yang bisa dikustomisasi oleh pengembang aplikasi programmer. Menurut Pressman [2], Komponen adalah bangunan pembentuk perangkat lunak komputer yang bersifat modular. Lebih formal, Unified Modeling Language Spesification yang dikeluarkan oleh OMG [OMG03a] mend efinisikan komponen sebagai ― bagian dari sistem yang bersifat modular, dapat dideploy, dapat digantikan, yang membungkus implementasi dan memperlihatkan sejumlah antarmuka‖. Menurut Pressman [2], salah satu elemen kunci yang menentukan keberhasilan atau kegagalan dari Component- based software engineering CBSE adalah ketersediaan standar-standar berbasis komponen, yang sering dikenal dengan middleware. Midleware merupakan sejumlah infrastruktur komponen yang memungkinkan komponen-komponen pada domain problem saling berkomunikasi dengan komponen-komponen yang lainnya melintasi jaringan atau berkomunikasi dengan komponen-komponen di dalam suatu sistem yang kompleks. Menurut Thomas Schal [3], workflow adalah sebuah unit kerja yang men-generate produk dan jasa yang berhubungan dengan menghasilkan pekerjaan, atau mengakibatkan kepuasan bagi pelanggan customer satisfaction. Sebuah workflow memiliki pelanggan utama, yang dilayani oleh penyedia jasa atau produk, atau dilayani oleh jaringan operasional sebagai rantai dari pelanggan dan pemasok, bekerja menuju kepuasan pelanggan utama. Sistem manajemen alur kerja workflow management system berhubungan dengan customer satisfaction atau kepuasan pelanggan. Menurut Thomas Schal [3], kepuasan pelanggan adalah aspek intangible dari kualitas yang mengungkapkan pelanggan tentang sifat-sifat global dan karakteristik yang memungkinkan suatu produk atau layanan. Untuk memenuhi kepuasan secara eksplisit serta implisit kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah hasil dari hubungan komunikatif yang baik yang berfungsi untuk mengelola komitmen dalam rantai pelanggan dan pemasok. Manfaat utama yang dapat diperoleh dari proses kerja selain untuk kepuasan pelanggan, adalah pengurangan biaya, fleksibilitas dan meningkatkan kualitas kehidupan kerja. Metodelogi Penelitian 2.2.1 Penentuan Studi Kasus Metodologi penelitian ini merupakan studi kasus pada Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Model component-based web framework akan digunakan untuk menghasilkan sebuah prototype aplikasi yang dikembangkan. Secara garis besar sistem yang diharapkan dapat diimplementasikan pada lembaga pengujian mutu BPMPT terbagi menjadi dua bagian besar. Sistem Operasional : 1. Pencatatan penerimaan Sampel Uji 2. Memo permintaan uji sample 3. Pencatatan Pembayaran 4. Pengelolaan Produk Layanan 5. Pengelolaan Item Ruang Lingkup pengujian 6. Pengelolaan Data Pelanggan Sistem Pelaporan : 1. Laporan Hasil Uji Sertifikasi 2. Alur proses sample uji status 3. Pencatatan hasil uji 4. Statistik pelanggan 5. Statistik transaksi 6. User Manajemen 7. Sistem pelaporan berbasis grafis chart

2.2.2 Perancangan Sistem

Proses workflow yang terjadi di BPMPT melibatkan beberapa role user yaitu: super user, pelanggan, customer service, manager teknis, penyelia, analyst, staff administrasi dan kepala balai pengujian. Pada tabel berikut ini ditampilkan detail role user dan deskripsi tugas-tugas yang dilakukan. 98 Tabel 1. User Role Workflow BPMPT No Role Task 1. Super User Menambahkan,mengelola User dan hak akses user, pengelolaan master data 2. Pelanggan Pendaftaran pelanggan baru, permohonan pengujian, melihat status pengujian, update Profile 3. Customer Service Verifikasi Kaji ulang permohonan pengujian,penerimaan sampel,memo pengujian sampel ke manager teknis 4. Manager Teknis Kaji ulang permohonan pengujian dari CS,menerima memo pengujian sampel,meneruskan memo ke bagian penyelia,Verifikasi hasil pengujian sementara,mengirim hasil pengujian akhir ke bagian administrasi 5. Penyelia Menerima memo dari manager teknis untuk pengujian sampel,pendelegasian pengerjaan pengujian sampel ke analyst,menerima hasil pengujian sampel dari analyst,mengirim hasil pengujian sementara ke manager teknis 6. Analyst Menerima pengerjaan pengujian sampel,melakukan pengujian sampel,mengisi laporan hasil pengujian 7. Administrasi Menerima hasil akhir pengujian sampel,mencetak sertifikalaporan hasil pengujian,mengelola data pelanggan 8. Kepala Balai Melihat laporan permohonan pengujian, melihat laporan hasil pengujian Dari hasil analisa pada proses user requirement yang didalamnya diantaranya proses identifikasi bisnis proses yang terjadi maka didapat gambaran analisa berupa diagram use case seperti pada gambar 1. Gambar 1 : Use case proses bisnis workflow pada BPMPT 2.2.3 Implementasi Sistem Pemilihan Teknologi Web Pada tahapan ini ditentukan teknologi web yang akan digunakan untuk pengembangan prototipe aplikasi wokflow management system. Sesuai dengan tujuan penelitian maka pengembangan aplikasi menggunakan web framework dengan kriteria 99 yang dipilih adalah web framework berbasis component. Dari beberapa web frameworks berbasis bahasa pemrograman PHP yang tersedia seperti CodeIgniter, Symfony, Zend Framework dan Yii Framework, maka dipilihlah Yii Framework dengan alasan utama Yii Frameworks adalah frameworks berbasis component. Yii Yes It Is adalah software free dan open source untuk pengembangan aplikasi berbasis web menggunakan framework yang ditulis dengan bahasa pemrograman PHP5. Yii bekerja untuk membantu pengembang aplikasi web dengan memastikan kode program yang dibuat sangatlah efisien, dapat dikembangkan extensible, kemudahan maintenance produk yang dihasilkan. Fitur yang penting terkait dengan penelitian ini adalah, Yii menyediakan mekanisme penyedian ektensi yang dapat di pasangkan dan dijalankan pada aplikasi berupa extension dan modules. Banyak tersedia ektensi yang siap download dan siap pakai di yiiframework.com. Pada penelitian ini akan diteliti apakah komponen-komponen yang tersedia dapat membantu pengembangan prototipe aplikasi workflow management system. Komponen Aplikasi Beberapa komponen Yii Framework yang dikembangkan oleh programmer open source tersedia dan siap digunakan untuk membangun aplikasi sesuai dengan kebutuhan dan bisnis proses yang ada. Berikut ini beberapa modul atau komponen yang akan digunakan pada pengembangan prototipe aplikasi workflow management system di lembaga pengujian mutu BPMPT. Modul Yii-User: komponen yang berupa ektensi yang digunakan untuk proses registrasi dan pengelolaan akun user aplikasi Modul Right: komponen Yii Framework yang digunakan untuk mengelola hak akses halaman oleh user. Modul Yii Booster: adalah pustaka program berupa komponen web yang telah mendukung desain web yang responsive. Modul OpenFlashChart: komponen berupa ektensi Yii Frameworks yang menyediakan pustaka program API untuk membuat grafik. Yii-PDF: adalalah komponen berupa program ektensi pada Yii Framework yang digunakan untuk menghasilkan dokumen PDF. Modul ini menggunakan dua pustaka program yaitu mPDF dan HTML2PDF. Modul EditTable: komponen program berupa ektensi yang menggunakan plugin EditTable dari pustaka program Bootstrap. Modul ini digunakan untuk proses edit data pada form yang berbentuk table, penggunaan modul ini akan banyak ditemui pada prototipe workflow management system dalam use cases edit data pengajuan dan kaji ulang pengajuan sampe uji Modul Yii Mail: komponen Yii-Mail adalah ektensi yang digunakan untuk membuat email, email dikirim dapat menggunakan jalur transport SMTP, sendmail, postfix atau jalur transport yang dapat di kustomisasi. Modul Yii-Forum: komponen Yii-Forum adalah modul aplikasi forum komunikasi antara user yang telah telah dilengkapi dengan fitur-fitur standar dan fitur tambahan. 2.2.3 Prototype Aplikasi Hasil prototipe aplikasi workflow management system yang telah di implementasikan menggunakan web frameworks berbasis component Yii Frameworks dapat dijelaskan dalam sebuah tabel yang berisikan pemetaan antara tujuan pengembangan sistem workflow di BPMPT dengan use cases yang didesain serta component web frameworks yang digunakan untuk menunjang implementasi use case. 100 Gambar 2: Tampilan prototype aplikasi workflow pada BPMPT Tabel 2 : Hasil prototipe workflow management system studi kasus pada BPMPT Tujuan Use Case Requirement Modul Component Implementasi Catatan Mendukung pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja Login Yii User Ya Registrasi Rights Ya Update Profile Yii User Ya Permohonan Pengujian Yii Booster Ya Form, GridView Verifikasi Permohonan Uji Sampel Yii Booster Ya Form, GridView EditTable Ya Mengisi Laporan Pengujian Yii Booster Ya Form, GridView EditTable Ya Kaji Ulang Permohonan Uji Sampel Yii Booster Ya Form, GridView EditTable Ya Kelola Data Pelanggan Yii Booster Ya Form, GridView EditTable Ya Mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja Memo Permohonan Pengujian Yii Mail Ya Sistem alert Forward Memo Pengujian Yii Mail Ya Sistem alert Mengirim Hasil Pengujian Sementara Yii Mail Ya Sistem alert Delegasikan Pengujian Yii Mail Ya Sistem alert Kirim Hasil Pengujian Yii Mail Ya Sistem alert Forum Komunikasi Forum Ya Diskusi info permasalahan Mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan. Melihat Hasil Uji PDF Generator Ya Cetak Dokumen OpenFlashChart Ya Grafik View Memo Pengujian Yii Booster Ya GridView PDF Generator Ya Cetak Dokumen View Hasil Pengujian PDF Generator Ya Cetak Dokumen OpenFlashChart Ya Grafik Cetak Sertifikat PDF Generator Ya Cetak Dokumen Dari hasil implementasi berupa prototype didapat semua use cases yang ada telah memanfaatkan component yang telah tersedia berupa pustaka program dan dapat dipasang sebagai plugin pada aplikasi workflow management system, dan pada 101 implementasinya dilakukan beberapa proses kustomisasi sesuai bisnis proses yang dilakukan. Kesimpulan Pada perancangan workflow management system dengan studi kasus pada balai pengujian mutu BPMPT didapat bahwa pengembangan aplikasi dengan menggunakan web framework berbasis komponen dapat dilakukan. Pustaka program berupa komponen siap pakai pada web framework dapat diimplementasikan pada bisnis proses di BPMPT karena komponen telah berjalan dengan baik dan mendukung proses bisnis untuk pekerjaan dan tugas dari individu atau group alur kerja dan mendukung komunikasi antara individu atau group alur kerja serta mendukung sistem pelaporan alur kerja berupa status yang sedang dijalankan. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah penggunaan web frameworks berbasis komponen apakah dapat diterapkan pada berbagai kasus pengembangan aplikasi sistem informasi seperti sistem informasi kepegawain, sistem informasi dashboard dan sistem informasi lainnya. Dari segi tools pengembangan aplikasi apakah web framework berbasis komponen dengan bahasa pemrograman selain PHP dapat juga diterapkan untuk kasus yang sama. Daftar Pustaka 1. Schwabe, Daniel Rossi, Gustavo Rossi Esmeraldo,Luiselena dan Lyardet, Fernando. ―Web Design Framework:An approach to improve reuse in Web applications‖, Departemento de Informatica, PUC-Rio, Brazil 2001 2. Pressman, Roger, ―Software Engineering – A pratitioners Approach‖, Seventh Edition, New York, USA, McGraw-Hill, 2010 3. Schal, Thomas, ―Workflow Manage-ment Systems for Process Organisations‖, Germany, Springer, 1996 4. Van der Aaslt, Van Hee,‖Workflow Management Model, Methods and Systems‖, England, MIT Press Cambridge, 2012 5. Vanderfeesten, Irene, Master Thesis, ―Designing workflow systems‖, Technische Universiteit Eindhoven, Departement of Mathematics and Computing Science, 9 Agustus 2004 6. M. Fayad, D.Schmidt and R. Johnson editors: ―Building Application Frameworks‖, Wiley 1999. 7. Freeman, Sanderson, ―Pro ASP.NET MVC 3 Framework‖, Third Edition, Apress, 2011 8. Landin, Niklas Niklasson Axel, ―Development of Object-Oriented Frameworks‖, 1995 9. Maciaszek, Leszek,‖Requirements Analysis And System Design‖,thrid edition, Addison-Wesley,2007 10. Sommerville, ―Software Engineering 2‖, Springger, 2007 102 Perancangan Tabel OLAP Status Her Registrasi Mahasiswa dan Excel sebagai Tools Reporting Di Lingkungan Fakultas IlmuTerapan Universitas Telkom Tora FahrudinM.T 1 ,Suryatiningsih M.T 2 ,Anak Agung Gde AgungS.T., M.M 3 1 Program StudiTeknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan, Bandung, torafahrudintelkomuniversity.ac.id 2 Program Studi Manajemen Informatika Fakultas IlmuTerapan, Bandung, suryatiningsihtelkomuniversity.ac.id 3 Program Studi Komputerisasi Akuntansi Fakultas IlmuTerapan, Bandung, aagdeagungtelkomuniversity.ac.id ABSTRAK Fakultas Ilmu Terapan, sebelum bergabung dengan Universitas Telkom bernama Politeknik Telkom. Fakultas Ilmu Terapan mempunyai sebuah Sistem Informasi Akademik bernama TASS-IS. Proses bisnis akademik di lingkungan Fakultas Ilmu terapan sudah difasiliatasi menggunakan TASS-IS. TASS-IS juga menyediakan kebutuhan reporting seperti status her registrasi mahasiswa, baik jumlah sks pengambilan mahasiswa maupun status pembayaran perkuliahan mahasiswa. Akan tetapi ada permasalahanya itu adanya waktu eksekusi yang terlalu lama karena banyak menggunakan join tabel, hal ini mengingat tabel di rancang dengan menggunakan konsep normalisasi. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk membangun sebuah desain tabel OLAP yang terpisah, yang dibuat sesederhan amungkin dengan menggabungkan konsep denormalisasi pada atribut-atribut yang diperlukan untuk reporting, sehingga kebutuhan data untuk reporting dapat diakomodasi denga ncepat melalu itabel tersebut. Selain perancangan tabel OLAP, penulis juga mengusulkan front end reporting menggunakan excel. Adapun pertimbangan menggunakan Excel yaitu excel merupakan aplikasi perkantoran yang umum digunakan, selain itu excelmemiliki kemampuan untukmelakukan koneksi ke basis data, pengolahan data dengan formula aritmetik maupun statistic serta penyajian data yang atraktif seperti pivoting dangrafik.Hasil akhir yang dicapai adalah terbentuknya skema basis data OLAP untuk reporting da nlaporan dengan menggunakan excel yang terkoneksi dengan basis data OLAP. Kata kunci:normalisasi, denormalisasi, OLAP, reporting, excel. 1. Pendahuluan Sebuah organisasi pasti memiliki tingkatan atau struktur manajemen. Setiap tingkatan manajemen memiliki kebutuhan yang berbeda akan informasi. MenurutMcLeod1996,p12, tingkatan manajemen terbagi atas: top level management, middle management dan operasional management [1]. Di posisi Top level management membutuhkan dukungan reporting manajerial untuk membantu menentukan arah kebijakan di lingkungan organisasi tersebut. Reporting manajerial adalah sebuah laporan yang menampilkan informasi informasi yang sifatnya rangkuman yang digunakan oleh top level manajemen dalam pengambilan keputusan. Saatini, Telkom Applied Science School atau Fakultas Ilmu Terapan yang berada di bawahUniversitas Telkom sudahmemiliki aplikasi Sistem Informasi Akademik yang diberinama TASS-IS Telkom Applied Science School Information System. Contoh modul dashboard yang sudah dimiliki dapat dilihat sebagai berikut [2] 103 Gambar17.Contoh dashboard Statistik Her RegistrasiMahasiswa Modul-modul di atas dapat diakses melaluiakunpimpinan di jajaran manajemen Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom.Kelemahan dari modul di atas adalah waktu pemrosesan yang lama, ha lini dikarenakan desain tabel pada database menggunakan konsep Online Transaction Processing OLTP memang lebih mengutamakan penyimpanan struktur data yang normal tidakredundan. Sehingga tabeldipecah menjadibeberapa tabel yang saling berelasi. Olehsebabitu, ketikaterdapat permintaan query yang bersifat rekapitulasi, biasanyamembutuhkan data dari beberapa tabel join dan aggregate yang menyebabkanwaktu pemrosesan query menjadi lama. Oleh karena itu penulis mengusulkan untuk membangun sebuah desain tabel OLAP yang terpisah, yang dibuat sesederhana mungkin dengan menggabungkan konsep denormalisasi tabel. Atribut yang pentingdan dibutuhkanuntukmendukung reporting di denormalisasi kedalam sebuah tabel sederhana denganatribut yang diperlukantersebut memanjang kekanan. Sehingga ketika terdapat kebutuhan data untuk reporting, dapat diakomodasi dengan cepat melalui tabel tersebut. Pengaksesan data diusulkan menggunakan front end Microsoft Excel, hal tersebut dikarenakan excelmerupakan aplikasi perkantoran yang umum digunakan. Selainitu, excel memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus rumus aritmatika maupun statistika. Excel jugamendukung tampilan informasi yang atraktifsepertipivotingdangrafik.Kemampuan Excel didalammelakukanpengolahan data tersebut juga didukung dengan kemampuannya untukmengambil data dari berbagai sumber, baikitudari webdari Microsoft Access, text, dandarisumber database yang lain melaluiOpen Database Connectivity ODBC [3]. 2. Pembahasan Beriku ttahapan didalam perencanaan dan implemenasi Excel untukreporting di lingkunganTelkom Applied Science Schooldenganmengambilfokuspada Status Herregistrasimahasiswa. 2.1 Perancangan Arsitektur Sistem Perancangan arsitektur sistem dapatdilihat pada gambar sebagai berikut. Akses Excel dari Laptop kses Excel dari PC 2 Server 1 1 1 Laptop computer Terminal Switch Symbol Count Description Legend Subtitle Legend Server DB OLTP Server DB OLAP Switch Gambar2RancanganArsitekturSistem yang Dibangun 104 ServerPC DB OLAP akan melakukan penarikan data dari server utama DB OLTP. Penarikan data menggunakankonsep ETL yang ada di datawarehouse meliputi Extract, Transform dan Load yang dibungkus oleh PLSQL yang terjadwal secara periodik menggunakan windows task scheduler, dalam mengirim data transaksi dari mesin production OLTP kemesin khusus reporting OLAP. Seluruh skema penarikan di gambarkan dalam workflow di dalam sebuah fungsionalitas transformasi dari spoon pentaho. Melalui koneksi jaringankabel yang hanya bisa di akses daril ingkungan Unit Sistem Informasi FakultasI lmu Terapan, manaje mendapat mengaksesreporting menggunakanaplikasi Microsoft Exceldengan menggunakan koneksi ODBC yang sudah diatur username danpassword untuk akses ke database OLAP pada masing-masing piranti baik menggunakan laptop ataupun PC. 2.2 Perancangan OLAP Tabel dengan konsep Denormalisasi Tabel OLAP Tabel dengan konsep Denormalisasi, dibutuhkan sebagai tabel asal oleh Excel dalam mengambil sumber data untuk diolah informasinya menjadi grafik ataupun pivot tabel. Hasil dari Excel kemudian ditampilkan untukmendukung kebutuhan dashboard manajemen. Untuk kebutuha nreporting status her registrasi mahasiswa pada setiap awal ata uakhir her registrasi dibutuhkan detail info statistik jumlah mahasiswa yang melakukan her registrasi, berapa sks yang diambil, berapa jumlah mahasiswa yang belum lunas dan sebagainya. Berikut diagram relasi dari tabel OLTP untuk kasus status her registrasi mahasiswa di lingkungan Fakultas IlmuTerapan meliputi status kontrol registrasi, pengambilan kela smata kuliah mahasiswa dan pembayaran biaya perkuliahan mahasiswa Status Kontrol Registrasi PK,FK1 NIM PK TahunAjaran PK Semester status Mahasiswa PK NIM NamaMahasiswa Prodi Angkatan Pembayaran Mahasiswa FK1 NIM TahunAjaran SemesterAkademik statusPembayaran Kdtagihan BesarTagihan BesarPembayaran KSM PK,FK3 NIM PK,FK2 Semester FK2 KD_Mk FK2 KD_Kelas FK2 Prodi FK2 KD_Dosen FK2 TahunAjaran FK2 TahunKuriukulum Dosen PK KD_Dosen NamaDosen KelasMatakuliah PK,FK1 KD_Dosen PK,FK2 Prodi PK,FK2 TahunKuriukulum PK KD_Kelas PK,FK2 KD_Mk PK TahunAjaran PK Semester Kapasitas Sisa Matakuliah PK KD_Mk PK Prodi PK TahunKuriukulum NamaMatakuliah Gambar3. Diagram RelasiTabel Pengambilan Matakuliah dan Status Kontrol Registrasi Mahasiswa 105 StatusHerRegistrasiMhs PK NIM nama_mhs prodi semester_tagihan tahun_ajar semester_akademik pembayaran_bpp pembayaran_sdp2 pembayaran_up3 pembayaran_sks pembayaran_cuti pembayaran_beasiswa status jml_sks angkatan best3 jalur status_kontrol_registrasi Gambar 4. Hasil perancangan tabel OLAP Status Her Registrasi Mahasiswa hasil Denormalisasi KSM_Mahasiswa PK NIM kelas kode_matakuliah kd_dosen thn_ajar semester_ajar prodi_mk sks_mk semester_akademik nama_mhs nama_matakuliah angkatan nama_dosen jml_sks angkatan Gambar 5. Hasil perancangantabel OLAP Pengambilan Kelas Mata kuliah Mahasiswa hasil Denormalisasi 2.3 Perancangan proses ETL Proses ETL dilakukan dengan mempersiapkan script mapping dari data dalam bentuk format data transaksional yang banyakmembutuhkan join kedalam bentuk tabel yang tidak normal dengan atribut yang dilekatkankesamping dalam 1 tabel.Proses ETL sendiri menggunakan bantuan Aplikasi transformasi yang terdapat pada modul spoon di Pentaho. Pembuatan workflow transformasi dengan menggunakan spoon, di mulai dengan cara membuat koneksi dari database sumber yaitu database OLTP data transaksional dan koneksi ke database tujuanya itu database OLAP data tabel yang sudah di denormalisasi. Setelah membuat koneksi dari databas esumber ke database tujuan.Selanjutnya mendefinisikan mapping proses dari sumber data transaksional kedalam bentuk tabel OLAP. Proses mapping bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu mapping dengan menggunakan node-node dari workflow transformasi yang dimiliki oleh spoon atau dari query yang di definisikan di database sumber. Langkah selanjutnya adalah menjadwalkan proses transformasi tersebut agar berjalan secara otomatis pada setiap hari pukul 5 AM dengan menggunakan fasilitas windows scheduler. Alasankenapa dijalankanpadapukul 5 adalahuntukmenghindari trafik yang padat di database OLTP. 2.4 Hasil implementasi Hasil implementasi menunjukkan bahwa proses mapping dan alir data berhasil secara sempurna di transformasikandari OLTP menujuke OLAP server. Detail data yang mengalir dan waktupemrosesan yang mengalir dapat dilihat sebagai berikut 106 Tabel1 :Jumlah data yang di kirimdari OLTP ke OLAP danwaktupemrosesan No Nama Workflow Jml Data Input Jml Data Output Data Loss Waktu detik 1 OLAP Status Mahasiswa 30361 30361 958.3 2 OLAP KSM Mahasiswa 219717 219717 157 Total 250078 250078 1612.4 Total lama eksekusi ETL untuk memappingkan data darisumber data OLTP ke OLAP adalah 1115.3detik atau setaradengan 18.58 menit, dengan jumlah data yang hilang adalah 0. Sedangkan dari sisi waktuuntuk menarik data dari tabel OLAP danmelakukan format pivoting ataugrafik hanya membutuhkan wakturata rata dibawah 5 detik. Hal ini lebih cepa tjika dibandingkandenganmenggunakanmodul dashboardaplikasi TASS-IS yang membutuhkanwaktu rata rata lebihdari 20 detik. Beriku tcontoh-contohl aporanyang berhasil di buatdengan menggunakan excel yang terkoneksidengansumber data dari basis data OLAP yang sudah ada Gambar6Laporan Detail status her registrasimahasiswasetiap semester Gambar7Laporan Detail pengambilanmatakuliahmahasiswa Gambar8Pivot tabeljumlahskspengambilanmahasiswasetiap semester yang bisadidapatdari data detail padagambar17 107 Gambar9 :Grafik status her registrasimahasiswa 2013-2014 Genap Gambar10 :Grafik statistik pembayaran BPP mahasiswa 2013-2014 Genap Untuk setiap angkatan 3. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa di ambil yaitu, dengan adanya perancangan dan implementasi tabel OLAP untuk reporting dapat memangkas waktu penyajiani nformasi reporting dengan lebih cepat, rata ratayaitu sekitar 5 detik. Denganmenggunakan excel sebagai tools penyajian informasi baik detail maupun summary, baik dalam bentuk tabel maupun grafis semua berfungsi dengan baik dan mampumenyajikantampilan yang menarik. Excel juga mempunyai kemampuan untuk terkoneksi dengan basis data. DaftarPustaka 1. Pakpahan, Bernard., SP Sinaga, Amrin., AwalP.Purba, Raja. 2009. Perancangan Digital Dashboard Pada PT.M Cashback Indonesia, http:thesis.binus.ac.idAsliBab22009-1-00448-SIAS20Bab202.pdf diakses 10 November 2013 2. Politeknik Telkom. 2009. Dokumentasi Manual SistemInformasiAkademikPoliteknik Telkom. 3. ______. Microsft Excel 2007 Help 108 Pembelajaran Model Think-Talk-Write TTW Sebagai Solusi Pengembangan Jiwa Kepemimpinan Leadership Siti Saudah Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta Saudah_akprindyahoo.com Abstrak Dewasa ini yang menjadi problemdi Indonesia adalah kurangnya jiwa kepemimpinan.Sifat anarkhis dan tawuran dikalangan anak muda sudahmembudaya. Pengaruh budaya luar dan kurangnya keteladan merupakan salah satu faktor adanya krisis karakter bangsa ini. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh model pemebelajaranThink-Talk-Write TTW terhadap penanaman jiwa kepemimpinan Leadership? Tujuan penelitian ini adalah Menumbuhkan jiwa kepemimpinan leadership anak melalui strategipembelajaranThink-Talk-Write TTW. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang memaparkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode think talk write TTW pada peserta didik, hasil pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Analisis data pengamatan aktivitas peserta didik dihitung dengan cara mendiskripsikan aktivitas yang muncul pada data lembar pengamatan. Hasil analisis penelitian ini adalah: dalam proses pembelajaran dengan metode think talk write TTW. unsur-unsur jiwa kepemimpinan yang nampak pada aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran tersebut adalah: rajin membaca cerdas, disiplin diri, bekerja dengan prioritas, kerjakan atau delegasikan, percaya, respek, emosi stabil, mampu berkomunikasi, mumpuni, mampu menulis,beretika dalam membuat keputusan, berpikir secara terbuka dalam pemecahan masalah,aktif, bekerjasama, bernegosiasi dengan anggota tim. Kata kunci: Pembelajaran, Think Talk Write,Jiwa Kepemimpinan. Latar Belakang Dewasa ini yang menjadi problemdi Indonesia adalah kurangnya jiwa kepemimpinan,sifat anarkhis merupakan salah satu contoh nyata kurangnya sebuah jiwa kepemimpinan. Tawuran dikalangan anak muda mulai menjadi salah satu budaya yang perlahan-lahan mendarah daging di jiwa pemuda Indonesia.Apabila memiliki jiwa kepemimpinan, maka mereka akan berpikir lebih lanjut untuk bertindakanarkhis. Melihat permasalahan-permasalahan tersebut maka melalui penelitian ini peneliti mencoba menerapkan suatu strategi pembelajaran kooperatif dan inovatif. Adapun strategi yang akan dilakukan adalah salah satu pempelajaran kooperatif dengan modelThink-Talk-Write TTW. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write TTW. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menumbuhkembangkan kemampuan siswa berfikir logis, mengambil keputusan, mengemukakan pendapat serta bertanggung jawab. Model pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.Peserta didik dituntut untuk mau membaca dan berfikir secara mandiri dan mengungkapkan pikirannya melalui diskusi kelompok. Peserta didik akan terbiasa untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengemukakan pendapat serta mengambil keputusan dengan anggota kelompoknya. Dengan metode pembelajaran kooperatif dengan model Think-Talk-Write TTW. ini diharapkan jiwa kepemimpinan leadership peserta didik akan terbentuk. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yang memaparkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari pembelajaran dengan metode Think Talk Write TTW pada peserta didik jurusan Teknik Elektro semester IV empat dan VI enam di Institut Sains T eknologi ‗Akprind‘ Yogyakarta, hasil pengamatan 109 dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Analisis data pengamatan aktivitas peserta didik dihitung dengan caramendeskripsikan aktivitas yang muncul pada data lembar pengamatan Alur pengembangan jiwa kepemimpinan dengan menggunakan teknik think-talk- writeTTW dapat terlihat pada bagan berikut ini. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Pendidik memberikan soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik serta petunjuk pelaksanaannya. 2. Peserta didik membaca teks dan membuat catatan kecil berupa hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya think 3. Peserta didik berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas sisi catatan kecil talk 4. Peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman ke dalam tulisan argumentasi write. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:Menciptakan generasi muda yang mempunyai jiwa kepemimpinan leadership untuk menciptakan bangsa yang maju dan tangguh melalui pembelajaran Think-Talk-Write TTW. Tinjauan Pustaka Strategi mengajar adalah menyangkut cara yang dipilih oleh pendidik dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi kepada peserta didik di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran sering ditemui bahwa ketika peserta didik diberikan tugas tertulis, peserta didik selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban, Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide dan menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Strategi think-talk-write TTW yang dipilih dalam penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tersebut berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya. Tahap pertama kegiatan peserta didik yang belajar dengan strategi think-talk-write adalah think, yaitu tahap berfikir dimana peserta didik membaca teks berupa soal. Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban strategi penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, danatau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Tahap kedua adalah talk berbicara atau diskusi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini peserta didik merefleksikan, menyusun, serta menguji negosiasi, sharing ide- ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi peserta didik akan terlihat Pendidik Situasi Masalah Think Membaca teks dan membuat catatan secara individu Talk Interaksi dalam grup membahas catatan kecil Jiwa kepemimpin an Write Konstruksi hasil dari think dan talk secara individual 110 pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Tahap ketiga adalahwrite, peserta didik menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya.Huinker dan Laughlin 1996. Jiwa kepemimpinan Leadership bukan semata-mata diperoleh dari bakat sejak lahir saja namun juga dapat dipelajari dan dikembangkan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam cakupan besar maupu pemimpin untuk dirinya sendiri.Sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap, atau juga stagnan.Sikap ituterus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Untuk memupuk jiwa kepemimpinan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: 1. Rajin membaca dan cerdas 2. Disiplin diri 3. Bekerja dengan prioritas 4. Kerjakan atau delegasikan 5. Percaya dan respek 6. Emosi stabil 7. Mampu berkomunikasi dan mumpuni 8. Mampu menulis 9. Gunakan manajemen Kasali, 2010:99 Hasil Unsur-unsur Jiwa Kepemimpinan ledershipyang muncul dari 37 responden yang diamati, namun ada 36 responden yang masuk datanya dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Rajin Membaca dan Cerdas Unsurindikator ‗rajin membaca dan cerdas‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model think talk write TTW yang terdiri dari 36 responden dari 4 kali tatap muka dapat diperoleh data sebagai berikut; ada 15 responden yang sudah membudayaterbiasa membaca dalam menyelesaikan permasalahan, dan 19 responden yang menunjukkan baru tampak indikator itu dan yang terakhir ada 2 responden yang belum nampak tidak terbiasa membaca dalam menyelasaikan permasalahan. Model pembelajaran ini, tahap pertama think berfikirmenuntut responden untuk aktif membaca dan menyelesaikan permasalahan. Dari aktivitas ini dapat d ilihat unsurindikator ‗rajin membaca dan cerdas‘ yang tampak pada responden. Gambar 1 Membaca Materi Pembelajaran Model Think Talk Write TTW b. Disiplin Diri Unsurindikator ‗disiplin diri‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model thinks talk write TTW ini dapat diperoleh data sebagai berikut; ada 17responden yang sudah membudaya baik, dan 19 responden yang menunjukkan tampak cukup. Dengan model pembelajaran ini, muncul jiwa kepemimpinan responden melalui aktivitas dari tahap pertama think berfikir dan talk berbicara yaitu responden mendiskusikan hasil 111 berfikirnya dan yang terakhir write menulis responden dengan disiplin mendeskripsikanmenuliskan hasil yang telah diperoleh. c. Bekerja dengan prioritas Pembelajaran TTW ini unsurindikator ‗bekerja dengan prioritas‘ nampak pada aktivitas responden dalam menyelesaikan masalah. Dalam tahap pertama think berfikir responden mampu untuk memilih masalahsoal yang mudah terlebih dahulu untuk dikerjakan sehingga prioritas itu tampak dalam pembelajaran ini. Tahap kedua talk berbicara, responden mampu untuk memecahkan, mendiskusikan masalah yang urgen untuk diselesaikan terlebih dahulu. Unsurindikator ‗bekerja dengan prioritas‘ yang muncul dari pembelajaran dengan model think talk write TTWyang terdiri dari 36 responden dapat diperoleh data sebagai berikut; 19 responden yang sudah membudaya baik, dan 15 responden yang menunjukkan tampak cukup dan yang terakhir ada 2 responden yang belum nampak kurang. Gambar. 2 Proses Pembelajaran Think talk write TTW di kelas d. Menghargai dan percaya Penelitian ini indikator menghargai dan percaya dapat dilihat dari aktivitas mahasiswa yaitu membagi tugas dalam menyelesaikan masalah serta menghargai ide- ide solusi yang diberikan melalui diskusi di kelas. Berdasarkan pengamatan di kelas data awal dapat diperoleh sebagai berikut: dari 36 responden ada 14 mahasiswa yang menunjukkan sifat percaya dan menghargai sudah membudaya sedangkan 21 orang yang nampak dan 1 orang yang belum nampak. e. Mampu berkomunikasi Dari pengamatan dalam pembelajaran think talk write TTW ini dapan diperoleh data sementara indikator ini dapat diamati dari aktivitas anak di tahap kedua yaitu talk berbicara. Dari pengamatan ini dapat diambil data awal sebagai berikut: dari 36 responden ada 18 orang yang mampu berkomunikasi dengan baik membudaya dan 7 orang yang kemampuan berkomunikasi masih sedangmulai tampak dan 1 orang kemampuan berkomunikasi belum tampak. f. Mampu menulis Seorang pemimpin hendaknya mampu menuangkan ide, strategi, gagasan maupun pendapatnya dalam bentuk lisan dan tulis. Untuk menggali indikator kemampuan menulis ini dapat diketahui dalam proses pembelajaran think talk write TTW di tahap yang ketiga write menulis. Mahasiswa mampu menuangkan ide atau solusi dalam permasalahan yang diberikan melalui tulisannya. Dalam pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuan yang di dapat dari tahapan sebelumnya, yaitu tahap think berfikir dan tahap talk berbicara. Dalam pengamatan di kelas dapat diketagui melalui aktivitas mahasiswa sebagai berikut: dari 36 responden ada 16 orang yang yang sudah mempunyai budaya menulis dan 20 orang mulai tampak. g. Jujur Proses pembelajaran think talk write TTW ini indikator jiwa kepemimpinan leadership ini tampak sudah membudaya. Hal ini dapat ditunjukkan aktivitas mahasiswa dalam mengerjakanmenyelesaikan persoalan yang diberikan. Dari 36 responden berdasarkan pengamatan ada 21 orang yang terbiasa menyelesaikan dengan jujur dan 12 orang yang cukup kejujurannya dan 3 orang yang belum jujur dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. h. Berfikir terbuka 112 Pembelajaran dengan model think talk write TTW indik ator ‗berfikir terbuka‘ tampak dalam proses pembelajaran pada tahap pertama think berfikir dan tahap kedua talk berbicara. Hal ini ditunjukkan dalam aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan mampu berdiskusi dan dapat menerima pendapat orang lain. i. Bertanggung jawab Indikator ini nampak dalam proses pembelajaran yaitu pada aktivitas mahasiswa mampu untuk menyelesaikan tugas dengan baik terutama dalam tahap ketiga write menulis karena tahap ini merupakan tahap akhir. Dalam tahap ini dapat dilihat hasil penyelesaian persoalan yang diberikan, dengan demikian mahasiswa dituntut untuk bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. j. Aktif Proses pembelajaran think-talk-write TTW mampu untuk menumbuhkan indikator ‗aktif‘ pada mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas mahasiswa pada semua tahap pembelajaran ini yaitu: tahap satu think berfikirmahasiswa ikut berfikir aktif berfikir dalam menyelesaikan masalah, tahap dua talk berbicara mahasiswa ikut aktif berdiskusi untuk menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan masalah dan tahap tiga write menulis mahasiswa aktif ikut dalam mengkonstruksimembangun konsep untuk memecahkan permasalahan yang ada. k. Emosi stabil Proses pembelajaran model think talk write TTW ini dapat diketahui dalam aktivitas mahasiswa dalam tahap kedua talk berbicara yaitu dalam berdiskusi. Mahasiswa dapat sharing saling berbagi untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Saling mendukung dan tidak egois dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Jiwa sosial dan saling bekerjasama untuk mencapai suatu penyelesaian persoalan menjadi sebuah tujuan. Identifikasi Unsur-Unsur Jiwa Kepemimpinan Leadership dalam Pengelolaan Pembelajaran dengan Model Think-Talk-Write TTW No Aspek yang Diamati Indikator Pengamatan Unsur-unsur Jiwa KepemimpinanLeadership 1 Kegiatan Awal Pendahuluan a. Memotivasi siswa b. Menyampaikan tujuan Disiplin diri, aktif, 2 Kegiatan inti 1. THINK berpikir a. Memberikan soal-soal pertanyaan kepada mahasiswa b. Mengingatkan kembali pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran c. Membimbing mahasiswa membuat catatan kecil dengan bahasa sendiri Rajin membaca, disiplin, bekerja dengan prioritas,, bertanggung jawab, aktif. 2. TALK Berbicara a. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok tiap kelompok 5 orang yang beragam tingkat kemampuan mahasiswa. b. Mendengarkan secara hati-hati ide mahasiswa c. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan d. Membimbing dan menggali hasil yang dibawa mahasiswa untuk diskusi e. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi Disiplin, menghargai percaya, mampu berkomunikasi, jujur, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil. 3. WRITE Menulis a. Membimbing dan memberi informasi, Bekerja berdasarkan prioritas, mampu menulis, berfikir terbuka, bertanggung 113 mengklasifikasi mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan. b. Membantu mahasiswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk tulisan. jawab, aktif, emosi stabil. 3 Memberikan evaluasi - Kesimpulan Hasil analisis diperoleh data berupa deskripsi tentang jiwa kepemimpinan pada anak yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dengan model Think Talk Write TTW sesuai dengan indikator yang ditentukan adalah dari 36 responden yang di amati dapat di ambil kesimpulan yaitu dalam kegiatan tahap pertama Think berfikir dapat ditemukan jiwa kepemimpinan anak; rajin membaca, disiplin. Bekerja dengan prioritas bertanggung jawab dan aktif. Sedangkan dalam tahap kedua: talk berbicara dapat ditemukan jiwa kepemimpinan anak; Disiplin, menghargai percaya, mampu berkomunikasi, jujur, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil.sedangkan pada tahap ketiga yaitu write menulis yaitu; Bekerja berdasarkan prioritas, mampu menulis, berfikir terbuka, bertanggung jawab, aktif, emosi stabil. Proses Pembelajaran dan analisa maka dapat disimpulkanbahwa penggunaan metode pembelajaran model Think-Talk-Write TTW dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak.Respon positif ditunjukkan mahasiswa dalam aktivitasnya di setiap tahap pempelajaran Think-talk-write TTW.dengan indikator; 1 rajin membaca dan cerdas 2 disiplin diri, 3 bekerja dengan prioritas, 4 menghargai dan percaya 5 mampu berkomunikasi 5 mampu menulis 7 jujur 8 berfikir terbuka 9 bertanggung jawab 10 aktif 11 emosi stabil. DAFTAR PUSTAKA 1. Ali, Erdi. 2013. Merajut Jiwa Kepemimpinan Sebuah Renungan dan Harapan kumpulan Artikel Bogor: IPB. 2. Ansari, B.I. 2003.Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik melalui Strategi Think-Talk-Write Eksperimen di SMUN Kelas I Bandung.Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. 3. Gayatri, Yuni. 2011. ―Mengembangkan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Biologi Berbasis Karya Ilmiah”. Dalam Seminar Nasional Soft Skill and Charakter Building. Universitas Muhammadiyah Surabaya Januari 2011. 4. Imam, Moejiono, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian, Jogakarta, UII Press. 5. Kartono, Kartini. 2003. Pemimpin dan kepemimpinan:apakah pemimpin abnormal itu?. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 6. Kasali, Rhenald dkk. 2010. Modul Kewirausahaan. Bandung:Hikmah. 7. Muhammad,As‘adi. 2012. Dahsyatnya Senam Otak. Yogyakarta: Penerbit DIVA Press. 8. Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta:Erlangga. 114 Perkembangan Seni Digital di Indonesia Satrio Hari Wicaksono, M. Sn Institut Seni Indonesia Yogyakarta Perumahan Alam Citra E.20, Jln. Parangtritis KM.7, Sewon, Bantul Yogyakarta shwicaksonogmail.com Abstrak Seni tak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi perkembangan seni rupa, baik secara langsung maupun tidak. Seni mengadaptasi apa yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan melampaui capaian-capaian yang telah dilakukan sebelumnya, bahkan tak jarang mendobrak batas-batas yang ada. Seiring dengan perkembangan dan ketergantungan masyarakat yang cukup tinggi terhadap teknologi, seni pun tak canggung untuk berintegrasi dan menggunakan „bahasa‟ yang sama dengan yang berlangsung dalam masyarakat, sebuah manifestasi dari faham postmodernisme yang yang berupaya menghilangkan batas-batas antara suatu disiplin ilmu dan kehidupan masyarakat, tak terkecuali seni. Teknologi digital sekarang ini bukanlah hal asing bagi mayoritas masyarakat. Hampir semua orang menonton melalui televisi, berkomunikasi menggunakan telepon seluler dan mengakses internet lewat perangkat komputer, gambaran betapa kita tak dapat dipisahkan dengan teknologi digital saat ini. Seni pun beradaptasi untuk mengkomunikasikan isu-isu dan pemikiran para seniman dengan menggunakan hal yang akrab dengan apa yang ada di masyarakat, lewat media video, foto, internet dan lainnya sebagai media yang mampu menjembatani dan mewadahi pemikiran sang seniman, yang mungkin sudah tak dapat terwakili jika menggunakan medium konvensional.Perkembangan seni digital terbilang cepat diadaptasi oleh para pelaku seni diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Banyak para seniman yang intens berkarya dengan media digital seperti video dan fotografi, khususnya para seniman muda yang kesehariannya lebih dekat dengan perangkat gadget digital. Sebuah disiplin ilmu seni yang terbilang baru namun dianggap mampu untuk mewakili kebutuhan gaya ungkap seniman terhadap isu-isu dan permasalahan yang terjadi. Kata kunci : Seni, Teknologi, Digital, Indonesia Latar Belakang Perkembangan seni rupa selalu berubah seiring perubahan budaya dan juga kehidupan masyarakatnya. Tak hanya puas berada dalam satu titik, seni selalu mencari nilai kebaruan sebagai bagian dari eksplorasinya. Baik secara pemahaman, cara, dan juga media yang digunakan untuk mengekspresikan ide dari sang seniman selalu berubah seiring perubahan budaya yang berlangsung pada saat karya tersebut diciptakan. Maka tak salah jika dikatakan karya seni merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dari sebuah zaman. Perkembangan teknologi pun tercatat dalam sejarah banyak membantu dalam proses perkembangan seni rupa. Penggunaan kamera obscura sebagai media transfer gambar, penemuan mesin cetak dan proses peralihan dari tempera ke cat minyak dan kemudian cat akrilik menjadi beberapa contoh bahwa seni rupa menyerap penemuan teknologi baru sebagai bagian dari proses berkarya seniman. Terlebih pada saat ini, 115 dimana teknologi jauh berkembang, tak sedikit produk-produk sekarang ini yang berbasiskan media digital. Hal inilah yang kemudian menjadi peluang bagi para seniman untuk melakukan eksplorasi yang lebih luas, dengan menggunakan media digital, efektifitas dan efisiensi kerja seniman menjadi lebih optimal, proses sketsa dan pencarian bentuk yang dilakukan dengan perangkat lunak komputer mempermudah kerja seniman untuk menghasilkan gambaran dari karya yang ingin dibuat lebih efektif dibandingkan ketika proses sketsa dilakukan secara manual. Indonesia pun tak luput dari perkembangan seni digital, terlebih banyak seniman muda yang lebih memilih media digital karena dirasa mampu mewadahi ide dan hasil yang diinginkan oleh para seniman. Budaya dan pola kehidupan seniman kini yang lebih dekat dengan media digital menjadi salah satu alasan mereka berupaya untuk mengeksporasi hal yang dekat dengan keseharian mereka, hampir semua orang menggunakan perangkat komputer dan digital untuk menunjang aktifitas kesehariannya, begitu pula dengan para seniman masa kini. Perkembangan seni digital di Indonesia inilah yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk menelusurinya lebih dalam, sejauh mana pemanfaatan media digital dalam proses berkesenian dari seniman lokal. Dengan mengkaji sejarah panjang asal mula penggunaan medium digital dalam proses berkesenian hingga pemanfaatannya pada masa sekarang ini, secara tidak langsung kita dapat memetakan dan mencatat perkembangan yang telah terjadi dalam penggunaan medium digital serta isu yang diwakilkannya sebagai identitas kekaryaan. Selain itu, kita dapat mengkaji lebih dalam apa yang menjadi perbedaan dengan perkembangan seni digital di luar Indonesia, terlebih di belahan dunia Barat yang telah eksis dan berkembang jauh sebelum negeri ini memulainya. Digital dan Teknologi Komputer Kata digital merupakan kata serapan asing yang digunakan untuk menggambarkan benda yang proses dan hasil akhirnya menggunakan teknologi komputer atau yang dikerjakan tidak secara analog maupun konvensional. Menurut Oxford Dictionaries, ada beberapa pemaknaan yang mampu mendefinisikan tentang digital, namun yang paling mendekati dengan definisi yang akan penulis bahas menurut kamus Oxford adalah :Involving or relating to the use of computer technology Dengan kata lain, berbicara tentang digital tak bisa dipisahkan dengan teknologi komputer. Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Banyak yang menyebutkan bahwa kehadiran komputer sebagai sebuah perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai perwujudan dari revolusi industri yang kedua. Keduanya merubah pola hidup dan cara berpikir masyarakat secara bertahap namun menyeluruh. Tentu saja bila dibandingkan dengan revolusi industri pertama yang terjadi pada abad ke 19, penyebaran revolusi komputerisasi jauh lebih cepat, bahkan terlihat seperti berkembang secara bersamaan. Seni Digital Perkembangan seni selalu terkait erat dengan kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat. Seni kontemporer tumbuh dan berkembang dengan mengadaptasi faham postmodern yang berlangsung hingga kini, hal tersebutlah yang memungkinkan terbukanya peluang bagi media digital untuk dieksplorasi dalam ranah seni rupa, hal yang tak mungkin terjadi pada masa seni rupa modern. Pada akhir tahun 1950-an, banyak para seniman, kritikus dan para tokoh mazhab Frankfurt seperti Adorno dan Walter Benjamin yang menganggap bahwa seni modern tak bisa dipertahankan, mereka berpendapat bahwa modenisme secara estetis telah mandul dan secara politis adalah sebuah kompromi, hingga akhirnya perubahan pun terjadi. Perubahan kebudayaan ke postmodern memberikan dampak yang cukup signifikan bagi seni rupa, sebuah pandangan yang membawa seni tak hanya dapat berkembang di dalam wilayah seni itu 116 sendiri, seni haruslah merepresentasikan apa yang ada dalam masyarakat. Ini yang kemudian menjadi revolusi dalam dunia seni rupa. Dapat dikatakan perkembangan seni digital sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi komputer itu sendiri. Perkembangan teknologi digital berdampak dalam aktifitas berkesenian yang telah berjalan cukup lama seperti melukis, cetak grafis dan mematung, bahkan memunculkan gerakan seni baru seperti digital instalation art, web art, virtual reality dan lain sebagainya. Caraberkarya secara konvensional pun sedikit banyak mengalami perubahan, seperti munculnya teknik melukis secara digital, teknik cetak digital dan lain sebagainya. Seni digital, dikenal juga dengan istilah seni komputer computer art atau seni multimedia multimedia art. Pada medio 1950-an, diduga merupakan awal mula para seniman dan desainer menggunakan perangkat mekanik dan komputer analog sebagai cikal bakal digunakannya teknologi digital.Beberapa seniman dan desainer yang berupaya untuk bereksperimen dengan perangkat elektronik ini, salah satu karya awal dalam penggunan media elektronik yang menjadi koleksi Victoria and Albert Museum VA adalah karya Ben Laposky pada tahun 1952 yang berjudul Oscillon 40 yang menggunakan osiloskop untuk memanipulasi gelombang elektronik yang muncul di layar neon kecil. Sebuah osiloskop adalah perangkat untuk menampilkan bentuk gelombang sinyal listrik, yang biasa digunakan sebagai pengujian listrik. Gelombang ini tak pernah berhenti dan selalu bergerak pada gambaran layar, melalui fotografi Laposky mampu menangkap momen singkat tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah objek karya seni. Gambar 1Oscillon 40, Ben Laposky, 1952 Sumber : http:www.vam.ac.ukcontentarticlesacomputer-art-history, 14 Agustus 2014, 15:45 Pada tahun 1960-an, penggunaan komputer sebagai media berkesenian semakin banyak digunakan. Sebagian besar karya yang berkembang pada periode ini berbentuk komposisi geometris, keterbatasan hasil dari perangkat komputer memungkinkannya terbentuk komposisi ini, selain itu, pengaruh seni modern masih sangat kuat dalam membentuk karakter berkesenian pada periode transisi ini, sehingga beberapa praktisi awal sengaja menghindari objek yang dikenali dalam rangka untuk berkonsentrasi pada bentuk visual murni. Ditengah perkembangan seni komputer, pada periode ini perkembangan seni digital juga diwarnai dengan hadirnya seni video video art. Membicarakan seni video tidak lepas dari bagaimana perkembangan media massa pada era tahun 1960-an, khususnya televisi. Menurut para seniman video, televisi terkesan menyeragamkan selera masyarakat ke dalam satu golongan yang cenderung takmemberikan muatan apa- apa, sehingga imajinasi dan pemikiran menjadi tidak kreatif dan tumpul. Para seniman ini 117 menyebut televisi sebagai ―Kotak Pembodohan‖ Idiot Box. Untuk melakukan perlawanan dari gejala tersebut para seniman pun melakukan suatu pergerakan. Di saat yang sama, tepatnya pada tahun1965, ditemukanlah portable video camera yang praktis untuk dibawa kemana-mana. Dengan adanya kamera ini, setiap orang dapat menjadi sutradara, kameraman, dan aktor sekaligus penonton. Media ini menawarkan persepsi yang baru dalam kesenian, maka tak jarang video dianggap sebagai gelombang baru the new wave dalam seni.Tokoh-tokoh seperti Nam Jum Paik, Richard Sierra, dan Joan Jonas adalah generasi pertama perupa yang menggunakan video sebagai bahasa rupa. Kehadiran Apple dan Microsoft di akhir tahun 1970-an memberikan dampak yang cukup signifikan dengan munculnya personal computer PC dari kedua perusahaan tersebut. PC menghadirkan sistem operasional yang lebihmudah digunakan dibandingkan dengan komputer sebelumnya yang cenderung rumit. Seni Digital di Indonesia ..Can andor should we view the practice of video art in Indonesia according to the first worlds understanding and art historical catagories which view it a as collaboration between art and technology? -Agung Hujatnikajennong Berbicara tentang perkembangan seni digital di Indonesia, secara tak langsung kita membahas tentang praktik seni video dan fotografi, bukan mengabaikan perkembangan dengan menggunakan medium lainnya, namun perkembangan dua medium tersebut terbilang paling vokal dibandingkan medium lainnya, baik secara eksekusi karya maupun wacana yang berkembang. Penggunaan medium digital atau komputer sebagai media berkesenian telah dimulai sejak periode 1980-an. Berdasarkan catatan Sanento Yuliman dalam kumpulan artikelnya pada buku Dua Seni Rupa, seni komputer mulai marak digunakan sejak awal September 1986, tepatnya ketika Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia Pusilkom-UI bekerja sama dengan majalah Aku Tahu menyelenggarakan lomba lukis komputer. Walaupun tak banyak kalangan seni berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, namun ini merupakan awal integrasi antara seni dan teknologi digital di Indonesia. Hal ini berlanjut pada Festival Komputer dan Seni Grafis yang menggelar pameran hasil babak penyisihan lomba lukis tersebut dan juga hasil karya dari Djoni Djuhari dan Boedhihartono di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Festival ini mampu menarik perhatian para pelaku seni. Dalam festival ini terlihat bagaimana kecenderungan dan perkembangan awal dari seni digital di Indonesia. Pemandangan merupakan objek yang digunakan oleh mayoritas para peserta lomba lukis komputer ini, tarikan garis sederhana dan pewarnaan yang rata pun mendominasi visual yang dihadirkan. Berbeda dengan para peserta lomba, karya yang dihasilkan oleh Djoni Djuhari dan Boedhihartono, kompleksitas garis dan warna terlihat lebih matang, seperti tampilan pada cat atau pastel. Dan yang menjadi ciri khas dalam pameran ini ialah tampilan pixel yang terlihat kuat, sehingga tampilan garis diagonal terlihat bergerigi. Hal ini dikarenakan mayoritas para seniman menggunakan perangkat lunak komputer yang masih dasar dan sederhana. Jika menggunakan perangkat yang lebih maju saat itu, tampilan garis dan perpindahan warna bisa ditampilkan dengan lebih halus. Memasuki periode tahun 1980-an muncullah nama Krisna Murti yang menjadi salah satu pelopor dalam penggunaan media baru dalam berkesenian, khususnya media-media yang berbasis elektronik.Pameran seni videonya di Galeri R-66 Bandung tahun 1993 dengan karya yang berjudul “12 Jam dalam Kehidupan Penari Agung Rai”,menjadi sebuah penanda pertumbuhan seni media baru di Indonesia. Dapat dikatakan ini merupakan bentuk perlawanan Krisna terhadap budaya televisi saat itu. 118 Perkembangan seni digital, khususnya seni video pada tahun 2000 menjadi perbincangan hangat di kalangan praktisi seni. Diselenggarakannya OK Video : Internasional Video Art Festival yang pertama di tahun 2003, menggambarkan besarnya animo para seniman muda untuk mengeksplorasi dengan media video. Kegiatan yang diadakan oleh Ruangrupa ini merupakan even internasional pertama yang memfokuskan penggunaan media video secara khusus dalam berkesenian, dan bahkan masih menjadi satu-satunya yang diselenggarakan secara rutin setiap dua tahun sekali. Sejak tahun 2000 hingga kini banyak bermunculan para seniman muda yang intens berkarya dengan mengeksplorasi medium video. Nama-nama sepertiHafiz, Anggun Priambodo, Muhammad Akbar, Yusuf Ismail, dan Adel Pasha adalah beberapa nama yang terbilang cukup eksis berkesenian dengan medium video.Penulis akan membahas satu karya dari Yusuf Ismail yang terbilang cukup fenomenal pada saat itu. Jika menilik karya Yusuf Ismail, terlihat bagaimana ia menggambarkan dalam karyanya bahwa budaya instan telah mendarah daging dalam masyarakat kita. Dalam karyanya yang berjudul ―Ketik Reg Spasi Bla Bla Bla”, Yusuf menggambarkan visualisasi layaknya sebuah iklan sebuah sms premiumyang menawarkan sebuah solusi atau cara untuk mendapatkan kesuksesan, iklan sms premium pada saat itu sedang booming di seluruh media massa, khususnya layar kaca, ini yang kemudian menginspirasi Yusuf untuk menghadirkan fenomena yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Tak hanya itu, Yusuf pun memasukkan konten yang berhubungan dengan kondisi dunia seni rupa Indonesia, dengan menggunakan praktisi-praktisi seni yang cukup dikenal. Karya ini secara tak langsung mengkritisi tentang kehidupan dan cara pandang masyarakat yang telah menjadi karakter dan terbawa ke dalam seluruh aspek kehidupan tak terkecuali dunia seni rupa. Untuk menghadirkan kesan yang serupa dari iklan yang akan diparodikan dari televisi, pemilihan medium video merupakan eksekusi yang maksimal, karena dengan menggunakan video, sensasi yang diharapkan bisa sampai ke apresiator dengan karakter visual dan audio yang dapat dihadirkan. Gambar 2 “Ketik Reg Spasi Bla Bla Bla” series, Yusuf Ismail, 2008 Sumber : http:fluxcup.blogspot.com201005type-reg-space-blablabla.html, 19 Agustus 2014, 12:23 Kesimpulan Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa kehidupan masyarakat postmodern yang selalu berkutat dengan teknologi digital menjadikan intimasi bagi para individu saat ini, seni hadir untuk membahasakan bagaimana menggabarkan situasi yang berlangsung sekarang ini dengan menggunakan cara pendekatan, komunikasi dan bahasa yang sama agar mampu diapresiasi dengan lebih mudah. Tak mengherankan jika kemudian media ini tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat dan bermunculan 119 para seniman baru yang intens untuk menggali dan mengeksplorasi dengan sarana digital sebgai medium berkesenian. Seni digital hadir untuk melengkapi bagian-bagian yang sebelumnya tak mampu dicapai dengan menggunakan media konvensional. Bukan berarti menggantikan, namun memberikan suatu alternatif baru yangmampu memaksimalkan proses berkarya dari seorang seniman, seperti kualitas detail yang mampu ditangkap secara cepat lewat media fotografi dan juga menghadirkan gerak dan suara melalui media video. Di Indonesia sendiri perkembangan seni digital khususnya video dan fotografi diserap dengan sangat baik, terlebih di kalangan seniman muda. Tentu permasalahan yang ada di Indonesia ini tak kan sama dengan permasalahan yang ada di luar negeri ini. Walau dalam cangkang dan isu sentral yang sama, namun selalu ada karakter atau isu khusus yang hanya terjadi di negeri ini. Sebuah karakter khusus yang menjadi penanda tentang identitas, tinggal bagaimana para seniman mengeksekusi pemikiran tentang isu- isu khas tersebut ke dalam tampilan yang tepatdan mampu diolah dengan pandangan personal yang kuat, dan sejauh ini, mereka yang cukup intens berkarya seni mampu melakukan tantangan tersebut. Daftar Pustaka Buku : 1. Ali, M., 2011, Estetika, Pengantar Filsafat Seni, Sanggar Luxor, Tangerang 2. Rachmansjah, D., 2000, Media Digital; Beberapa Catatan Tentang Medium Komunikasi Visual Dalam Milenium Baru, Refleksi Seni Rupa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 3. Sumardjo, J., 2000, Filsafat Seni, Penerbit ITB, Bandung 4. Yuliman, S., 2001, Dua Seni Rupa, Yayasan Kalam, Jakarta Website : 1. http:fluxcup.blogspot.com 2. http:indoartnow.com 3. http:www.oxforddictionaries.com 4. http:www.vam.ac.uk 120 Pengunci Ketinggian Pada QuadCopter Berbasis Kontroler PID Menggunakan Sensor Ultrasonik Henri Irawan 1 , Yohanes Gunawan Yusuf 2 ,Hendi Wicaksono 3 Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 henri.irawan92gmail.com, 2 yohanesgunawanstaff.ubaya.ac.id, 3 hendiubaya.ac.id ABSTRAK Pada beberapa tahun belakangan ini QuadCopter merupakan robot udara tanpa awak yang dapat dikontrol dari jarak jauh yang sangat banyak mendapatkan perhatian untuk dikembangkan.Salah satu kelebihan QuadCopter dibandingkan robot udara lainnya yaitu kemampuannya untuk melakukan penerbangan dan pendaratan secara tegak lurusvertikal sehingga tidak membutuhkan ukuran landasan yang besar. Sesuai dengan namanya, QuadCopter merupakan robot udara yang dapat terbang dan bermanuver dengan kombinasi kecepatan dan arah putar keempat motor untuk menggerakkan baling- balingnya. Adapun manuver yang dapat dilakukan oleh QuadCopter adalah roll pergerakan ke samping kanan-kiri, pitch pergerakan maju-mundur, dan yaw pergerakan rotasi.Untuk melakukan manuver tersebut, QuadCopter membutuhkan suatu kontroler yang mampu mengatur perilaku ke empat motor tersebut. Kontroler KK2.0, merupakan kontroler yang terkenal karena kemampuannya dalam mempermudah pengontrolan QuadCopter dengan harga yang relatif terjangkau. Kontroler ini juga dilengkapi dengan Attitude Lock, yaitu kemampuan QuadCopter untuk kembali ke posisi stabil setelah bermanuver.Namun kontroler ini masih belum dilengkapi kemampuan dalam mengunci ketinggianAltitude Lock yaitu kemampuan QuadCopter untuk mempertahankan ketinggiannya.Dengan menambahkan board Yohe v1.2 yang berisikan pengunci ketinggian berbasis kontroler PID Proportional-Integral-Derivative pada kontroler KK2.0 maka QuadCopter mampu untuk mempertahankan ketinggiannya pada tinggi yang diinginkan. Kata kunci: Pengunci Ketinggian, Kontroler PID, QuadCopter, Board YoHe v1.2. 1. Pendahuluan Dalam dunia robotika, terutama untuk keperluan monitoring, penggunaan QuadCoptersangatlah umum dan secara masif digunakan.QuadCopter sendiri merupakan robot udara tanpa awak yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.Robot ini memiliki empat baling-baling yang digerakkan oleh ke empat motornya. Kelebihan dari QuadCopter adalah dapat terbang dan mendarat secara tegak lurusvertikal sehingga tidak memerlukan landasan yang besar Bouabdallah, Murrieri, Siegwart, 2004. QuadCopteratau Quadrotor dapat diklasifikasikanke dalam Unmanned Aerial Vehicle UAV karena tidak perlu membawa pengendara yang menerbangkannya Salih Moghavvemi, 2010. UAV ini mempunyai manuver berupa roll kanan-kiri, pitch maju- mundur, dan yaw rotasi pada sumbu vertikal.Roll dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran kedua motor sebelah kanan untuk bergerak ke kiri, atau mempercepat putaran kedua motor sebelah kiri untuk bergerak ke kanan. Pitch dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran kedua motor sebelah belakang untuk bergerak maju, atau mempercepat putaran kedua motor sebelah depan untuk bergerak mundur. Yaw dapat dilakukan dengan cara mempercepat putaran motor sebelah kanan depan dan sebelah kiri belakang untuk berotasi ke kanan, atau mempercepat putaran motor sebelah kiri depan dan kanan belakang untuk berotasi ke kiri Salih Moghavvemi, 2010. Kontroler KK2.0 merupakan kontroler terbang yang terkenal karena harga yang terjangkau namun kemampuannya cukup memuaskan. Kontroler ini memproses sinyal input aileronrollkanan-kiri, elevatorpitchmaju-mundur, rudderyawrotasi, dan throttlenaik-turun dari receiver untuk menggerakan ke empat motorQuadCopter. KK2.0 telah dilengkapi kemampuan Attitude Lock mengembalikan QuadCopter ke posisi stabil 121 setelah bermanuver, namun masih belum dilengkapi kemampuan pengunci ketinggianAltitude Lockmempertahankan ketinggian QuadCopter pada tinggi tertentu Paper ini akan menyajikan kemampuan mengunci ketinggianAltitude Lock berbasiskan kontroler PIDProportional-Integral-Detivative menggunakan sensor ultrasonik SRF05 untuk mengukur ketinggiannya. Program pengunci ketinggian akan dimasukkan dalam board YoHe v1.2 yang berfungsi untuk mengendalikan sinyal throttle dari receiver sebelum diteruskan ke kontroler KK2.0. Adapun paper ini terdiri dari 4 bagian bahasan, antara lain struktur QuadCopter, desain kontroler PID, analisa performa kontroler PID, dan simpulan 3. Desain Kontroler PID Desain kontroler PID akan diprogramkan ke dalam board YoHe v1.2 dimana memakai ATMega2560 yang dapat menyimpan program hingga 256 MB. Program kontroler PID ini akan dibuat hingga dalam menentukan hasil kontrol throttle QuadCopter yang terbaik dalam mempertahankan ketinggian hanya perlu mengatur nilai dari KPKonstanta Proportional, KIKonstanta Integral, dan KDKonstanta Derivative. Urutan jalannya sistem pengunci ketinggianAltitude Lock adalah seperti berikut ini. 1 Ketika switch Gear pada transmitter dinyalakan, maka receiver akan menerima sinyal dari transmitter dan mengirimkan outputnya yang menjadi input bagi board YoHe v1.2, 2 Ketika board YoHe menerima input bahwa switch gear telah diaktifkan, sensor ultrasonik akan mengambil nilai ketinggian QuadCopter dan menyimpannya menjadi nilai set poin, 4 Setelah itu sensor ultrasonik akan mengambil kembali nilai ketinggian saat ini, nilai ketinggian set poin dikurangkan dengan nilai ketinggian saat ini untuk mendapatkan nilai error, 5 nilai dari error tersebut diproses secara PID untuk mendapatkan sinyal kontrol, 6 nilai sinyal kontrol ditambahkan pada nilai throttle terakhir sehingga didaptkan nilai throttle yang baru, 7 nilai throttle yang baru dikirimkan ke KK2.0 untuk mengendalikan kecepatan motor brushless. Diagram blok kontroler PIDdapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 18.Diagram Blok Kontroler PID Ketinggian awal QuadCopter yang telah didapat sensor ultrasonik dan disimpan menjadi set poin di board YoHe v1.2 dikurangkan dengan ketinggian saat ini yang didapat oleh sensor ultrasonik. Error yang diperoleh dari hasil pengurangan menjadi input bagi kontroler PID. Pertama, nilai error tersebut dikalikan dengan KP untuk mendapatkan output kontroler PProportional. Fungsi dari KP ini adalah sebagai gainpengali agar nilai dari output dalam hal ini adalah ketinggian QuadCopter saat ini dengan cepat dapat mencapai nilai ketinggian set poin. Kekurangan kontroler ini adalah menyebabkan overshoot dan juga osilasi pada sistem apabila nilai KP terlalu besar, namun apabila nilai KP terlalu kecil maka respon dari sistem untuk mencapai set poin juga melambat. Kekurangan lainnya, kontroler ini dapat menyebabkan steady state error karena apabila error menjadi nol maka aksi kontrol ini juga menjadi noltidak ada input ke sistem. Kontroler P Proportional dapat dirumuskan sebagai berikut : 122 P = KP X Kerr; Dimana, Kerr = Set poin – Poin saat ini Untuk menghilangkan steady state error tersebut dibutuhkan komponen tambahan yaitu komponen I Integral yang merupakan total dari nilai error sebelumnya. Komponen ini dapat menghasilkan sinyal kontrol pada saat errorsama dengan nol. Nilai KI yang tinggi dapat mempercepat hilangnya steady state error dan mempercepat rise time, namun apabila terlalu tinggi dapat menyebabkan osilasi. Kontroler I Integral dapat dirumuskan sebagai berikut : I = KI X Ierr; Dimana, Ierr = Ierr sebelumnya + Kerr Untuk mengurangi osilasi yang ada pada sistem, dibutuhkan komponen berikutnya yaitu komponen D Derivative. Komponen ini dapat menghasilkan efek pengereman saat nilai yang terukur akan mencapai set poin sehingga dapat mengurangi overshoot dan meningkatkan kecepatan respon. Komponen ini hanya berfungsi saat ada perubahan error, sehingga apabila error statis maka komponen D Derivative tidak beraksi, maka dari itu komponen ini tidak bisa digunakan sendiri. Kontroler D Derivative dapat dirumuskan sebagai berikut: D = KD X Derr; Dimana, Derr = Kerr – Kerr sebelumnya Adapun pengaturan nilai dari KP, KI, dan KD pada paper ini dilakukan bertahap dengan urutan kerja menggunakan kontroler P, PI, lalu PID seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil dari masing-masing kontroler akan disajikan dalam bentuk grafik proses perubahan ketinggian QuadCopter terhadap setpoin sehingga mudah untuk dibandingkan. Hal ini dilakukan karena respon dari QuadCopter sangat cepat, sehingga bisa jadi tidak perlu PID, P atau PI saja cukup untuk mengontrol throttle sehingga ketinggian QuadCopter dapat cepat mencapai range ketinggian set poin. Gambar 5. Bagan Urutan Kerja Kontroler 4. Analisa Performa Kontroler PID Untuk mendapatkan performa yang terbaik dari kontroler PID, pemilihan nilai KP, KI, dan KD harus tepat.Masalah utama apabila pemillihan nilai parameter tersebut tidak tepat adalah osilasi dan ketidakstabilan dari respon. 123 Penggunaan penguat KP pada QuadCopter memiliki perbedaan yang tidak didapati pada sistem otomasi pada umumnya dimana untuk QuadCopter dapat menaikkan ketinggiannya dibutuhkan nilai throttle yang besar karena melawan gaya gravitasi. Namun dalam menurunkan ketinggian QuadCopter, throttle hanya perlu dikurangi sedikit karena telah dibantu gaya gravitasi. Hal tersebut menyebabkan penguat KP yang digunakan ketika QuadCopter di atas set poin dan ketika di bawah set poin tidak bisa sama. Di bawah ini merupakan hasil pengukuran menggunakan kontroler P Gambar 6.Grafik Ketinggian Nilai KP naik 2, 2.5, dan 3 dengan KP turun 0 Dari Gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa pada KP naik = 2 dan KP turun = 0, respon naik QuadCopter untuk mencapai set poin masih kurang. Sedangkan dengan KP naik = 2.5 dan KP turun = 0, QuadCopter berhasil naik cepat mencapai set poin. Dengan KP naik = 3 dan KP turun = 0, ternyata respon naik QuadCoptertidak sebaik KP naik = 2.5 dan KP turun = 0, sehingga dengan demikian nilai KP naik yang digunakan adalah 2.5 Gambar 7.Grafik Ketinggian Nilai KP naik 2.5 dengan KP turun 1, 1.5, dan 2 124 Dengan menambahkan nilai KP turun maka masalah gravitasi dapat diatasi dan penurunan ketinggian QuadCopter menuju set poin tidak terlalu drastis sehingga KP naik dapat segera mengatasinya tanpa harus turun terlalu jauh dari set poin. Dari Gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa nilai KP turun yang terbaik adalah 1.5 dimana osilasi yang dihasilkan ± 10 cm dari set poin. 5. Kesimpulan Melalui pengaturan nilai KP naik dan KP turun pada kontroler PID di atas, maka sistem pengunci ketinggian Altitude Lock pada QuadCopter memakai sensor ultrasonik melalui pengamatan secara visual dapat menjaga ketinggiannya disekitar nilai set poin ketinggian yang tersimpan ketika pengunci ketinggian Altitude Lock dinyalakan. Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., Siegwart, R. 2004. Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109ROBOT.2004.1302409 2. Dadone, P., Vanlandingham, H. F., Baumann, W. T., Sarin, S. C. 2001. Design Optimization of Fuzzy Logic Systems. Virginia Polytechnic Institute and State University. 3. Salih, A., Moghavvemi, M. 2010. Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 523, 3660–3667. Retrieved from http:www.researchgate.netpublication230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotorfiled912f511361f422fdd.pdf 125 Pengenalan Tanda Tangan Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point Dan Fine Classification Fitri Damayanti 1 , Wahyudi Setiawan 2 1 D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan – 69162, fitri2708yahoo.com 2 D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan – 69162, wsetiawan.okgmail.com ABSTRAK Tanda tangan merupakan suatu skema untuk memvalidasi suatu transaksi maupun proses tertentu yang bersifat personal dan sudah umum digunakan. Dahulu sistem validasi atau proses pengenalan terhadap tanda tangan seseorang mungkin hanya dilakukan dengan proses pemantauan secara langsung dengan menggunakan mata telanjang. Dengan semakin majunya teknologi serta ilmu pengetahuan yang mendukungnya, maka sangat dimungkinkan untuk mengenali suatu tanda tangan secara komputerisasi. Pada penelitian ini dibangun sistem pengenalan tanda tangan secara real time dimana proses ekstraksi ciri menggunakan metode Dominant Point untuk mendapatkan ciri pada setiap karakter masukan. Dalam metode ini, sistem akan membaca arah goresan pena yang didasarkan pada kumpulan titik-titik. Pada proses klasifikasai serta pengenalan karakter menggunakan metode Fine Classification. Pada proses ini, pengenalan dilakukan dengan tiga tahap yaitu penilaian prakandidat, menyeleksi kandidat, lalu pencocokan karakter. Dari uji coba yang dilakukan pada sistem, hasil untuk pengenalan citra tanda tangan diperoleh dengan jumlah data pelatihan sebanyak 180 citra, dengan hasil akurasi sistem yang didapatkan sebesar 81 . Kata kunci: Dominant Point, Fine Classification, Tanda Tangan, Real Time 1. Pendahuluan Pengenalan pola masih menjadi kajian yang menarik bagi para peneliti, termasuk penelitian tentang pengenalan pola tanda tangan. Di perkantoran maupun industri, sidik jari, pola geometri telapak tangan, suara ataupun wajah digunakan sebagai mesin absensi. Di dunia perbankan, untuk melakukan transaksi keuangan digunakan tanda tangan sebagai alat validasi. Di dunia kedokteran, iris mata digunakan untuk identifikasi adanya faal pada organ tubuh, pupil mata untuk untuk identifikasi tingkat kelelahan seseoran g. Sistem identifikasi tulisan tangan secara otomatis telah digunakan di industri perbankan untuk mengurutkan cek, pelayanan kantor pos untuk mengurutkan surat. Pemilihan topik penelitian ini berdasarkan pengamatan pada beberapa proses yang membutuhkan tanda tangan untuk dijadikan sebagai bukti autentifikasi dari seseorang. Pada proses tersebut, pengecekan tanda tangan dilakukan secara manual, dimana proses pengecekan ini hanya melihat kemiripan tanda tangan sekarang dengan tanda tangan sebelumnya. Achmad Fauzi Arief pada tahun 2009 yang berjudul ―Perangkat Lunak Pengkonversi Teks Tulisa n Tangan Menjadi Teks Digital‖ Fauzi, 2009. Pada penelitian tersebut dibuat suatu perangkat lunak yang dapat mengolah teks tulisan tangan menjadi 126 teks digital. Dalam proses pembuatan perangkat lunak tersebut dibuat menggunakan teks tulisan tangan sebagai citra masukan. Data tersebut diproses dan diwujudkan dalam pengolahan citra dengan proses segmentasi menggunakan Thresholding, kemudian hasil dari pengolahan citra dimasukan sebagai masukan unit pada jaringan syaraf tiruan Standart Backpropagation yang berfungsi sebagai pengambil keputusan dengan tujuan mengenali teks tulisan tangan tersebut dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk teks digital dalam sistem komputer berkode ASCII. Chandra Setia Rini tahun 2007 berjudul ―Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Metode Dominant Point ‖ Rini, 2007. Penelitian tersebut membahas tentang penggunaan ekstraksi ciri menggunakan Dominant Point. Pada penelitian tersebut proses pengenalan tulisan tangan dilakukan secara real time dari segi akurasi dan waktu pelatihan. Felicia Soedjianto, Lukas Dwi Kristianto, Rudy Adipranata pada tahun 2010 yang berjudul ―Signature Recognition with Dominant Point Method‖ Soedjianto, 2010. Pada sistem pengenalan tanda tangan ini menggunakan metode titik dominan Dominant Point. Dengan Dominant Point, keberhasilan pengenalan tergantung pada arah bergerak ketika menulis tanda tangan. Pada penelitian ini dibangun sistem pengenalan tanda tangan secara real time yaitu proses ekstraksi ciri menggunakan metode Dominant Point untuk mendapatkan ciri dari tiap karakter masukan. Metode ini pada dasarnya sistem akan membaca arah goresan pena yang didasarkan pada titik-titik local extrema kurva atau Dominant Point. Metode yang digunakan untuk klasifikasi juga merupakan faktor yang penting untuk memperoleh tingkat akurasi yang baik. Adapun pada proses klasifikasi serta pengenalan karakter menggunakan Fine Classification. Pada proses ini, pengenalan dilakukan dengan tiga tahap yaitu penilaian pra kandidat, menyeleksi kandidat, lalu pencocokan karakter. Proses inilah yang membuat sistem dengan cepat melakukan pengenalan.

2. Pembahasan Dominant Point

Dominant Point adalah titik awal dan titik akhir stroke, local extrema, dan titik tengah yang menghubungkan kedua jenis titik tersebut secara yang berurutan [6] seperti ditunjukkan Gambar 1. Untuk mendapatkan titik awal dan titik akhir dari stroke yaitu dengan mengakses array pada indeks yang paling awal dan indeks paling akhir. Konteks kurva dala hal ini adalah fungsi fx Putra, 2009. Jika ada fungsi fx dan f 1 = 0, dimana 1 adalah angka yang terletak dalam domain dari f, maka 1 disebut angka kritis dari fungsi f. dan titik 1 ,f 1 disebut titik kritis dari fungsi fx. Gambar 1. Contoh Dominant Point Start Area dan End Area Proses start area dan end area merupakan proses untuk menentukan titik awal dan titik akhir stroke. Karena proses yang dilakukan secara Real time, maka pengecekan yang dilakukan dua kali pada setiap stroke. Pengecekan dilakukan secara vertikal dan horizontal. Pada posisi vertikal, yang dilihat berdasarkan nilai titik awal dan akhir pada sumbu Y. Sedangkan pada posisi horizontal dilihat berdasarkan nilai titik awal dan akhir yang terletak pada sumbu X. 127 Karena pada tahap klasifikasi juga menggunakan nilai yang diperoleh dari start area dan end area pada setiap stroke, maka proses harus diseragamkan. Seperti pada Gambar 2. Pembagian area ini digunakan untuk membagi area sama antara vertikal maupun horizontal. Pembagian vertical area gambar yang telah dituliskan oleh pengguna dilakukan dengan membagi tinggi menjadi lima bagian. Karena tinggi dan lebar canvas adalah 100x100 pixel, maka tiap area lebar dan tinggi adalah 20 pixel Li, 1996. Gambar 2. Pembagian area Direction Primitive Direction Primitive digunakan untuk mengkonversi arah gerak ke dalam kode. Seperti ditunjukkan Gambar 3. ada delapan macam arah gerak, yaitu E, SE, S, SW, W, NW, N, NE. Arah ini akan memberi kode pada nomor 0 sampai 7. Cara bacanya sesuai dengan arah jarum jam. Setelah mengikuti arah pada kode rantai chain code, maka akan diperoleh chain code untuk setiap stroke seperti ditunjukkan Gambar 3. Gambar3. Contoh Direction Code Generate Chain Code Proses ini merupakan proses pencarian titik-titik Dominant Point dari tiap-tiap karakter. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mencari arah gerakan pena dari semua titik dalam karakter. Kemudian dilakukan tiga langkah selanjutnya yaitu penghalusan, pemampatan dan Dominant Point. Seperti ditunjukkan Gambar 4. jika ada fungsi fx dan f‟x 1 = 0, dimana 1 adalah angka yang terletak dalam domain dari f, maka 1 disebut angka kritis dari fungsi f. dan titik x 1 , fx 1 disebut titik kritis dari fungsi fx Sezgin, 1998. Keterangan: x : angka yang terletak dalam domain dari f x 1 : disebut angka kritis dari fungsi f fx 1 : fungsi dari angka yang akan diobservasi x 1 , fx 1 : titik kritis dari fungsi f Oleh karena itu, titik tersebut dapat dikatakan local maximum jika terjadi perubahan fungsi dari increasing ke decreasing, dan dapat dikatakan local minimum jika terjadi perubahan fungsi dari decreasing ke increasing. Local maximum dan local minimum akan memiliki extreme value nilai ekstrim saja dalam beberapa interval fungsi domain. 128 Gambar 4. Local Maximum dan Minimum Extreme Cara lain yaitu nilai global maximum akan menjadi yang terbesar dari semua fungsi domain dan nilai global minimum akan menjadi nilai terkecil untuk semua fungsi domain. Setelah Dominant Point dari local extrema diperoleh, maka ditambahkan dengan titik awal dan titik akhir. Kemudian menentukan tipe Dominant Point yang ketiga yaitu titik tengah yang menghubungkan Dominant Point yang berupa titik awal dan titik akhir dengan Dominant Point yang merupakan local extrema yang berurutan. Klasifikasi Seleksi Kandidat Proses seleksi kandidat bertujuan agar pada tahap klasifikasi tidah membutuhkan waktu yang terlalu lama. Karena pemeriksaan kemiripan pada tahap Fine classification lebih mendetail, sedangkan pada tahap seleksi kandidat pemerikasaan bersifat lebih sederhana. Caranya adalah dengan memberi skor pada prekandidat yang telah ditentukan. Kriteria penilaian prekandidat adalah dengan menggunakan jumlah stroke, start dan end Area. Hasil dari semua skor yang didapat kemudian dilakukan rata-rata. Prekandidat yang memiliki skor yang lebih tinggi dari batas yang telah ditentukan adalah kandidat terbaik yang kemudian akan dimunculkan sebagai hasil pengenalan terbaik. Jika kode area tepat sesuai dengan kode yang diinginkan, maka skornya adalah 100. Namun, jika areanya bergeser ke area disebalahnya, maka skor yang diberikan adalah 50. Jika areanya melenceng jauh, maka skor yang diberikan adalah 0. Masing-masing skor untuk kode area akan dilakukan rata-rata sesuai dengan jumlah stroke Latifah, 2012. Fine Classification Pada proses Fine classification akan menghitung skor dari semua kandidat. Kandidat yang memiliki skor paling tinggi akan menjadi hasil pengenalan. Pemberian skor akan dilakukan untuk setiap stroke. Kandidat yang kodenya lebih mirip dengan kode, akan mendapatkan skor yang lebih besar. Hal ini dikarenakan proses ini melibatkan arah gerak, maka skor yang diberikan bergantung pada kode arah geraknya. Perancangan Sistem Dalam penelitian ini dibangun sistem pengenalan dengan ekstraksi fitur tekstur menggunakan metode Dominant Point dengan proses pencocokan menggunakan metode Fine Classification. Pada dasarnya sistem ini terbagi menjadi 2 sub, yaitu proses pelatihan data training dan proses pengujian data testing. Proses pertama dilakukan adalah pengambilan data dengan menggunakan media yang telah dirancang dalam sistem dengan bantuan mouse pen. Data masukan berupa tanda tangan real time menggunakan goresan dari mouse pen. Citra yang diperoleh dari perangkat masukan tersebut kemudian melalui tahapan preprosessing yaitu normalisasi dan pengecekan area, kemudian melalui tahapan Ekstraksi Fitur untuk mendapatkan kode stroke dari citra masukan. Pada proses ini menggunakan Dominant Point. Klasifikasi hasil dari data matrik kemudian diklasifikasikan menggunakan Fine 129 Classification. Hasil dari proses sistem ini tanda tangan yang dimasukkan oleh pengguna, dikenali oleh sistem atau tidak. Proses-proses tersebut dilakukan baik pada data pelatihan dan data testing maupun pada proses pembuatan database. Kemudian dilakukan proses pencocokan citra antara data testing dengan citra yang ada dalam database menggunakan metode pencarian nilai jarak yaitu Fine Classification Proses ini bertujuan untuk mencari citra yang mirip dengan citra yang tersimpan dalam database. Pada proses Dominant Point, seperti dijelaskan pada Gambar 6, langkah pertama setelah pengguna menggoreskan tanda tangan, kemudian menentukan titik awal dan titik akhir stroke, local extrema, dan titik tengah yang menghubungkan kedua jenis tersebut yang berurutan. Mulai Selesai Menentukan Titik awal dan titik akhir Menentukan titik tengah Menentukan Local Extrema Dominant Point Gambar 6. Flowchart Umum Dominant Point Pada proses klasifikasi, data yang dimasukkan terlebih dahulu melalui tahap ekstraksi fitur, kemudian diproses candidate selection. Pada proses ini, nilai yang didapat disimpan untuk kemudian di skorkan untuk proses klasifikasi seperti pada Gambar7. Hasil akhir dari proses klasifikasi adalah tanda tangan yang dimasukkan oleh pengguna, dikenali atau tidak beserta skor kandidatnya. Selesai Mulai Candidate Selection Fine Clasification Hasil dikenali beserta Score Gambar 7. Flowchart Klasifikasi 130 Data Uji Coba Data uji coba merupakan citra tanda tangan dari 60 responden. Masing-masing responden terdiri dari 3 tanda tangan secara Real time, sehingga jumlah data pelatihan sebanyak 180 citra tanda tangan. Contoh citra yang digunakan sebagai data pelatihan dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Contoh Data Pelatihan Yang Diambil Dari Responden SkenarioUji Coba Skenario uji coba merupakan perlakuan yang dilakukan untuk melakukan uji coba data testing terhadap data training. Skenario uji coba yang dilakukan sebagai berikut : - Data training diperoleh dari tanda tangan 60 mahasiswa, masing-masing mahasiswa membuat tanda tangan secara real time sebanyak 3 kali. Sehingga total tanda tangan yang diperolah secara real time adalah 180. - Data testing diperoleh dari tanda tangan 60 mahasiswa yang melakukan data training. Masing-masing mahasiswa membuat tanda tangan secara real time sebanyak 1 kali. Sehingga total tanda tangan testing secara real time sebanyak 60. Contoh Hasil Uji Coba Gambar 9 adalah contoh hasil uji coba pada yang dikenali benar √ . √ √ Gambar 9. Contoh Hasil Uji Coba yang Dikenali Benar Gambar 10 adalah contoh hasil uji coba pada yang dikenali salah x. X X Gambar 10. Contoh Hasil Uji Coba yang Dikenali Salah dikenali sebagai dikenali sebagai dikenali sebagai dikenali sebagai 131 Analisis Hasil Uji Coba Setelah dilakukan uji coba terhadap pengenalan tanda tangan secara real time dengan beberapa kondisi , diperoleh hasil akurasi kebenaran sebesar 81. Tanda tangan yang tidak berhasil dikenali disebabkan karena memiliki cara penulisan yang hampir sama. Error yang terjadi disebabkan oleh tanda tangan yang memiliki gaya penulisan mirip dengan jumlah stroke dan kode yang memiliki pola stroke yang sama. 3. Kesimpulan Setelah menyelesaikan perancangan dan pembuatan sistem pada aplikasi Pengenalan Tanda Tangan Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point dan Fine Classification serta melakukan uji coba dan evaluasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada sistem pengenalan tanda tangan ini, dapat digunakan untuk mengenali citra tanda tangan dengan nilai akurasi sebesar 81 menggunakan pengukuran nilai kemiripan Fine Classification. 2. Error yang terjadi disebabkan oleh tulisan yang memiliki gaya penulisan mirip dengan jumlah stroke dan kode yang memiliki pola stroke yang sama. 3. Semakin bagus tanda tangan yang disimpan untuk pelatihan, maka semakin tinggi pula tingkat akurasinya. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai oleh DIKTI dalam Penelitian Hibah Bersaing BOPTN Universitas Trunojoyo Madura Tahun 2014. Daftar Pustaka 1. Fauzi, A, ―Perangkat Lunak Pengkonversi Teks Tulisan Tangan Menjadi Teks Digital‖, 2009, Tugas Akhir Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 2. Latifah, C.S, ―Pengenalan Tulisan Tangan Carakan Jawa Secara Real Time Menggunakan Metode Dominant Point ‖, 2012, Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Trunojoyo. 3. Li, X., Yeung, D.Y. 1996. ―On-line Handwritten Alphanumeric Character Recognition Using Dominant Points in Stroke ‖. URL: http:citeseerx.ist.psu.eduviewdocdownload?doi=10.1.1.52.8551rep=rep1type =pdf. Diakses Mei 2014.

4. Putra, D, 2009, Sistem Biometrika, Andi Publishing, Yogyakarta. 5.

Rini, C.S, ―Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Metode Dominant Point ‖, 2007, Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Trunojoyo. 6. Sezgin, T.M., 1998. ―Feature Point Detection and Curve Approximation for Early Processing of Free-Hand Sketches ”,URL:http:citeseerx.ist.psu.eduviewdocdownload?doi=10.1.1.52.8551 rep=rep1type=pdf. Diakses April 2014. 7. Soedjianto, F., Kristianto, L.D., dan Adipranata, R., 2010. “Signature Recognition with Dominant Point Method ”, URL:http:www.fportfolio.petra.ac.iduser_files99- 015103.pdf. Diakses Mei 2014. 132 SITUS INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF AGUNAN KREDIT PADA BANK NENENG S. WULANDANI Pasca Sarjana Ilmu Hukum UNIVERSITAS PARAHYANGAN, nenengwulandanigmail.com ABSTRAKSI Dalam menjalankan usaha, modal merupakan salah satu faktor produksi dan merupakan penentu dari lancarnya suatu usaha.Pemberian Kredit oleh Bank merupakan salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan fasilitas kredit dari Bank pelaku bisnis wajib mempunyai agunan sebagai jaminan dari kreditnya dan Bank wajib memperhatikan jaminan tersebut dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan pesatnya perkembangan di bidang Teknologi Informasi, mendorong semakin berkembangnya transaksi-transaksi perdagangan melalui internet yang diwujudkan dengan maraknya online shop dan maupun situs-situs lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nilai ekonomis yang tinggi terhadap situs internet membuka peluang bagi pelaku bisnis untuk menambah modal mereka dengan menjadikannya sebagai agunan atas kredit Bank. Hak-hak yang dimiliki 133 oleh situs internet itu sendiri memungkinkan bagi Bank untuk dapat mengikatnya sebagai agunan kredit. Lembaga jaminan Fidusia dan cessie dapat digunakan untuk mengikat agunan ini. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, dengan disertai library research dan berbagai literatur yang dijadikan sumbernya. Keyword : Situs Internet, Agunan Kredit, Cessie, Fidusia. 134

1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan dunia yang sangat signifikan saat ini selain ekonomi, dan politik, ternyata yang tidak kalah sangat cepat adalah teknologi informasi. Informasi menjadi orientasi masyarakat, karena meningkatnya aktivitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat dunia. Sistem informasi dan Teknologi telah digunakan pada banyak sektor , kehidupan, mulai dari perdaganganbisnis electronics commerce e commerce, pendidikan electronic education, kesehatan tele medicine, telekarya, transportasi, industri, pariwisata, lingkungan sampai ke sektor hiburan 1 . Berkembang secara pesatnya teknologi informasi dalam berbagai sektor tidak dapat kita sangkal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik. Fenomena yang terjadi sejak awal tahun 1990-an hingga saat ini adalah perkembangan internet yang sangat cepat dan tidak dapat diduga, sehingga tidak ada lagi yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara, terutama mengenai aliran informasi. Dalam dunia virtual virtual world kita tidak mengenal adanya batasan antara satu negara dengan negara yang lain, antara individu yang berada di belahan benua manapun, sehingga tidak ada sesuatu hal yang mampu untuk 1 Suhono Harso Supangkat,Teknologi Informasi dan Ekonomi Digital : Persiapan Regulasi di Indoesia, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000 135 mencegah mengalirnya informasi ini. Penerapan teknologi seperti Intranet, Internet, Ekstranet, dan lain-lain semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Dunia virtual pun saat ini marak menjadi media bagi seseorang untuk mencari pembeli di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan electronic money. Dengan keadaan yang seperti diatas tersebut, maka mulai bermunculan situs-situs online shopping, yang memberikan kemudahan bagi masyarakat yang sibuk dan mencari kepraktisan. Kegiatan berdagang melalui situs internet ini mulai digeluti dengan serius oleh para pelaku bisnis. Dan seperti kita ketahui bahwa bagi para pelaku bisnis, modal merupakan salah satu faktor produksi yang menjadi penunjang kelancaran usaha. Salah satu cara pelaku bisnis untuk memperoleh modal usaha, lazim dilakukan dengan cara pinjaman Bank melalui fasilitas Kredit Modal Kerja, baik itu kriteria skala usaha kecil, usaha menengah maupun usaha besar corporate. Dengan maraknya bisnis online shopping melalui situs internet, dan situs internet ini sudah established, bukan suatu hal yang tidak mungkin bahwa pelaku bisnis dapat mengagunkan situs internet ini kepada Bank. Permasalahan yang timbul adalah apakah memungkinkan situs internet yang sudah established ini untuk diagunkan kepada Bank, dan apakah memenuhi kriteria sebagai barang yang dapat diagunkan kepada Bank, dan bagaimana pula jenis pengikatan yang dapat dilakukan terhadap jaminan yang berupa situs internet ini. Dengan berdasarkan pada permasalahan tersebut diatas, Penulis sebagai Notaris mencoba untuk menyajikan makalah yang meneliti tentang situs internet sebagai alternatif agunan kredit pada Bank, yang ditinjau dari sudut pandang Hukum Penjaminan dan Hukum Perdata. 136 B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN TUJUAN Dari uraian tersebut diatas, dapatlah kiranya diidentifikasi tentang beberapa permasalahan yaitu : 1. Kriteria apa sajakah agar suatu barang dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank? 2. Apakah situs internet dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank? 3. Jenis pengikatan apa yang sesuai dan dapat dilakukan terhadap penjaminan situs internet? Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1. Mengetahui dan memahami tentang kriteria apa saja agar suatu barang dapat dijadikan agunan pinjaman kredit kepada Bank 2. Menganalisa dan memahami tentang situs internet sebagai alternatif agunan pinjaman kredit kepada Bank. 3. Mengetahui dan memahami jenis pengikatan apa yang sesuai dan dapat dilakukan terhadap penjaminan situs internet. C. METODE PENELITIAN Makalah ini disajikan dengan menggunakan metode penelitian dalam ilmu hukum. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif analitis, sedangkan metode pendekatan dilakukan secara yuridis normatif serta tahap penelitian berupa library research.

2. PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM TENTANG SITUS INTERNET

Situs atau Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya berada didalam World Wide Web WWW di Internet. 2 2 Apa yang dimaksud dengan web,id.answers .yahoo.com, diunduh terakhir pada tanggal 29 Juni 2014. 137 Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikenal istilah situs yang artinya adalah tempat yang tersedia untuk suatu inkripsi. Agaknya istilah ini masih mengadopsi istilah asing. Saat kita akan membuat suatu situs, maka kita harus melakukan dua tahap awal yaitu pemilihan namadomain dan pemilihanwebhosting. Nama domain sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 3 Pasal 1 angka 20 bahwa Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, danatau masyarakat, yangdapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet,yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unikuntuk menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. Pemilihan nama domain selayaknya seperti pemilihan alamat dari tempat usaha yang akan kita jalankan. Untuk dapat memiliki nama domain, pelaku bisnis harus menyewa sebuah nama dengan susunan karakter unik yang membuat orang ingin mengunjungi suatu situs. Selanjutnya adalah pemilihan nama webhosting. Web Hosting adalah salah satu bentuk layanan jasa penyewaan tempat di Internet yang memungkinkan perorangan ataupun organisasi menampilkan layanan jasa atau produknya di web situs Internet 4 . Web Hosting ini lebih mirip pemilik gedung yang menyewakan tempat usaha kepada para pelaku bisnis. 3 Selanjutnya disebut UUITE 4 Web Hosting, kompas.com, diunduh terakhir pada tanggal 29 Agustus 2014 138 B. HUKUM JAMINAN Dalam pemberian kredit oleh Bank, ada beberapa pihak yang terkait, yaitu Kreditor 5 , Debitur 6 dan Penjamin 7 jika ada. Berdasarkan pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 8 , bahwa jaminan tersebut dibagi kedalam 2 kategori, yaitu: 9 1. Jaminan Perseorangan Persoonlijke zakerheid, Jaminan ini menimbulkan hak-hak perseorangan, sehingga terdapat hubungan hukum secara khusus antara Kreditor Bank dengan orang yang menjamin pelunasan Debitur Penjamin. Jenis-jenis jaminan perseorangan meliputi : a. Jaminan Perseorangan borgtochtpersonal guarantee jika penjaminnya adalah perseorangan; b. Jaminan perusahaancompany guarantee jika penjaminnya adalah perusahaan; c. Bank Garansi dalam hal penjaminnya adalah bank 2. Jaminan kebendaaan zakelijke zekerheid Jaminan ini merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu, berupa harta kekayaan Debitur atau Penjamin. Pemberian jaminan kebendaan ini memberikan kedudukan preference yang diutamakan kepada Kreditor dalam hal Debitur wanprestasi tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk membayar utang kepada Kreditor. Untuk dapat menentukan bentuk pengikatan terhadap jaminan, dapat dibedakan berdasarkan jenis benda yang dijaminkan : a. Benda tetap tidak bergerak adalah merupakan benda yang menurut sifat, tujuan ataupun penetapan undang- 5 Pengertian Kreditor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang berpiutang atau yang memberikan kredit, penagih. 6 Pengertian Debitur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau lembaga lain. 7 Penjamin adalah orang atau lembaga selain Kreditor dan Debitur yang menjamin atas pelunasan utang dari Debitur kepada Kreditor. Keberadaan Penjamin ini tidak selalu ada dalam suatu pemberian kredit. Biasanya Penjamin ada jika agunan bukan milik Debitor atau diperlukan adanya tambahan jaminan berupa janji dari Penjamin untuk melunasi utang Debitur. 8 Selanjutnya disebut KUHPer 9 Irma Devita, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, 2011, Hal. 4 139 undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak, yang diatur dalam Pasal 504 KUHPer. Untuk jenis benda tetap yang dijadikan agunan, diikat dengan Hak Tanggungan, hal ini diatur dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. b. Benda bergerak, adalah merupakan benda yang menurut sifat, tujuan maupun penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak. Untuk jenis agunan benda bergerak ini dapat diikat dengan Fidusia yang diatur dalam Undang-undang nomor 42 tahun 1999, Gadai misalnya Gadai atas saham dan Cessie misalnya atas tagihan. c. Benda bergerak dengan ukuran bersih melebihi 20 m3, akan diikat dengan hipotek, sesuai dengan KUHPer. d. Benda yang didirikan datas alas hak milik pihak lain, maka diikat dengan fidusia atas bangunan. C. KRITERIA JAMINAN Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal fasilitas kredit. Hal ini sesuai dengan pengertian agunan yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang dirubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan 10 dalam Pasal 1 angka 23 bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberianfasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara- cara Kreditor dipenuhi tagihannya, disamping pertanggungan jawab Debitur terhadap barang-barangnya. 11 Tidak semua jaminan dapat dijaminkan kepada lembaga perbankan, setidaknya harus memenuhi beberapa syarat-syarat sebagai berikut, yaitu : 12 a. Syarat - syarat hukum yuridis agunan : 10 Selanjutnya disebut UUP 11 Salim H.S., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta, 2005, Hal. 5-6 12 Melayu S.P. Hasibuan., Dasar-dasar Hukum Perbankan, 140 1. Agunan harus mempunyai wujud nyata 2. Agunan harus merupakan milik debitor dengan bukti surat- surat autentiknya. 3. Jika agunan berupa barang yang dikuasakan, pemiliknya harus ikut menandatangani akad kreditnya 4. Agunan sedang tidak dalam proses pengadilan. 5. Agunan sedang tidak dalam keadaan sengketa 6. Agunan bukan yang terkena proyek pemerintah b. Syarat-Syarat Ekonomis Agunan : 1. Agunan harus mempunyai nilai ekonomis pasar. 2. Nilai agunan kredit harus lebih besar daripada platfond kreditnya 3. Marketability yaitu agunan harus mempunyai pansaran yang cukup luas dan mudah dijual. 4. Ascertainability of value yaitu agunan kredit yang diajukan oleh debitor harus mempunyai standar harga tertentu harga pasar. 5. Transferable yaitu agunan kredit yang diajukan debitor harus mudah dipindah-pindahkan baik secara fisik maupun secara hukum D. SITUS INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF AGUNAN KREDIT PADA BANK. Bila kita analisis bahwa situs internet jelas mempunyai nilai ekonomis untuk dapat dijadikan agunan pada kredit Bank, apalagi untuk situs yang sudah terkenal, misalnya saja seperti lazada.com atau elevenia.com. Disaat terjadi kemacetan dalam hal pembayaran Debitur, pihak ketiga sudah banyak yang ingin mengambil alih hak atas situs ini, karena merupakan situs yang sangat ramai dan banyak dikunjungi orang dengan transaksi elektronik yang sangat banyak per harinya. Hak yang dimiliki oleh pelaku bisnis terhadap situs miliknya bisa kita lihat dalam 2 sudut pandang : 141 1. Hak Sewa atas nama domain dan hak sewa atas webhosting yang dimiliki untuk jangka waktu tertentu; 2. Hak atas kekayaan intelektual, yaitu atas nama domain, yang tidak mungkin sama dengan yang lain, karena prinsip first come first serve, yang dianut oleh UUITE, hal ini diuraikan dalam Penjelasan Pasal 23 angka 1 yaitu bahwa nama domain berupa alamat atau jati diri penyelenggara negara, orang, badan usaha, danatau masyarakat, yang perolehannya didasarkan pada prinsip pendaftar pertama first come first serve. Prinsip ini memberikan hak istimewa bagi pendaftar pertama, jika ada pihak lain yang mempunyai kesamaan dalam hal nama domain. Hak Kekayaan Intelektual HKI adalah hak kebendaan yang mempunyai nilai ekonomis. HKI dapat dialihkan, diperjualbelikan, disewakan, dan perjanjian lainnya. Oleh karena mempunyai nilai ekonomis, maka HKI merupakan harta kekayaan. Dengan demikian Bank dapat mengikat hak sewa yang dimiliki danatau hak atas kekayaan intelektual yang keduanya melekat pada suatu situs internet. Bentuk pengikatan atas jaminannya pun bisa dibuat dalam dua jenis, yaitu : 1. Pengikatan cessie atas hak sewa, dalam hal terjadi kemacetan dalam hal pembayaran, pihak bank mempunyai hak untuk mengalihkan hak sewa yang dimiliki oleh pemilik situs. 2. Pengikatan fidusia atas hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh situs tersebut. Karena situs internet ini merupakan sesuatu yang baru yang lahir karena perkembangan dalam teknologi informasi yang benar- benar tidak diduga, karena perkembangannya yang sangat cepat, tampaknya syarat mengenai kriteria barang jaminan atau agunan pada pemberian kredit Bank harus juga ada perubahan. Agak sulit untuk memasukkan seluruh kriteria yang diuraikan dalam pembahasan diatas untuk dapat diterapkan pada situs internet, ada beberapa hal yang masih harus disesuaikan dan diperbaharui 142 agar mengikuti perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat ini. Disamping itu dengan mendasarkan pada UUITE Pasal 10 bahwa 1 Setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan. 2 Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi Keandalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diaturdengan Peraturan Pemerintah. Hal ini memberikan suatu pengakuan tentang keberadaan suatu situs internet. Karena dengan adanya lembaga sertifikasi, maka pihak pemberi kredit Kreditor mempunyai acuan terhadap kemampuan serta nilai ekonomis dari suatu situs internet yang akan dijadikan agunan kredit. Untuk itu Lembaga sertifikasi ini seharusnya mempunyai standar penilaian yang baik dan berkualitas internasional sehingga situs internet di Indonesia dapat menjadi agunan pula bagi Kreditor-kreditor luar negeri dimasa yang akan datang. 143

3. KESIMPULAN

Setelah uraian mengenai analisis tentang situs internet, ada beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan pada bab II, yaitu: 1. Kriteria yang ada saat ini tentang barang yang dijadikan agunan pada kredit Bank tidak semuanya memenuhi agunan yang berbentuk situs internet. 2. Situs internet dapat dijadikan agunan atas kredit Bank, karena ada nilai ekonomis yang terkandung didalamnya yang bisa dijadikan agunan. 3. Jenis pengikatan yang dapat dilakukan dapat dibagi menjadi dua yaitu cessie dan fidusia. 144 DAFTAR PUSTAKA 1. Supangkat, Suhono, Harso, Teknologi Informasi dan Ekonomi Digital : Persiapan Regulasi di Indoesia, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000 2. Devita, Irma, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, 2011, Hal. 4 3. S.H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta, 2005, Hal. 5-6 4. Hasibuan. S.P. Melayu, Dasar-dasar Hukum Perbankan, P.T. Bumi Aksara, Jakarta, 2008 145 Identifikasi Sinyal Suara Pada Penderita Nodul Pita Suara Hertiana Bethaningtyas 1 , Firda Nurmalida 2 , Imam Abdul Mahmudi 3 , Suwandi 4 , RianFebrian Umbara 5 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas TeknikElektro, Universitas Telkom, hertianaittelkom.ac.id 2 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom , fnurmalidayahoo.com 3 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom imamabdulmoutlook.com 4 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom suwandirocketmail.com 5 Program Studi IlmuKomputasi, FakultasInformatika, Universitas Telkom rianum123gmailcom ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi sinyal suara pada penderita nodul pita suara. Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mendesain perangkat perekam suara dengan dilengkapi ADC Analog to Digital Converter yang mudah dipindah dengan dimensi dan bobot yang ringan. Kemudian perangkat tersebut dihubungkan dengan perangkat lunak yang berfungsi untuk melakukan analisa suara yang telah direkam. Tahapan selanjutnya dilakukan pengambilan data suara pasien dan diikuti dengan validasi oleh dokter spesialis THT. Data suara diproses sehingga menghasilkan nilai jitter, shimmer, dan HNR Harmonic to Noise Ratio. Dimana nilai tersebutdijadikan masukan untuk tahapan learning menggunakan algoritma Jaringan Syaraf Tiruan JST. Sehingga diperoleh model prediksi yang digunakan untuk memprediksi data suara yang baru apakah menderita nodul pita suara atau tidak. Kata Kunci : analisis sinyal suara, kelainan pita suara, jaringan syaraf tiruan 1. Pendahuluan Pita suara adalah organ yang memproduksi suara melalui pergerakan bolak-balik otot pita suara dan interaksi dengan organ lain. Gangguan yang sering terjadi pada pita suara adalah nodul pita suara. Nodul pada pita suara terbentuk akibat pemakaian suara yang berlebihan, terlalu keras atau terlalu lama yang sering ditandai dengan suara parau Kusumaningrum, Arifianto, Sekartedjo, 2010. Suara parau adalah suatu istilah umum untuk perubahan suara akibat adanya gangguan. Suara parau dapat ditandai dengan ciri-ciri, suara terdengar serak, kasar dengan nada lebih rendah daripada biasanya, suara lemah, hilang suara, suara tegang dan susah keluar, suara terdiri dari beberapa nada, nyeri saat bersuara, dan ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu. Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit. Perubahan suara seringkali berkaitan dengan kelainan pita suara yang merupakan bagian dari kotak suara laring. Terdapat beberapa kendala dokter dalam melakukan diagnosa. Selain terbatasnya peralatan yang tersedia, kesulitan penegakan diagnosa juga terjadi pada dokter spesialis THT yang harus melakukan dengan memasukkan kabel optis elastis laringoskopi ke tenggorokan karena bersifat invasif, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien Saenz-Lechon, 2008. Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat tanpa sentuh yang mudah digunakan untuk melakukan identifikasi penderita nodul pita suara. 146 Selain itu dilakukan juga perancangan dan implementasi aplikasi untuk diagnosa apakah seseorang menderita nodul pita suara atau tidak dengan menggunakan algoritma JST. Mencari ciri feature yang dapat dijadikan tolak ukur akurat untuk menentukan tipe dan tingkat parah-tidaknya kelainan pada pita suara, merupakan tantangan tersendiri mengingat sifat sinyal suara manusia yang berubah secara waktu non-linear time- varying. Teknik yang dipakai adalah pasien diminta mengucapkan vokal misal a secara kontinu dalam satu tarikan nafas Koike, 1969. Karakteristik suara yang dihasilkan pembicara memiliki dua kategori. Pertama adalah melalui persepsi bersifat subyektif pendengar. Misalnya pitch, dimana satu orang memiliki suara dasar yang rendahberat sedangkan yang lain lebih tinggi walaupun keduanya memiliki jenis kelamin yang sama. Kriteria kedua adalah karakteristik fisis obyektif dari emisi akustik gelombang suara, misalnya frekuensi dasar dengan satuan hertz. Gambar 1. Frekuensi Dasar Suara Normal kiri dan Suara Parau kanan Dalam menentukan kualitas patologi suara manusia dibutuhkan suatu metode untuk menghitung nilai variasi dari frekuensi dasar dan amplitudo, yaitu dengan cara menghitung nilai jitter, shimmer, dan HNR Harmonics to Noise Ratio. Nilai yang diperoleh dapat menjadi salah satu aspek karakterisasi suara tertentu. Jitter merupakan modulasi frekuensi suara yang menghasilkan nilai variasi perbedaan frekuensi secara berturut-turut pada frekuensi dasar Moran, 2006. 1 Dimana F i merupakan magnituda frekuensi F yang diekstrasi dan N adalah banyaknya frekuensi yang diekstrasi. Shimmer adalah modulasi amplitudo suara yang dinyatakan sebagai perubahan amplitudo peak to peak dalam desibel dB Michaelis, 1997. 2 dengan Ai adalah data amplitudo peak to peak yang diekstraksi. HNR biasa digunakan untuk mengetahui tingkat kejelasan dari sinyal suara yang diukur. Dengan mencari harga harmonisasi amplitudo sinyal dalam desibel dB. Terdapat beberapa variasi perhitungan parameter dalam menentukan HNR. Namun pada identifikasi sinyal suara biasanya penentuan HNR didapatkan dari parameter spectogramberupa NFFT dengan persamaan Moran, 2006: 3 Dimana S i merupakan nilai-nilai harmonik yang diperoleh dari spektrum daya yang dihasilkan. Sedangkan N i adalah nilai-nilai noise yang terdapat pada daerah harmonik yang didapat dari estimasi noise fllr. Semakin besar nilai HNR yang diperoleh maka semakin harmonis sinyal yang digubakanKusumaningrum, Arifianto, Sekartedjo, 2010. Algoritma jaringan sayaraf tiruan merupakan algoritma yang meniru cara kerja otak manusia. Dalam algoritma JST terdapat arsitektur dan algoritma yang berbeda-beda. Salah satu yang sering digunakan adalah arsitektur Multilayer Perceptron MLP yang 147 menggunakan algoritma pembelajaran Backpropagation. Pada arsitektur MLP terdapat layer input, hidden, dan output. Untuk algoritma pembelajaran Backpropagation akan dilakukan proses pengubahan bobot dengan perhitungan maju dan mundur sehingga diperoleh nilai bobot akhir yang akan digunakan untuk melakukan pengujian dan prediksi. Perancangan dan implementasi pada sistem ini meliputi prosedur pengambilan data, kriteria pasien, peralatan yang dipakai serta kondisi eksperimen experimental setup, dan perancangan aplikasi. Gambar 2. Prosedur Penelitian Dalam penelitan ini perancangan alat dilakukan dengan menghubungkan mikrofon Roland DR-30 yang memiliki respon frekuensi rata pada rentang frekuensi suara manusia speech. Mikrofon dihubungkan dengan ADCDAC M-Audio Fast Track C400 yang berfungsi untuk mengkonversi sinyal analog yang diterima oleh mikrofon menjadi sinyal digital yang dapat terbaca oleh PC yang berfungsi sebagai penyimpan data digital dan pengolahan data. Gambar 3. Desain Perancangan Alat dan Sistem Setelah dilakukan perancangan alat dan sistem yang digunakan, kemudian dilakukan proses perekaman suara partisipan. Sebelum perekaman dilakukan, pasien dijelaskan Pengumpulan data dan literatur, beserta teori-teori yang terkait Perancangan alat perekaman Pengumpulan Pengumpulan data eksperimen jenis data, metode pengukuran, hasil pengukuran Pengolahan dan pemrosesan data jitter, shimmer, HNR Pembangunan aplikasi menggunakan algoritma JST 148 prosedur pengambilan data. Partisipan diminta dengan satu tarikan nafas, melafalkan fonem a secara kontinu sesuai kapasitas paru. Pada orang sehat, sekitar 12-14 detik fonasi. Pada penderita pita suara umumnya memiliki kapasitas paru yang lebih pendek tergantung stadium penyakit. Semakin parah penyakit yang diderita, semakin pendek durasi dari fonasi pada pelafalan. Data suara kemudian dikarakterisasi secara digital dengan memproses nilai jitter, shimmer, dan HNR yang terbentuk. Dari data tersebut dilakukan klasifikasi yang dapat membedakan data suara partisipan normal dengan penderita nodul pita suara. Data yang telah diperoleh dijadikan inputan untuk dilakukan proses learning pada aplikasi prediksi. 2. Pembahasan Gambar 4. Spektogram Suara Parau kiri dan Suara Normal kanan Gambar4 menunjukkan perbedaan antara spektogram suara parau dengan suara normal.Padaspektogramsuaraparaumemilikifrekuensi yang lebihrendahyaitupadarentangfrekuensi 0-2000 Hz, sedangkansuara normal cenderungberfrekuensitinggidanmemilikirentangfrekuensi 0-10000Hz. Dari hasil perekaman diperoleh 18 record data suara normal dan 14 record data penderita nodul pita suara. Pada keseluruhan data yang telah direkam, dilakukan analisa statistik pada frekuensi dan amplitudo data berupa nilai jitter dan shimmer untuk mengetahui presentase nilai simpangan data yang terjadi. Dimana juga dilakukan analisa nilai perbandingan harmonisasi sinyal suara pasien dengan noise yang terjadi pada perekaman data suara pasien dengan memperhitungkan nilai dari HNR seperti pada gambar 5. Pada gambar 5 terlihat nilai jitter dan shimmer suara parau ditandai dengan titik warna jingga lebih tinggi dibandingkan dengan suara normal, sedangkan nilai HNR suara parau lebih rendah dibandingkan dengan suara normal. Gambar 5. Perbandingan Nilai Jitter kiri Shimmer tengah dan HNR kanan pada Suara Normal dan parau Setelah mendapatkan nilai jitter, shimmer, dan HNR dari 32 data suara dilakukan pengolahan data menggunakan jaringan saraf tiruan. Pada gambar 6 terlihat simulasi dari jaringan saraf tiruan dan tampilan akhir program. 149 Tabel 1. Data Suara Penderita Nodul Pita Suara Data Jitter Shimmer HNR dB 1 0.944131 1.432820 16.2009 2 0.922248 1.578290 17.8645 3 0.842203 0.690360 19.2367 4 0.788944 0.670322 21.0341 5 0.918504 1.144150 19.8877 6 0.987973 1.543170 16.8208 7 1.013820 0.995480 24.5331 8 0.909954 1.215990 18.2440 9 0.885845 1.322910 18.2036 10 0.952631 0.845852 22.0296 11 0.722036 0.904016 18.7041 12 0.447711 1.156220 19.6340 Tabel 1 merupakan tabel nilai jitter, shimmer, dan HNR pada suara parau setelah dilakukan analisa suara. Gambar 6. Tampilan Akhir Program kiri dan Jaringan Saraf Tiruan kanan Arsitekturjaringansyaraftiruan yang digunakanmerupakanBackpropogation Feed Forward Neural Network FFNN Multi Layer Perception MLP.Dalamarsitekturinidigunakantigabuahhidden layerdenganjumlahmaksimal data pelatihan epoch sebanyak 1000 kali. 150

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpilkan bahwa pada penderita nodul pita suara, menghasilkan nilai jitter 0,7-1 dan pada shimmer sebesar 0.6-1.5 dB serta diikuti dengan nilai harmonisasi suara yang terbentuk sebesar 16-24 dB. Adanya parameter tambahan dalam pemberian nilai diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Klasifikasi lebih detail mengenai tingkat keparahan serta penentuan berbagai jenis penyakit pita suara dapat dilakukan untuk menambah tingkat ketelitian dalam melakukan deteksi dini penyakit. DaftarPustaka 1. ArifiantoD., Noveriyanto B., Kusumaningrum H., Sekartedjo, Best Basis Selection for Speech Pathology Identification. ICMNS The Tihird International Conference on Mathematics Ana natural Sciences, November 2010, Bandung, Indonesia. 2. Kadriyan, Hansum, Aspek Fisiologis dan Biomekanis Kelelahan Bersuara serta Pelaksanaannya, Cermin Dunia Kedokteran, No. 155, 2007. 3. Koike, Yasuo, Vowel Amplitude Modulation Ni Patients Alt Laryngeal Diseases, J. Acoust, Soc. Amer., vol 45, on 4, pp. 839-844, 1969. 4. Kusumaningrum H., Arifianto D., Sekartedjo, Teknik Deteksi Dini Penderita Kelainan Pita Suara Menggunakan Analisa Sinyal Akustik, Proc. ISSN: 2087- 3433, Seminar nasional Teknik Fisika SNTF 10, October 2010, Surabaya, Indonesia. 5. Kusumaningrum H., Arifianto D., Sekartedjo, Voice Analysis in Determining Vocal Cord Disorder Severity Using Wavelet Transform, Proc. ISSN:2087-328X, 60th International Conference on Biomedical Engineering, BME Days 2010, October 2010, Surabaya, Indonesia. 6. Moran, R. J., Reilly, R.B., Chazal, P., Lacy, P. D., Telephony – Based Voice Pathology Assesment Using Automated Speech Analysis, IEEE Transaction on Biomedical Engineering, vol 53, on. 3, March 2006. 7. Saenz-Lechon N., Osma-Ruiz V., Godigo-Llorente Jl., Blanco-Velasco M., Cntz- Roldan F., Arias-Londono J., Effect of Audio Compression in Automatic Detection of Voice Pathologies, IEEE Tran. Biomed. Eng., vol 55, on. 12, pp. 2831-2835, December 2008. 8. Michaelis, D., Gramss, T., Strube, H W., Glottal-to-Noise Exitation ratio-a New Measure for Describing Pathological Noise, J. Acustica, Ata acustica, vol 83, pp.700-706.,1997. 151 KonsepPengembangan Sistem Pengumpulan Data Pengungsi Bencana Alam Berbasis SMS Gateway dan Location-Based Service Kusworo Anindito 1 , Theresia Devi Indriasari 2 , Eddy Julianto 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 43 Yogyakarta 55281, 1 kusworostaff.uajy.ac.id 2 devstaff.uajy.ac.id 3 eddiedbstaff.uajy.ac.id ABSTRAK Bencana alam dapat terjadi setiap saat. Ketika bencana datang, seringkali terjadi kepanikan dan kesimpangsiuran informasi yang sering pula berujung pada ketidakjelasan penanganan korban bencana.Kegiatan pemberian bantuan bencana ini seringkali terhambat karena adanya kekurangakuratan informasi mengenai pengungsi ini. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengumpulan data pengungsi secara lebih cepat dan menyajikannya ke petugas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pengumpulan data pengungsi menggunakan handphone yang kemudian ditampilkan pada peta di situs web, sehingga memudahkan petugas dalam memantau sebaran pengungsi. Kata kunci: pengungsi, bencana, mobile, sms gateway, location-based service

1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang besar. Tetapi Indonesia

juga memiliki sisi lain dari kekayaan alam tersebut, yaitu memiliki kerawanan bencana yang besar juga.Secara geografis, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Filipina, dan lempeng Pasifik. Di selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik volcanic arc yang memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah, sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi berbagai bencana seperti erupsi gunung api, gempabumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor Sipahutar, 2013. Bencana baik alam maupun sosial dapat terjadi setiap saat. Tiada daya dan upaya ketika bencana datang, seringkali hanya kepanikan yang muncul dan kesimpangsiuran informasi yang sering pula berujung pada ketidakjelasan penanganan Kementerian Sosial, 2013. Bencana alam terjadi karena faktor alam atau faktor buatan manusia. Bencana ini sulit diprediksi waktu kejadiannya. Pada saat terjadi bencana alam, pemerintah dan kelompok masyarakat terlibat dalam usaha untuk membantu para korban bencana agar dapat meminimalkan jumlah korban meninggal dan meringankan beban para korban yang hidup. Tetapi kegiatan pemberian bantuan bencana ini seringkali terhambat karena adanya permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan terjadinya kekacauan di lapangan. Selama proses tanggap darurat berlangsung, sering kali masih ada persoalan klasik yang muncul dalam situasi darurat, yakni tidak meratanya distribusi bantuan untuk korban banjir. Padahal posko-posko bantuan sangat banyak didirikan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, pekerja kemanusian nasional maupun asing, bahkan ada juga posko yang dibentuk partai politik. Bencana dalam skala besar tentu saja akan sangat banyak sekali jumlah masyarakat yang terkena dampaknya.Ada kemungkinan aparat yang berada dilevel kelurahanpun terkena bencana sehingga pendataan masyarakat yang terkena dampak bencana akan sulit, dan sulit pula mendeteksi siapa mengungsi kemana dan sudah dapat bantuan atau belum. Ketiadaan data masyarakat yang terkena bencana ini menjadi pangkal persoalan tidak meratanya bantuan. 152 Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat pengumpulan data korban bencana pengungsi dengan mengembangkan aplikasi mobile yang dapat digunakan oleh petugasrelawan untuk mencatat data yang dibutuhkan beserta lokasi pencatatan. Data tersebut akan diterima di server dan ditampilkan pada peta, sehingga memudahkan petugas dalam melakukan koordinasi penanganan bencana. 2. Pembahasan 2.1. Tinjauan Pustaka Layanan berbasis lokasi atau Location Based Service LBS telah banyak berkembang di masyarakat, tak hanya di luar negeri, tetapi juga di Indonesia. Maraknya aplikasi berbasis layanan ini dikarenakan kebutuhan masyarakat akan informasi tentang keberadaannya dan hal-hal yang sesuai dengan keberadaannya. Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi seiring berjalannya waktu membuat layanan ini sangat membantu dan berguna bagi masyarakat Supernova, 2012. Layanan berbasis lokasi tidak jauh dari GPS, karena kebanyakan layanan mendeteksi keberadaan pengguna dengan menggunakan GPS. GPS dapat mendeteksi lokasi dengan tepat sekitar 97 McKenzie et al, 2009. Akurasi GPS mencapai 4-40 meter, sementara penentuanlokasi yang menggunakan jaringan telepon seluler hanya mempunyai akurasi 2-20 kilometer. Beberapa aplikasi tidak membutuhkan akurasi yang tinggi, misalnya cukup dengan toleransi 30 meter. Tetapi aplikasi lain bisa saja memerlukan layanan informasi posisi yang harus akurat Sunyoto, 2009. Tingkat penerimaan pengguna user acceptance penting bagi pengembangan LBS. Berdasarkan survei yang dilakukan di Kroasia, tipe aplikasi seperti gawat darurat emergency, pertolongan, dan navigasi memiliki tingkat penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan tipe aplikasi lainnya Park, 2009. Pada bidang navigasi, layanan berbasis lokasi bisa membantu pengguna untuk memilih jalur perjalanan terbaik yang harus dilewati, berdasarkan jalur tercepat secara dinamis Kim et al, 2010. Teknologi GPS bekerja pada tempat terbuka agar satelit bisa menjangkau sinyal dari perangkat GPS tersebut Kupper, et.al 2005. Karena adanya hal tersebut maka sebagai alternatif digunakan teknologi selain GPS yaitu dengan Cell ID Network atau sistem pemosisian mobile berbasis ID Sel Jaringan. Cell ID Network adalah sistem Pemosisian mobile berbasis ID sel jaringan adalah cara untuk mengetahui lokasi perangkat mobile yang efektif dan mudah dalam pengimplementasian pada jaringan mobile saat ini. Pemosisian berbasis ID Sel Jaringan adalah yang paling sederhana, murah, dan mudah untuk diimplementasikan Kazadi, 2003. Cara kerjanya adalah sel di mana suatu perangkat terhubung dengan jaringan, sekali sel tersebut menampung suatu perangkat mobile, operator memiliki akses dan informasi sehingga mereka tahu di mana posisi perangkat itu berada Brown, 2005. Dalam pencarian suatu lokasi untuk mengetahui posisi tidak hanya melalui data koordinatnya saja, tetapi koordinat tersebut juga bisa ditampilkan dalam sebuah peta sehingga memudahkan pengguna. Salah satunya adalah Google Maps. Google Maps dapat diperkecil maupun diperbesar sesuai kebutuhan. Google Maps menampilkan unsur teks, gambar, link, dan mengarah pada aplikasi lain Chan, et.al 2005. Melalui penggunaan Google Map API aplikasi yang dibuat mampu menampilkan gambaran Peta berdasarkan posisi koordinat tertentu yang ditampilkan dari Google Maps Jarayam, et.al 2008. Penggunaan Google Maps yang diimplementasikan pada Location-Based Service juga mempermudah untuk mencari lokasi yang menjadi tujuan. Santi, 2010. Location- Based Service akan menjadi hal besar berikutnya bagi pengguna perangkat mobile Woodrow, et.al 2008. Penggunaan teknologi dalam penanganan bencana telah banyak dilakukan, seperti penggunaan Internet pasca gempa bumi 1999 di Turki. Pada 17 Agustus 1999 gempa bumi melanda Turki yang mengakibatkan 15.000 orang meninggal dunia, lebih dari 120.000 rumah rusak parah. Infrastruktur telekomunikasi rusak parah sehingga layanan telepon tidak dapat digunakan, sedangkan telepon seluler dapat beroperasi dengan bandwidth yang terbatas. Pada situasi ini Internet merupakan satu-satunya media yang 153 dapat menghubungkan daerah bencana dan dunia luar. Beberapa aplikasi Internet digunakan pada pasca bencana terutama untuk mengatasi masalah koordinasi penyebaran bantuan dan mencari informasi orang yang hilang. Banyak organisasiyang mempunyai basis data orang-orang yang ditemukan pasca bencana Zincir-Heywood Heywood, 2000. Berikut ini beberapa fase dalam siklus manajemen bencana Wattegama, 2007. a. Mitigasi Mitigation: setiap kegiatan yang mengurangi baik kemungkinan bahaya yang terjadi atau bahaya yang berubah menjadi bencana b. pengurangan risiko Risk Reduction: langkah-langkah antisipatif dan tindakan yang berusaha untuk menghindari risiko di masa depan sebagai hasil bencana. c. Pencegahan Prevention: menghindari bencana d. Kesiapsiagaan Preparedness: rencana atau persiapan yang dibuat untuk menyelamatkan nyawa atau harta, dan membantu respon dan penyelamatan operasi layanan. Fase ini meliputi pelaksanaan operasi, peringatan dini sistem dan pembangunan kapasitas sehingga penduduk akan bereaksi dengan tepat ketika awal peringatan dikeluarkan. e. Respon Response: termasuk tindakan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan properti, dan melestarikan lingkungan selama keadaan darurat atau bencana. Fase respon adalah pelaksanaan rencana aksi. f. Pemulihan Recovery: mencakup tindakan-tindakan yang membantu masyarakat untuk kembali ke keadaan normal setelah bencana. 2.2. Rumusan Masalah Setiap kali terjadi bencana alam, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana melakukan koordinasi antar pihak-pihak terkait berkaitan dengan lokasi pengungsian, informasi tentang jumlah pengungsi di masing-masing lokasi pengungsian, kondisi pengungsi, distribusi logistik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan korban bencana pengungsi di tempat pengungsian. Sulitnya koordinasi dan minimnya informasi tentang korban dan logistik seringkali menjadi penyebab distribusi logistik dan relawan menjadi tidak tepat dan tidak merata, serta sulit diperoleh data yang akurat dan up-to- date. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan sebuah layanan berbasis SMSGateway dan Location-Based Serviceyang dapat digunakan untuk mengumpulkan data pengungsi bencana yang dapat dimanfaatkan oleh koordinator penanganan bencana dalam mendistribusikan bantuan. Selain berguna untuk melakukan koodinasi, aplikasi yang dihasilkan dari penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan informasi tentang korban ataupun pengungsi dengan lebih valid. Pemilihan SMS Gateway sebagai teknologi yang dipilih dikarenakan dalam situasi bencana layanan SMS lebih bisa diandalkan, sedangkan koneksi internet belum tentu tersedia di daerah yang terkena bencana. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana melakukan análisis kebutuhan untuk membangun aplikasi berbasis SMS Gateway dan Location-Based Service untuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? b. Bagaimana merancangaplikasi berbasis SMS Gateway dan Location-Based Serviceuntuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? c. Bagaimana membangun aplikasiberbasis SMS Gateway dan Location-Based Serviceuntuk penanganan koordinasi pengungsi dan bahan bantuan sebuah bencana alam? 2.3. Tahapan Penelitian Penelitian ini meliputi lima aspek utama yaitu i studi literatur, ii studi lapangan, iii analisis kebutuhan sistem, iv perancangan prototype sistem, dan v pengembangan sistem. Dengan demikian, penelitian ini mencakup lima tahapan besar untuk lima aspek utama tersebut. 154 Tahapan pertama yaitu studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai cara penanganan korban bencana. Tahapan kedua yaitu studi lapangan dilakukan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah, lokasi bencana, dan tempat pengungsian.Tahapan ketiga yaitu analisis kebutuhan sistem dilakukan untuk memotret kebutuhan sistem baik fungsional maupun non fungsional. Tahapan ini akan menghasilkan spesifikasi sistem dan kebutuhan fungsionalitas apa sajakah yang harus tersedia dalam sistem serta arsitektur informasi yang tepat untuk menyajikan informasi mengenai data korban bencana pada peta. Gambar 1 ab Diagram Alir Metodologi Penelitian Tahapkeempat yaitu perancangan prototype sistem dilakukan untuk merancang sistem berdasarkan spesifikasi sistem, kebutuhan fungsionalitas sistem dan arsitektur informasi yang telah dihasilkan pada tahap pertama. Tahapan ini menghasilkan rancangan mengenai arsitektur sistem, basis data, dan antarmuka sistem. Rancangan yang dihasilkan meliputi sub sistem Gambar 1 c Diagram Alir Metodologi Penelitian 155 Tahapan terakhir yaitu tahap pengembangan prototype sistem dilakukan untuk mengembangkan rancangan yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya menjadi sebuah prototype. Pada tahap ini juga dilakukan pengujian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari protoype sistem yang telah dihasilkan. Pengujian yang dilakukan mencakup dua aspek, yaitu aspek fungsionalitas dan user acceptance. Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 a, b, dan c. 2.4. Arsitektur Sistem Gambar 2 Arsitektur Sistem Pendataan Pengungsi Sistem yang akan dikembangkan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu aplikasi mobile untuk memasukkan data pengungsi beserta koordinat lokasinya ke SMS Gateway, SMS Gateway untuk menerima data pengungsi dan mengirimkannya ke web service, serta aplikasi web yang dapat digunakan oleh koordinator penanggulangan bencana untuk melihat peta penyebaran konsentrasi pengungsi beserta data pengungsinya. Arsitektur sistem yang dikembangkan ini dapat dilihat pada gambar 2. 3. Kesimpulan Berikut kesimpulan dari penelitian pengembangan sistem pengumpulan data pengungsi bencana alam: a. Ketidakakuratan data pengungsi menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penanganan korban bencana. b. Pengembangan sistem pengumpulan data korban bencana membutuhkan beberapa tahap, yaitu studi literatur, studi lapangan, analisis kebutuhan, perancangan, serta pengembangan. c. Dibutuhkan tiga sub sistem dalam sistem ini, yaitu aplikasi mobile untuk menginputkan data pengungsi beserta lokasinya, SMS gateway untuk menerima data dan mengirimkannya ke web service, serta situs peta yang menampilkan data pengungsi di tiap lokasi. Daftar Pustaka 1. ---, 2013, Korban Bencana Harus Dapat Perlindungan Sosial, Kementerian Sosial RI, diakses dari: http:linjamsos.kemsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=articlesid=90, tanggal 16 Mei 2014. 2. Brown, Alison K., Olson, Paul. 2005, UrbanIndoor Navigation using Network Assisted GPS. NAVYS Corporation, US ARMY RDECOMCERDECC2D. 156 3. Chan, Jian L., Gschwender, A., Workman, R., 2005, Campus Google Map Applications, Southern Connecticut State University. 4. Jayaram, Preethi, Nguyen, Trahan, S., M., Allred, I., 2008, Integrating Geocode Data from the Google Map API and SASGraph. 5. Kazadi, SANGA-NGOIE, 2003, GIS and Remote-Sensing For High Resolution Mapping and Digital Cartographic Databasebuilding In African Remote Areas, African Study Monographs, Vol. 24, No. 4. 6. Kim, Hansoo, Dongjoo Park, Chungwon Lee, and Kangdae Lee, 2010, Location- Based Dynamic Route Guidance System of Korea: System Design, Algorithms and Initial Results, KSCE Journal of Civil Engineering, Vol. 14, no 1, hal 51-59. 7. Kupper, Axel, 2005, Location-Based Services: Fundamentals and Operation, John Wiley Sons. Meneses, F., Moreira, Adriano, 2003, Using GSM CellID Positioning for Place Discovering, Dept of Information Systems University of Minho Guimaraes, Portugal. 8. Park, Dongjoo, 2009, User Acceptance of Location-based Services, International Journal of Social Sciences, Vol. 4, no 2, hal 152-157. 9. Santi , Yani, Ahmad., 2010, Kebutuhan Basis Data untuk aplikasi sistem informasi Geografi dalam Era Otonomi Daerah. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 10. Sunyoto, Andi, 2009, API Location : Standar Penentuan Posisi Untuk Telepon Seluler Berkemampuan Java, Jurnal Dasi, Vol. 10, No. 1, hal 119-127. 11. Sipahutar, A.M. Julius, 2013, Tanpa Mitigasi Bencana Indonesia 2014 Masih Menangis, diakses dari http:www.bmkg.go.idbmkg_pusatLain_LainArtikelTanpa_Mitigasi_Bencana_I ndonesia_ 2014_Masih_Menangis.bmkg, tanggal 16 Mei 2014. 12. Supernova, Lina, 2012, Pembangunan Aplikasi Panduan Bus Rapid Transit BRT Semarang Dengan Layanan Berbasis Lokasi Menggunakan J2ME, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. 13. Wattegama, C., 2007, ICT for Disaster Management, United Nations Development Programme – Asia-Pacific Development Information Programme UNDP-APDIP and Asian and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development APCICT – 2007 14. Woodrow, Stephen, 2008, C. C., Post, Location is Everything Balancing Innovation, Convenience, and Privacy in Location-based Technologies. 15. Zincir-H., A.Nur dan Heywood, M.I., 2000, In the Wake of the Turkish Earthquake: Turkish Internet, Proceedings of the Internet S ociety‟s iNet 2000 conference. 157 Perancangan Portabel Enose sebagai Alat Uji Cepat Masa Kadaluarsa Produk Herbal Sari Wijayanti 1 , Etika Kartikadarma 1 , Eko Hartini 2 1 Prodi Teknik Informatika UDINUS 2 Prodi Kesehatan Masyarakat UDINUS ABSTRAK Akan dibuat sistem olfaktori elektronik atau electronic noseenose sebagai instrumen elektronik handal dan cerdas untuk analisis kimia berdasarkan aroma. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah dapat diterapkannya instrumen enose yang dibangun pada industri dan bidang medis. Sementara target dari penelitian ini adalah terkait dengan kemampuan dan kemandirian tim peneliti di Universitas Dian Nuswantoro dalam membuat komponen enose dengan bahan dan performa berkualitas tinggi untuk menekan harga yang seharusnya diimpor seperti pompa mikro dan komponen elektromekanik. Motivasi dilakukannya penelitian adalah untuk menyediakan instrumen uji t dengan kemampuan sangat memadai, harga terjangkau dan dapat diterapkan padaindustri kecil UKM sehingga meningkatkan daya saing produknya. Diharapkan bahwa enose ini dapat digunakan sebagai salah satu instrumen uji cepat masa kadaluarsa produk herbal. Enose saat ini merupakan penyempurnaan dari generasi sebelumnya yang mencakup bagian larik sensor terdiri atas larik berbagai macam sensor gas oksida logam metal-oxide, sistem penanganan aroma odor handlingdan delivery system, mikroSD, sistem ekstraksi ciri, sistem pengenal pola dan sistem klasifikasi. Dengan semakin banyaknya sensor yang dipakai dalam enose, maka pembentukan pola akan semakin presisi sehinggadiharapkan performa sistem pengenal dan klasifikasi pola pada generasi ini juga semakin baik. Dari segi harga, enose akan sangat bersaing jika dibandingkan dengan enose komersial di pasar internasional. Kata kunci: Portable enose, PCA, Herbal

1. Pendahuluan

Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang dipakai sejak dahulu dan sudah terbukti khasiatnya, tidak kalah dengan obat herbal impor misalnya dari China yang selama ini membanjiri pasar Indonesia karena era perdagangan bebas. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan bertekad untuk menjadikan jamu sebagai tuan rumah obat tradisional di negeri sendiri. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan jamu salah satunya adalah belum terintegrasinya obat tradisionaljamu dengan pelayanan kesehatan formal karena belum adanya pengakuan dari profesi tenaga kesehatan dokter, dokter gigi bahwa jamu aman tidak toksis, berkhasiat efikasi, dan mutunya terjamin standar. Untuk memperoleh pengakuan itu harus didasarkan pada bukti-bukti empirik yang akan didapatkan melalui proses saintifikasi jamu. Terkait dengan penyusunan regulasi dalam pengintegrasian obat tradisional dengan pelayanan kesehatan formal, ementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes No. 003 Tahun 2010 tentang Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adlah meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Keamanan produk jamu, dapat diawali dengan penentuan masa kadaluarsa jamu yang teruji secara laboratories. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun enose yang portable sebagai instrument uji cepat masa kadaluarsa produk herbal. 2. Metode Untuk mencapai tujuan penelitian, maka tahap-tahap penelitian dapat diuraikan berdasarkan desain enose Gambar 1 sebagai berikut. 158 Gambar 1. Desain struktur enose portable sebagai instrument uji mutu bahan baku produk herbal. PARC adalah singkatan dari pattern recognition pengenal pola. Berdasarkan desain struktur enose portable yang akan dikembangkan Gambar 1, uraian secara rinci kegiatan penelitian untuk setiap tahap dideskripsikan berikut.

2.1 Persiapan penelitian

Tahap penelitian dimulai dengan penyiapan seluruh komponen mekanik dan elektronik termasuk mikrokontroler, sensor-sensor gas, sensor suhu dan sensor kelembaban. Selanjutnya diakukan kalibrasi untuk seluruh sensor agar terjamin bahwa performa sensor dalam keadaan baik dan benar.

2.2 Perancangan dan pembuatan sistem

Dokumen yang terkait

M01459

0 3 213