158
Gambar 1. Desain struktur enose portable sebagai instrument uji mutu bahan baku produk herbal. PARC adalah singkatan dari pattern recognition pengenal pola.
Berdasarkan desain struktur enose portable yang akan dikembangkan Gambar 1, uraian secara rinci kegiatan penelitian untuk setiap tahap dideskripsikan berikut.
2.1 Persiapan penelitian
Tahap penelitian dimulai dengan penyiapan seluruh komponen mekanik dan elektronik termasuk mikrokontroler, sensor-sensor gas, sensor suhu dan sensor
kelembaban. Selanjutnya diakukan kalibrasi untuk seluruh sensor agar terjamin bahwa performa sensor dalam keadaan baik dan benar.
2.2 Perancangan dan pembuatan sistem
Perangkat keras akuisisi data sistem sensor rasa. Perancangan pengkat keras sistem dimulai dari sinkronisasi desain sistem kendali pusat dengan desain sistem sirkuit
elektronik. Karena kerumitannya maka diusahakan sistem sirkuit elektronik dibuat di atas PCB yang dibuat adalah multi-lapis.
Gambar 2. Tahapan rencana penelitian dan indikator kinerjanya Perangkat lunak akuisisi data sistem sensor rasa. Setelah perancangan sistem
dilakukan, selanjutnya dibuat perangkat lunak atau software untuk otomatisasi dan sistem pengenal pola berbasis jaringan syaraf tiruan propagasi balik BP yang
dikombinasikan dengan FLVQ serta sistem klastering data berbasis principle component analysis PCA Wall dkk, 2003.
159
Gambar 3. Skema Komponen Enose
2.3 Pengujian sistem
Pengujian sistem terdiri dari otomatisasi pengkondisi kelembaban, dan pengkondisi suhu, larik sensor rasa, pengkondisi sinyal, serta bagian akuisisi data juga
diuji menggunakan data sintetis secara simulasi maupun data riil hasil pengukuran masing-masing sensor gas.
3. Pembahasan
Skematik yang kami rancang adalah sebagai berikut :
SKEMATIK Sistem Minimum
Mikrokontrol Array Sensor
Rs dari Array Sensor
Sistem Mikro SD
Gambar 2. Diagram Skematik 1. Sistem minimum Mikrokontrol ATMEGA32
160
2. Sistem Mikro SD
3. Sistem Variable Rs dari Array Sensor
4. Sistem Array Sensor
Gambar 3. Sub Sistem dari system portable enose Program mikrokontroller dibuat dengan menggunakan software bascom karena
lebih ringkas dan mudah dipahami dibandingkan dengan pemrograman menggunakan CVAVR ataupun dengan menggunakan assembler.
Inisialisasi AVR ATMEGA32
Inisialisasi cristal pada
sistem minimum Pengaturan Pin
LCD Pengaturan Pin
Mikrokontrol START
Menyusun variabel
Pengaturan Pin Mikrokontrol
Pengaturan Text yang muncul di
LCD Pengambilan
data sensor pada ADC
Pengaturan fan Apakah Catu
off ? END
Ya
Tidak
Gambar 4. Flow Chard Software Langkah-langkah percobaan :
1. Menghidupkan catu daya rangkaian e-nose. 2. Mencatat kondisi awal dari masing-masing nilai larik sensor.
3. Menghubungkan rangkaian dengan serial port computer, kemudian menjalankan
program hiperterminal pada PC.
161
4. Meletakan bubuk herbal pada tempat bubuk dan meletakkannya pada jarak kurang lebih 1 cm dibawah larik sensor.
5. Mencatat perubahan nilai sensor. 6. Meyalakan exhause fan selama kurang lebih 30 menit, untuk menghilangkan aroma
bahan herbal, agar kembali pada posisi awal. Adapun data hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Grafik scatter udara bebas tanpa sample
4. Kesimpulan Dari percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keseluruhan sensor berjalan
dengan baik. Walau belum sepenuhnya diuji coba secara maksimal. Daftar Pustaka
1. Baby, R., Cabezas, M., Castro, E., Filip, R., dan Walso de Reca, N.E., 2008, Quality
Control of Medicinal Plants With an Electronic Nose, Sensor and Actuator B 106, 24. 2. Barbri, N.E., Llobet, E., Bari, N.E., Correig, X., dan Bouchikhi, B., 2008, Application of
Portable Electronic Nose System to Assess The Freshness of Moroccan Sardines, Materials Science and Engineering C 28, 656.
3. Capelli, L., Sironi, S., Del Rosso, R., Centola, P., dan Grande, M., 2008, A Comparative and Critical Evaluation of Odour Assessment Methods on A Landfill
Site, Atmospheric Environment 42. 7050 4. DAmico, A., Natale, C.D., Paolesse, R., Macagnano A., Martinelli E., Pennazza G.,
Santonico M., dan Bernabei, M., 2008, Olfactory Systems for Medical Applications, Sensors and Actuators B, 130, 458.
5. DImporzano, G., Crivelli, F., dan Adani, F., 2008, Biological Compost Stability Influences Odor Molecules Production Measured by Electronic Nose During Food-
Waste High-Rate Composting, Science of The Total Environtment, 278. 6. Gomez, A.H., Wang, J., Hu, G., dan Pereira, A.G., 2008, Monitoring Storage Shelf
Life of Tomato Using Electronic Nose Tecnique, Jurnal of Food Engineering 85, 625. 7. Pavlou, A.K., Magan, N., Jones, J.M., Brown, J., Klatser, P., dan Turner, A.P.F.,
2001, Detection of Mycobacterium Tuberculosis TB In Vitro and In Situ Using An Electronic Nose in Combination With A Neural Network System, Biosensors and
Bioelectronics 20, 538. 8. Ponzoni, A., Depari, A., Falasconi, M., Comini, E., Flammini, A., Marioli, D., Troni, A.,
dan Sberveglieri, G., 2008, Bread Baking Aromas Detection by Low-Cost Electronic Nose, Sensors and Actuators B 130, 100.
9. Triyana, K., Masthori, A., Supardi, B. P., dan Bharata, A.M.I., 2007, Prototype of Electronic Nose Based on Gas Sensors Array and Back Propagation Neural Network
for Tea Classification, Berkala MIPA, 173. 50
100 150
200 250
100 200
TGS813 TGS822
TGS825 TGS826
TGS2611 TGS2620
162
Penjadwalan Pengerja Sekolah Minggu Menggunakan Metode Forward Chaining
Arief Samuel Gunawan, Evasaria M. Sipayung, Yosef Yunawan
Departemen Sistem Informasi, Institut Teknologi Harapan Bangsa Jl. Dipatiukur 80-84, Bandung, Indonesia
ariefithb.ac.id, evasariaithb.ac.id, yosefgodsgiantsgmail.com
ABSTRAK
Sekolah Minggu X merupakan organisasi gereja anak yang berada di bawah naungan sebuah gereja yang sedang berkembang di Bandung dengan jemaat 350 anak yang
terbagi atas 3 kali ibadah. Namun, terdapat permasalahan pada sistem pembuatan jadwal pengerja Sekolah Minggu X yaitu terdapat kelebihan beban kerja yang dialami
pengerjanya. Hal tersebut terjadi karena kurang memperhatikan rules ibadah, ketersediaan, dan kemampuan pengerjanya. Melihat permasalahan tersebut dapat dilihat
bahwa diperlukan sebuah sistem penjadwalan yang mampu mengontrol kelebihan kerja dengan lebih memperhatikan rules ibadah, ketersediaan, dan kemampuan pengerjanya.
Untuk merancang kebutuhan tersebut dilakukan perhitungan kebutuhan pengerja, penetapan prioritas tugas-tugas yang ada, pemetaan kemampuan masing-masing
pengerja, dan pengumpulan rules-rules atau constraint-constraint yang dibutuhkan. Berdasarkan rules dan constraint yang ada dan menggunakan metode forward chaining,
dibuat suatu pohon keputusan untuk mendapatkan pengerja sesuai dengan tugas yang akan dijadwalkan. Dengan menggunakan metode forward chaining ini, permasalahan
kelebihan beban kerja dapat diatasi dengan menangani kemampuan pengerja, tidak ada nama yang ganda dalam 1 kali ibadah, tidak ada pengerja yang bertugas lebih dari 2 kali.
Meskipun terdapat jadwal yang tidak ada pengerjanya, namun hal tersebut tidak mengganggu jalannya ibadah karena terdapatnya prioritas tugas dari jadwal yang dibuat.
Abstrak berisi uraian singkat tentang penelitian makalah konsep yang diajukan secara singkat, komprehensif dan dilengkapi dengan hasil yang didapatkan secara terstruktur.
Jumlah maksimal abstrak adalah 300 kata. Abstrak ini bukanlah extended abstrak, sehingga perlu mengalami penyederhanaan dari extended abstrak yang memiliki muatan
lebih detail tentang makalah yang diajukan
Kata kunci: penjadwalan, rules, constraint, pohon keputusan, forward chaining
1. Pendahuluan
Gereja merupakan suatu organisasi keagamaan bagi umat Kristen dan bersifat non- profit. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, gereja dikelola oleh beberapa orang-
orang yang melayani sebagai full timer penuh waktu, part time paruh waktu, dan volunteer, yakni berdasar keinginan pribadi yang biasa disebut pengerja.
Sekolah Minggu X merupakan organisasi gereja anak yang berada di bawah naungan sebuah gereja di Bandung dengan jemaat 350 anak yang terbagi atas 3 kali ibadah. Dan
dalam setiap ibadahnya, rata-rata terdiri dari 4 kelas. Dalam menjalankan kegiatannya, Sekolah Minggu X ini dikelola oleh 50 pengerja volunteer yang terdiri dari usia sekolah
163
hingga usia kerja. Pengerja tersebut melayani sebagai pembawa firman, tim musik keyboard, gitar, bass, dan drum, pemimpin pujian, singer, operator multimedia,
soundman, usher, asisten, absen, dan doa.
Dalam menjalankan ibadah dalam setiap minggunya yang terdiri dari sekitar 350 anak setiap minggunya yang terbagi dalam 3 kali ibadah. Dan dalam setiap ibadah terdiri dari
4 kelas, sehingga dibutuhkan pengerja-pengerja yang dapat disebar ke dalam kelas- kelas yang ada. Jadi, dari 50 orang pengerja yang ada harus dibagi sesuai kebutuhan
yang ada dalam 3 kali ibadah yang masing-masing terdiri dari 4 kelas. Idealnya dalam 1 kelas yang standar terdapat 1 pemimpin pujian, 1 pemain musik, 1 pembawa renungan,
dan 1 asisten. Dan terdapat peraturan bahwa dalam melayani, setiap pengerja yang ada diharuskan mengikuti ibadah minimal 1 kali di minggu tersebut.
Pengerja yang ada dipimpin oleh seorang PJT Penanggung Jawab Tempat. PJT bertanggung jawab penuh dalam memberikan ibadah kepada jemaat yang ada setiap
minggunya. Jasa yang diberikan dalam ibadah berupa pembawa renungan, tim musik drum, keyboard, gitar, dan bass, pemimpin pujian, singer, operator multimedia,
soundman, usher, asisten, absen, dan doa. Dalam mengatur pembagian tugas pelayanan yang ada, PJT bertanggung jawab dalam membuat jadwal. Pembagian tugas
yang ada didasarkan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang dimiliki masing- masing pengerja. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali terdapat masalah berkenaan
dengan jadwal yang dibuat.
Masalah yang timbul adalah terdapatnya kelebihan kerja yang dialami para pengerja dalam melakukan plotting atau pembagian tugas yang membuat pengerja yang bertugas
harus bertugas dari pagi sampai sore. Hal tersebut terjadi karena PJT yang membuat jadwal terkadang kurang memperhatikan batasan yang ada seperti peraturan yang ada
bahwa setiap pengerja yang bertugas harus minimal ibadah 1 kali.
2. Landasan Teori
A.
Sistem Pakar
Sistem pakar adalah program komputer yang merepresentasikan dan melakukan penalaran dengan pengetahuan dari seorang pakar dalam bidang tertentu dengan
pandangan untuk memecahkan masalah atau memberikan masihat. Pakar manusia human expert adalah seseorang yang mempunyai penguasaan terhadap suatu
masalah. Berdasarkan
pengalamannya, pakar
manusia mengembangkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah secara lebih efisien dan efektif. Sistem pakar juga harus dapat menjelaskan alasan dari setiap langkah dalam mencapai suatu
tujuan goal dan menjawab pertanyaan tentang solusi yang dicapainya, seperti halnya seorang pakar manusia.
Pohon keputusan terdiri dari sejumlah simpul nodes dan cabang branch yang menghubungkan simpul orang tua parents ke simpul anak child dari bagian atas
sampai bagian bawah dari pohon keputusan. Simpul paling atas disebut juga sebagai akar roots. Akar tidak memiliki parents, sedangkan setiap simpul yang di bawahnya
hanya memiliki satu parent. Simpul paling bawah yang tidak memiliki anak disebut sebagai simpul daun leaf. Simpul daun merepresentasikan semua solusi keputusan
yang diturunkan melalui pohon keputusan. Secara umum pohon keputusan menggunakan beberapa kriteria untuk memilih mana cabang yang akan dilalui sehingga
nantinya hanya terpilih satu cabang yang menghasilkan keputusan.
Teknik penalaran untuk membangun suatu pohon keputusan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
164
1 Penalaran maju forward chaining 2 Penalaran mundur backward reasoning
Pohon keputusan kemudian dapat dikonversi menjadi serangkaian aturan rules yang direpresentasikan oleh jalur path yang berbeda-beda pada pohon keputusan.
Aturan yang dihasilkan dari pohon keputusan selanjutnya digunakan sebagai basis pengetahuan yang diperlukan pada sistem pakar [1].
B. Forward Chaining
Operasi dari sistem forward chaining dimulai dengan memasukkan sekumpulan fakta yang diketahui ke dalam memori kerja working memory, kemudian menurunkan
fakta baru berdasarkan aturan yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Proses ini dilanjutkan sampai dengan mencapai goal atau tidak ada lagi aturan yang
premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Pendefinisian struktur pengendalian data aturan ditulis dalam struktur If
– Then dan diberi nomor aturan untuk membedakan aturan yang satu dengan yang lain. Aturan akan dituliskan pada file teks dengan menggunakan
sintaks prolog [2]. Sintaks rule yang digunakan adalah sebagai berikut : rule rule id
if [N:kondisi,…] then
[aksi,…]. Keterangan:
rule id : nomor identifikasi dari aturan tersebut. N : nomor identifikasi untuk kondisi
kondisi : premis atau pola untuk dicocokkan dengan memori kerja aksi : konklusi atau aksi yang akan dilakukan.
Metode Forward chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu
kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai
penyelesaian akhir, karena seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju. Adapun struktur hirarki digambarkan pada Gambar 1 [3].
Gambar 1 Struktur Hirarki Forward chaining
165
3. Pembahasan
Implementasi penjadwalan dengan forward chaining untuk mencari pengerja berdasarkan kemampuan, batasan, dan aturan yang ada. Dimulai dari pengumpulan data-data
pengerja dan faktor yang berhubungan dengan penjadwalan seperti batasan, aturan, kemampuan pengerja, dan jumlah pengerja yang ada. Data tersebut diolah
menggunakan metode forward chaining untuk mendapatkan alokasi pengerja yang sesuai. Berikut ini adalah gambar input, proses, output penelitian yang digunakan:
Gambar 2 Input- Proses-Output Penelitian 3.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sekolah Minggu X ini, terdapat 50 orang pengerja yang di plot berdasarkan ketersediaan, kemampuan dan prioritas tugas yang
ada. Data-data pengerja yang ada dipetakan terhadap constraint yang ada dengan kemampuan, ketersediaan, dan kelas.
Pemetaan ini dilakukan untuk memetakan kemampuan masing-masing pengerja yang mempunyai banyak kemampuan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
menganalisis kemampuan yang dimiliki masing-masing pengerja. Pemetaan ini juga memperhatikan prioritas tugas yang ada.
Prioritas pertama yaitu pembawa reungan dan pemimpin pujian. Kedua tugas ini merupakan tugas yang mempunyai bobot tugas paling utama karena merupakan tugas
inti dalam jalannya ibadah dan akan diisi terlebih dahulu saat melakukan penjadwalan. Prioritas kedua mengacu pada tim musik, seperti pemain keyboard, gitar, dan drum. Tim
musik masuk pada prioritas kedua karena pemain musik ini mendukung pada prioritas pertama yaitu mengiringi pemimpin pujian.
Prioritas ketiga terdapat operator multimedia dan sound yang mendukung tim musik dan pemimpin pujian. Hal yang dilakukan adalah mengatur volume tim musik, dan
pemimpin pujian. Tidak hanya itu, tetapi juga mendukung pembawa renungan dalam menampilkan gambar dan video. Sedangkan pada prioritas keempat terdapat usher,
pendoa, singer, asisten, dan absen. Pada prioritas keempat ini tugas-tugas yang ada dapat dilakukan semua pengerja. Pemetaan pengerja dan kemampuan pengerja
dijabarkan pada Gambar 3.
3.2 Analisis Forward Chaining Langkah-langkah penjadwalan pengerja dengan forward chaining adalah sebagai berikut:
1. Pengecekan kemampuan sesuai dengan prioritas tugas yang ada. Dalam setiap tugas yang dijadwalkan, diperlukan orang yang tepat pada posisi
yang tepat. Pengecekkan kemampuan dilakukan agar tugas yang akan di-plot dapat sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan. Pengecekkan kemampuan
masing-masing pengerja dilakukan berdasarkan kebutuhan yang ada dapat dilihat melalui gambar 3. Prioritas berada pada pembawa firman dan pembawa
pujian karena kedua tugas tersebut merupakan 2 tugas yang merupakan titik penting dalam setiap kelas dan setiap ibadah.
166
2. Mencari pengerja yang bertugas 1 kali di suatu ibadah Setelah dilakukan pencarian pengerja berdasar kemampuan yang dibutuhkan,
dilakukan pengecekkan terhadap tugas yang dijadwakan di ibadah tersebut. Saat orang tersebut sudah mendapat tugas di suatu ibadah, maka orang tersebut tidak
akan dijadwal di ibadah yang sama.
3. Mencari pengerja yang bertugas 3 kali dalam minggu tersebut. Setelah melakukan pengecekkan terhadap masing-masing ibadah, pengecekkan
berikutnya dilakukan dengan menjumlahkan total ibadah yang dilayani dalam minggu tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak ada pengerja yang bertugas lebih
dari 2 kali.
Setelah melakukan pencarian pengerja berdasarkan prioritas jadwal, kemampuan, batasan ibadah, dan jumlah ibadah dimana pengerja tersebut bertugas
maka dilakukan plotting jadwal. Disini setiap pengerja akan dialokasikan dalam tugas tertentu dalam suatu ibadah. Gambar 4 menggambarkan flowchart penjadwalan pengerja
dengan forward chaining.
Dalam penggunaan expert system sistem pakar dalam penentuan pengerja yang akan dijadwal, maka dibuat suatu pohon keputusan yang memetakan cara berpikir PJT
Penanggung Jawab Tempat dalam dalam melakukan penjadwalan pengerja.
Dalam kasus penjadwalan di Sekolah Minggu X ini, pohon keputusan dengan forward chaining dijabarkan pada Gambar 5. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan
prioritas dan aturan penjadwalan dalam setiap ibadah seperti tidak ada nama yang ganda dalam setiap ibadah dan maksimal ibadah yang dilayani adalah 2 kali.
Gambar 3 Pemetaan Pengerja dan Kemampuan Pengerja
variabel firman wl keyboard gitar bass drum singer usher asisten operator sound operator multimedia doa absen
okta x1
v v
v v
v v
v
mei yin x2
v v
v v
v v
v
lucy x3
v v
v v
v v
v
vina x4
v v
v v
v v
v
esther x5
v v
v v
v v
v
graddy x6
v v
v v
v v
v
hanny x7
v v
v v
v v
v
stefanus lazuardi x8
v v
v v
v v
v v
stefanus aldi x9
v v
v v
v v
v
yosef x10
v v
v v
v v
v v
caroline x11
v v
v v
v v
v v
debora jhileta x12
v v
v v
v v
v
debora grace x13
v v
v v
v v
v
sisca x14
v v
v v
v v
v
fafa x15
v v
v v
v v
v
andi x16
v v
v v
v v
v v
v v
v v
bob x17
v v
v v
v v
v v
v v
renata x18
v v
v v
v v
v
susan x19
v v
v v
v v
v
yefery x20
v v
v v
v v
v
moy x21
v v
v v
v v
v v
dave x22
v v
v v
v v
v
frendy x23
v v
v v
v v
v v
v
yosafat x24
v v
v v
v v
v v
jefta x25
v v
v v
v v
gilang x26
v v
v v
v v
v v
peter x27
v v
v v
v v
v
yosua angkesa x28
v v
v v
v v
yosua x29
v v
v v
v
melvin x30
v v
v v
v v
kevin x31
v v
v v
v v
elvana x32
v v
v v
v
kelly x33
v v
v v
v
gaby x34
v v
v v
v
windy x35
v v
v v
v
friska x36
v v
v v
v
ria x37
v v
v v
v v
v
david nathaniel x38
v v
v v
v v
syella x39
v v
v v
v v
yohana x40
v v
v v
v v
v
felicia x41
v v
v v
v v
josia x42
v v
v v
v v
v
angel x43
v v
v v
v v
debora x44
v v
v v
v v
syeila x45
v v
v v
v v
hanny x46
v v
v v
v v
friska x47
v v
v v
v
sangfee x48
v v
v v
v v
v v
v
michael x49
v v
v v
v v
jeremy x50
v v
v v
v v
kemampuan pengerja
167
Gambar 4 Alur forward chaining pada system
Gambar 5 Pohon Keputusan dengan Forward Chaining
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah: 1.
Sistem penjadwalan pengerja yang dikembangkan dapat melakukan plotting pengerja menggunakan constraint rules yang ada dan pemetaan kemampuan
yang dimiliki masing-masing pengerja sehingga tidak ada pengerja yang memiliki kelebihan beban kerja. Plotting pengerja menggunakan metode forward chaining
dapat mengakomodasi rules dan constraint yang ada, yaitu tidak ada pengerja yang bertugas dalam lebih dari 1 tugas dalam 1 kali ibadah yang sama dan tidak
lebih dari 2 kali ibadah dalam 1 minggu.
2. Dari sistem penjadwalan pengerja menggunakan metode forward chaining yang
sedang berjalan, terdapat 29 tempat yang tidak terisi pengerja dan tidak mengganggu jalannya ibadah.
3.
Daftar Pustaka 1. Hendrik, Antonius dan Riskadewi, Penerapan Sistem Pakar Forward chaining
berbasis Aturan pada Pengawasan Status Penerbangan, Vol. 10 No. 3. November 2005.
2. Jackson, Peter, 1999, Introduction to Expert system 3
th
Edition, Addison Wesley Longman Limited.
3. Sasikumar, M., 2007, A Practical Introduction to Rule Based Expert systems, Narosa Publising House.
Apakah kemampuan
sesuai dengan tugas?
Start Plot pengerja
Mengecek pengerja yang sesuai dengan
kemampuan yang dibutuhkan
Apakah pengerja tersebut belum
terjadwal di ibadah tersebut?
Apakah pengerja tersebut sudah
bertugas 3
Pengerja tersebut di plot
Tugas tersebut dikosongkan
End Mengecek pengerja
yang ibadah bertugas 1 di
ibadah tersebut Mengecek pengerja
yang ibadah bertugas 3 di
minggu tersebut
Belum terjadwal Belum 3
Sudah terjadwal Udah 3
Apakah bisa memimpin
pujian? tidak
Apakah bisa membawa
renungan?
tidak Apakah di
ibadah tersebut belum bertugas
? Apakah sudah
terjadwal 2 kali ?
None Aruna 1
Aku Ditemani
- Graddy Aku Bisa
- Hanny ACC
- Fafa, Caroline Teens
- Yosef Aruna 2
Aku Ditemani
- Debora J Aku Bisa
- Gilang ACC
- Sisca, Hanny K. Teens
- Okta Aruna 3
Aku Ditemani
- Frendy Aku Bisa
- Vina ACC
- Yosef, Esther Teens
- Fafa None
belum sudah
belum sudah
ya
Apakah di ibadah tersebut
belum bertugas
? Apakah sudah
terjadwal 2 kali ?
None Aruna 1
Aku Ditemani
- Debora J Aku Bisa
- Moy ACC
- Sisca, oktha Teens
- Syeila Aruna 2
Aku Ditemani
- Susan Aku Bisa
- Stefanus A. ACC
- Yefery, Lucy Teens
- Caroline Aruna 3
Aku Ditemani
- Renata Aku Bisa
- Stefanus A. ACC
- Debora G, Felicia Teens
- Caroline None
belum sudah
belum sudah
ya None
168
Pengembangan Website Virtual Department Store
Gunawan
1
, Fandi Halim
2
, Intan Selviani
3
, Nelly
4
1
Program Studi S-1 Sistem Informasi STMIK Mikroskil Medan, gunawanmikroskil.ac.id
2
Program Studi S-1 Sistem Informasi STMIK Mikroskil Medan, fandimikroskil.ac.id
ABSTRAK
Banyak organisasi dan perusahaan diyakini telah memanfaatkan Internet dalam strategi bisnis mereka. Beberapa perusahaan yang memanfaatkan Internet dengan membangun
website sebagai sarana penjualan produk secara online mengalami peningkatan penjualan berkat kehadiran website mereka. Beberapa perusahaan yang sukses dengan
kehadiran website mereka contohnya adalah www.harrods.com dan www.walmart.com.
Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu website virtual department store yang dapat menawarkan produk serta layanan dengan
bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengembangan ini menggunakan metodologi pengembangan sistem Object Oriented Analysis OOA. Pemodelan sistemnya
menggunakan Unified Modeling Language UML.
Hasil akhir dari pengembangan sistem usulan adalah pemesanan dapat dilakukan secara online tanpa harus melakukan
registrasi sebagai member terlebih dahulu dan pencarian produk bisa dilakukan berdasarkan kategori produk, yaitu berdasarkan kategori, subkategori, warna, dan merk.
Kata kunci: department store, virtual, OOA, UML
1. Pendahuluan
Seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi informasi dan komputer, maka kebutuhan manusia akan informasi pun semakin meluas. Salah satu cara untuk
mendapatkan informasi adalah dengan memanfaatkan fasilitas Internet. Dengan Internet dapat menghemat ruang dan waktu sehingga informasi yang diinginkan dapat ditemukan
tanpa harus meninggalkan tempat dan aktivitas rutin. Seperti yang diketahui, pengguna Internet selalu bertambah dari tahun ke tahun. Beberapa di antaranya menggunakan
Internet sebagai sarana komunikasi, media promosi, komunikasi interaktif, maupun media pertukaran data. Banyak organisasi dan perusahaan diyakini telah memanfaatkan
Internet dalam strategi bisnis mereka. Dengan kemajuan Internet, perusahaan bisa memakai website sebagai salah satu sarana mereka untuk mempromosikan produk atau
jasa mereka, dan juga sebagai strategi bisnis dalam melakukan penjualan dan memberikan pelayanan kepada pelanggan. Beberapa contoh penerapan Internet untuk
kebutuhan bisnis adalah e-shop, e-malls, e-commerce, e-business, dan lain sebagainya.
Department store atau istilah lainnya disebut sebagai ―toko serba ada‖ merupakan suatu
bentuk usaha toko swalayan yang memenuhi berbagai barang kebutuhan pribadi maupun barang-barang yang dibutuhkan sehari-hari di rumah. Umumnya, department
store menarik konsumen dengan menawarkan suasana yang menyenangkan, layanan yang baik, dan melakukan penataan barang dagangan yang sejanis dalam satu tempat.
Setiap bagian dalam toko memiliki area penjualan khusus yang dialokasikan untuk itu, serta tenaga penjualan untuk membantu pelanggan. Department store sering menyerupai
koleksi dari toko-toko khusus Michael dan Weitz, 2012. Saat ini department store terus
169
bertambah di berbagai negara, tetapi tidak semua department store ramai dikunjungi orang. Kesulitan waktu dan memperoleh tempat parkir membuat orang enggan pergi
untuk langsung berbelanja ke mall sehingga mempengaruhi department store, ditambah lagi faktor cuaca yang tidak menentu dan macetnya jalanan. Hal ini dikarenakan aktivitas
pengguna yang semakin padat serta semakin banyaknya waktu yang terbagi mengharuskan adanya kemudahan dalam pelaksanaan transaksi. Di lain pihak,
seseorang yang memiliki produk, tetapi tidak memiliki cukup modal untuk menyewa toko akan mengalami kendala dalam mempromosikan dan menjual produk yang dimilikinya.
Adapun permasalahan yang dihadapi adalah calon pemilik department store merasakan kekurangan dari department store konvensional, seperti:
1. Memerlukan modal dan biaya yang besar untuk membuka dan mengoperasikan department store.
2. Sulitnya mendapatkan pegawai dalam jumlah banyak yang cocok dengan jabatan yang tersedia.
3. Sulitnya menjangkau konsumen yang lebih banyak, dikarenakan kesulitan mendapatkan lokasi yang strategis.
4. Kesulitan dalam memproses ijin membuka usaha department store. 5. Sulitnya melakukan pengendalian terhadap kinerja pegawai.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sebuah website virtual department store sehingga merupakan solusi bagi masyarakat yang memiliki anggapan bahwa
department store konvensional kurang efektif dan efisien. Metodologi pengembangan sistem yang digunakan yakni metodologi berorientasi objek yang mengacu pada
metodologi Object Oriented Analysis OOA dari Coad-Yourdon. Analisis dan perancangan berorientasi objek adalah cara baru dalam memikirkan suatu masalah
dengan menggunakan model yang dibuat menurut konsep sekitar dunia nyata. Dasar pembuatan adalah objek, yang merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku
dalam satu entitas Hariyanto, 2004. Adapun tahapan dalam metodologi ini adalah:
1. Identifikasi kelas objek Pada tahap pertama didapatkan kelas dan objek yang relevan dan stabil dalam
membentuk inti aplikasi yang diperoleh dengan memperhatikan unit organisasi atau struktur sistem, peranan yang dijalankan oleh orang di dalamnya, perangkat fisik yang
berinteraksi dengan sistem, dan melakukan analisis terhadap domain permasalahan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk meningkatkan pemahaman analisis terhadap
domain permasalahan.
2. Definisi struktur Pada tahap ini identifikasi struktur digambarkan dengan generalisasi kelas.
3. Identifikasi subjek Pada tahap ini menganalisis sistem berjalan dengan mengambil contoh website
sejenis. Kemudian menganalisis apa yang menjadi kendala pada website tersebut dan mengidentifikasi kebutuhan sistem yang akan dirancang dengan menggunakan use
case diagram.
4. Definisi atribut Setelah kebutuhan dari sistem diketahui melalui proses analisis, maka pada tahap ini
dirancang class diagram dan basis data yang diperlukan dalam pengembangan sistem.
5. Definisi layanan Pada tahap ini dibuat rancangan proses yang akan digambarkan melalui diagram
aktivitas, rancangan input dan output, dan rancangan spesifikasi proses. Setelah semua tahapan dikerjakan, berikutnya dikembangkan website department store
berdasarkan hasil rancangan yang diperoleh.
170
2. Pembahasan
2.1. Identifikasi Subjek dan Definisi Atribut Analisis sistem berjalan dilakukan dengan melakukan observasi terhadap dua website
sejenis, yaitu harrods.com dan walmart.com. Website Harrods.com www.harrods.com merupakan suatu toko online yang menjual berbagai macam kebutuhan, baik untuk
wanita, pria, ataupun anak kecil, seperti baju, sepatu, perawatan kecantikan, barang elektronik, peralatan dapur, hingga makanan dan anggur wine. Harrods juga memliki
toko yang terletak di London, Inggris. Website Walmart.com www.walmart.com merupakan suatu toko online yang berfokus pada penjualan alat-alat elektronik dan
kebutuhan rumah tangga, seperti televisi, laptop, perabotan dapur, kantor, kamar, dan sebagainya, peralatan fitness, obat-obatan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Proses
yang dianalisis dari kedua website tersebut meliputi pendaftaran sebagai anggota, login, serta pemesanan dan pembayaran produk.
Berdasarkan observasi pada sistem berjalan didapatkan kebutuhan untuk sistem usulan, dimana dimodelkan dalam use case diagram seperti Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Use Case Diagram Sistem Usulan
171
Selanjutnya adalah mendefinisikan elemen-elemen data yang dapat menggambarkan objek secara utuh dan dimodelkan dengan class diagram seperti Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Class Diagram Sistem Usulan 2.2. Tampilan Interface
Tampilan antarmuka
pada Virtual Department Store ter-
bagi tiga bagian, yakni tampil- an antarmuka front-end yang
digunakan oleh pengunjung website untuk melakukan pem-
belian produk, tampilan back- end yang digunakan adminis-
trator untuk mengelola website, dan tampilan back-end yang
digunakan
pemasok untuk
mengelola produk yang dijual. Gambar 3 merupakan tampilan
homepage pada Virtual Depart- ment Store setelah login mem-
ber. Pada halaman home da- pat dilihat beberapa produk
yang ditawarkan, pengkategori- an produk, status customer
service yang melayani member maupun non member, serta
informasi bank pembayaran. Pada bagian atas halaman
disediakan fitur untuk melaku- kan pencarian produk, dimana
bisa berdasarkan kategori, sub kategori, harga, merk, harga,
dan periode penjualan.
172
Gambar 3 Tampilan Homepage Setelah Login
Gambar 4 Halaman Keranjang Belanja Gambar 4 merupakan halaman
informasi produk yang telah dipilih oleh pengunjung pada
keranjang belanja
Virtual Department
Store. Tombol
Lanjutkan Belanja adalah untuk melanjutkan memilih produk lain
yang ingin dibeli dan tombol Selesai Belanja adalah melaku-
kan check out.
Gambar 5 Halaman Simpan Pemesanan Produk
Gambar 5 merupakan halaman yang menampilkan data menge-
nai pemesanan yang telah dila- kukan oleh pengunjung atau
member. Halaman ini akan ditampilkan setelah pengisian
data pengiriman dan data jenis pembayaran yang harus diisi
oleh pengunjung atau member setelah melakukan pemesanan
terhadap produk.
Gambar 6 Halaman Beranda Administrator Gambar 6 menampilkan hala-
man beranda yang berisikan ucapan selamat datang kepada
administrator. Pada halaman ini terdapat
menu-menu yang
dapat diakses oleh adminis- trator website, menu untuk
melakukan manajemen produk, manajemen pelanggan, mana-
jemen pemasok, dan mana- jemen admin.
Gambar 7 merupakan halaman untuk mengelola produk yang
terdapat di Virtual Department Store. Untuk mengedit produk
tertentu dapat dilakukan dengan mengklik link edit, sedangkan
untuk menghapus produk ter- tentu dapat dilakukan dengan
mengklik link hapus.
173
Gambar 7 Halaman Kelola Produk
Gambar 8 Halaman Laporan Transaksi Gambar 8 merupakan halaman
untuk menampilkan
laporan transaksi berdasarkan tanggal
yang dipilih. Pada laporan ini ditampilkan daftar produk yang
terjual, total keseluruhan, total diskon, jumlah produk yang
terjual, dan jumlah keseluruhan produk yang terjual.
Gambar 9 Halaman Beranda Pemasok Gambar 9 merupakan halaman
beranda yang berisikan ucapan selamat datang kepada pema-
sok. Pemasok dapat melakukan manajemen produk, manaje-
men pemasok, serta mengelola pemesanan produk dan melihat
laporan transaksi.
Gambar 10 Halaman Kelola Pemesanan Produk Gambar 10 merupakan daftar
informasi pemesanan produk pada pemasok.Pemasok dapat
melihat detil pemesanan deng- an mengklik link Baca. Untuk
menghapus pemesanan deng- an mengklik link Hapus.
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dalam pengembangan website Virtual Department Store, maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Website yang dikembangkan dapat mengatasi masalah kurang efisiennya berbelanja pada department store konvensional, serta memudahkan para calon pemasok baru
untuk bergabung, dimana para calon pemasok dapat mendaftarkan diri mereka secara langsung.
2. Website yang dikembangkan dapat membina dan menjaga hubungan antara administrator dengan pelanggannya yakni member maupun non member, dan juga
sesama member dapat saling berkomunikasi melalui forum. 3. Untuk mempertahankan dan menarik pelanggan baru, pada website juga disediakan
berbagai macam penawaran menarik, seperti promosi hadiah langsung pada proses pembelian, penukaran poin dengan produk yang disediakan, dan potongan harga
diskon pada produk tertentu. 4. Laporan transaksi bagi administrator dan pemasok yang dapat dicetak sesuai dengan
jangka waktu transaksi yang diinginkan.
Daftar Pustaka
1. Hariyanto, B., 2004, Rekayasa Sistem Berorientasi Objek, Cetakan Pertama, Penerbit Informatika, Bandung.
2. Michael, L. dan Weitz, B. A., 2012, Retailing Management, Eight Edition, McGraw- HillIrwin, New York.
174
Pola Pergerakan Aktivitas Komunitas Online Perempuan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya
Yudi Basuki, Roos Akbar, Pradono, Miming Miharja
Program Perencanaan Wilayah Kota SAPPK ITB; Alamat korespondensi :
yudibasukiyahoo.com
Abstrak
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK telah terjadi sangat pesat dalam dua dekade ini tidak hanya di negara maju namun juga di negara
berkembang. Kemudahan aplikasi internet telah memunculkan suatu terminologi komunitas baru yaitu komunitas online yang meretas batas-batas geografi. Hal ini juga
memungkinkan kaum wanita untuk lebih mengaktualisasikan diri dengan membentuk komunitas online perempuan. Pada awalnya TIK diyakini dapat mengurangi pergerakan
manusia karena kebutuhan manusia sudah dapat dipenuhi melalui jaringan internet namun ternyata masih terdapat kebutuhan untuk melakukan pertemuan fisik. Keputusan
untuk melakukan pertemuan fisik dipengaruhi oleh faktor-faktor jarak, biaya, waktu, moda dan manfaat. Pertemuan fisik tersebut juga menimbulkan pola pergerakan baik dari jenis,
frekwensi dan moda yang digunakan.
Artikel ini bertujuan untuk menemukenali aktivitas komunitas online perempuan dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. Artikel ini juga akan memaparkan faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan pergerakan dalam upaya menghadiri pertemuan fisik dengan metode regresi linier. Selanjutnya artikel ini akan
mendeskripsikan pola pergerakan yang terjadi. Kata kunci : Internet, komunitas online perempuan, pola pergerakan.
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Teori transportasi telah mengalami perkembangan yang pesat mulai dari yang sederhana seperti pergerakan berdasar rasionalitas Morlok, 1997; Manheim, 1979
menjadi berdasar aktivitas Bowman, 2000; Akiva, 1997. Akses kaum wanita pada transportasi yang dahulunya terbatas saat inipun semakin terbuka. Sementara itu
perkembangan perkotaan yang dipicu oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi TIK telah memunculkan gaya hidup dan budaya baru dalam masyarakat yang dikenal
dengan masyarakat jejaring network society Castell, 2010; 1989 yang telah menggeser bentuk hubungan sosial dari hubungan fisik reality menjadi hubungan
melalui jejaring internet cyberspace dan meretas batas geografis.Gamal, 2010; Francois, 2009; Hampton, 2007 Keterhubungan pada jejaring internet ini juga diyakini
akan menyebabkan matinya konsep jarak death of distance Cairncross, 1997.
Perkembangan TIK juga dinikmati oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia internet mulai meningkat pesat penggunaannya di tahun 1998
Lim, 2005; Social Media World Forum Asia, 2010. Kemudahan aplikasi di internet memudahkan orang untuk membentuk komunitas online berdasarkan kesamaan
kepentingan dan ketertarikan. Hummel Leichner, 2002. Kemudahan aplikasi di internet ini juga memungkinan kaum wanita untuk lebih mengekspresikan dirinya melalui
komunitas online perempuan.
Pada dasarnya keputusan manusia untuk melakukan pergerakan disebabkan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya Morlok, 1997. Kebutuhan manusia dapat
dipenuhi oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain atau kumpulan orang komunitas di lingkungannya. Komunitas online perempuan merupakan perwujudan kebutuhan
manusia dalam aktualisasi diri Maslow dalam Williams, 1995. Meskipun dapat meretas batas-batas geografis dan jarak, mamun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi dalam
komunitas online perempuan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi inilah yang menjadi kebutuhan untuk melakukan pergerakan fisik. Kebutuhan seseorang akan menjadi
kebutuhan untuk bergerak manakala telah terakumulasinya informasi dan pengetahuan
175
serta keinginan dari dalam individunya. Akumulasi ini adalah hasil pemrosesan informasi dalam kognitif seseorang Williams, 1995.
Secara garis besar keputusan ini didasari pertimbangan faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong adalah sesuatu yang menimbulkan pertimbangan
seseorang untuk melakukan pergerakan sedangkan faktor penghambat adalah sesuatu yang menimbulkan pertimbangan seseorang untuk tidak melakukan pergerakan. Dalam
transportasi faktor pendorong dan penghambat sering dipengaruhi oleh jarak, biaya, waktu dan moda Bowman, 2000; Akiva, 1997. Namun dalam pengambilan keputusan
individu yang menjadi anggota komunitas online perempuan diduga tidak hanya keempat faktor tersebut. Masih ada satu faktor lain yaitu manfaat atau tingkat kepentingan
melakukan pergerakan.
Dengan latar belakang di atas maka menjadi penting untuk mengkaji pola pergerakan yang diakibatkan oleh aktivitas komunitas online perempuan perempuan
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.2. Tujuan
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan melakukan pertemuan fisik anggota komunitas online perempuan dan pola pergerakan yang
terjadi akibat pertemuan fisik pada komunitas online perempuan berdasar jenis, frekwensi dan moda yang digunakan
1.3. Metode
Metode penelitian ini diawali dengan penyusunan konseptual model pola pergerakan akibat aktivitas jejaring sosial didasarkan pada teori transportasi yang
terdahulu yang terdiri dari Sistem Aktivitas, Sistem Jaringan dan Sistem Pergerakan Manheim, 1979 dengan fokus pada Sistem Aktivitas dan Sistem Pergerakan.
Karakteristik pergerakan yang terjadi akan menarik untuk diteliti dari sisi jenis pergerakan lokal, regional, internasional, waktu pergerakan harian, mingguan, tahunan serta moda
yang digunakan. Apabila hal ini dapat diidentifikasi maka akan dapat dijelaskan implikasi dari pergerakan yang ditimbulkan baik besarnya, waktunya dan lokasi tujuannya.
Sebagai kerangka sampel dipilih dua komunitas online perempuan yaitu Komunitas Emak Emak Blogger KEB dan Komunitas Ibu Hamil.com. KIH. Dari masing
masing komunitas diambil sampel yaitu 49 orang dari KEB dan 59 orang dari KIH. Analisa deskripsi digunakan untuk menemukenali karakteristik komunitas dan
pemenuhan kebutuhan pada komunitas online perempuan wanita ini. Analisis regresi linier dilakukan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan melakukan pergerakan fisik. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk melakukan pertemuan fisik dilakukan
analisis regresi linier dengan variabel terikatnya adalah frekwensi pertemuan fisik kopi darat dan variabel bebasnya adalah faktor biaya, faktor ketersediaan waktu, faktor
ketersediaan moda, faktor jarak dan faktor manfaat dari pertemuan fisik. Pada akhir tulisan, analisis deskripsi kembali digunakan untuk menjelaskan pola pergerakan fisik
yang ditimbulkan baik secara lokasi, waktu dan moda yang digunakan. 2. Pembahasan
2.1. Karateristik Komunitas Online Perempuan