Kebutuhan Input Orang, orang yang terlibat dalam penerapan sistem informasi merupakan faktor yang

33 1. Identifikasi Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang ada pada sistem informasi Prestige Maid serta dilakukan perumusan kebutuhan bagi permasalahan tersebut, yaitu dibutuhkannya sistem pendukung keputusan pemilihan Maid dengan menggunakan logika Fuzzy. 2. Perancangan Sistem Perancangan sistem menggunakan prototype model yang memungkinkan adanya interaksi yang lebih baik antara pengembang program dan pengguna sehingga sistem yang dibuat hasilnya lebih maksimal. Gambar 1. Prototyping Model [6] Proses dari perancangan sistem dengan menggunakan prototype model pada Gambar 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Pengumpulan Kebutuhan Tahap pengumpulan kebutuhan adalah tahap untuk menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diperlukan dan gambaran bagian-bagian yang akan dibangun berikutnya. Pada tahap ini dilakukan wawancara ke client yang pada penelitian ini adalah Prestige Maids Agency. Kebutuhan yang didapat pada tahapan ini antara lain data layanan yang diberikan Prestige Maids Agency, data Maid, kebutuhan input sistem, serta informasi yang akan menjadi content pada sistem informasi Maid management, juga batas atas dan batas bawah dari setiap himpunan pada variabel Fuzzy yang digunakan. 2 Perancangan Tahap perancangan adalah tahap dimana dilakukan perancangan yang mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar prototype. Perancangan yang dilakukan adalah perancangan data, identifikasi kebutuhan software dan hardware, serta perancangan sistem. Perancangan data sistem pendukung keputusan pemilihan Maid adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan Input

Terdapat dua kebutuhan input data dalam sistem ini, yaitu : i. Input Non-Fuzzy Kriteria Input non-Fuzzy adalah kebutuhan input data pada sistem pendukung keputusan pemilihan Maid yang akan mengambil seluruh data tanpa melakukan perhitungan Fuzzy. Pada penelitian ini, input non-Fuzzy disebut dengan Kriteria. Terdapat empat input non- Fuzzy, yaitu : 1. Country Country merupakan input non-Fuzzy pada sistem yang digunakan untuk user 34 memasukkan atau memilih asal negara Maid. 2. Religion Religion merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih agama Maid. 3. Marital Status Marital Status merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih status pernikahan Maid. 4. Education Education merupakan input non-Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan atau memilih pendidikan terakhir Maid. ii. Input Fuzzy Spesifikasi Input Fuzzy merupakan kebutuhan input data pada sistem pendukung keputusan pemilihan Maid yang akan dilakukan perhitungan Fuzzy pada data-data yang telah diambil berdasarkan input non-Fuzzy. Pada penelitian ini, input Fuzzy disebut dengan Spesifikasi. Terdapat tiga input Fuzzy yang diterapkan pada empat tipe pekerjaan Maid yaitu care of infantchildren, care of elderly, care of disabled, dan general housework. Adapun tiga input Fuzzy tersebut adalah sebagai berikut : 1. Age Age merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan usia Maid. 2. Experience Experience merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan pengalaman kerja Maid pada tipe pekerjaan yang telah dipilih. 3. Skill Skill merupakan input Fuzzy pada sistem untuk user memasukkan kemampuan kerja Maid pada tipe pekerjaan yang telah dipilih.

b. Kebutuhan Output

Hasil akhir dari sistem ini adalah rekomendasi Maid berdasarkan kriteria dan spesifikasi Maid yang telah ditentukan oleh user. Perancangan sistem pendukung keputusan menggunakan logika Fuzzy, data bentuk flowchart terlihat pada Gambar 2. 35 Start Input Kriteria Maid non- fuzzy Validasi data Input Spesifikasi fuzzy ? Hasil rekomenda si tanpa perhitungan fuzzy Menghitung fungsi keanggotaan Menghitung firestrength Hasil rekomendasi berdasarkan Kriteria dan Spesifikasi no yes end Gambar 2. Proses Sistem Pendukung Keputusan Pada Gambar 2 dijelaskan bahwa setelah user melakukan input non-Fuzzy, tanpa input Fuzzy, sistem melakukan validasi data dan kemudian mengambil data dari database yang kemudian ditampilkan dalam hasil rekomendasi Maid tanpa perhitungan Fuzzy. Jika user melakukan input non-Fuzzy dan Fuzzy, sistem melakukan proses perhitungan fungsi keanggotaan dari setiap input Fuzzy dan data Maid yang telah diambil dari database. Proses selanjutnya adalah perhitungan firestrength dan kemudian ditampilkan sebagai hasil rekomendasi. Adapun rancangan kebutuhan pengguna sistem yang merupakan rancangan gambaran umum adalah sebagai berikut, sistem mempunyai dua pengguna, yaitu administrator dan user yang mempunyai hak akses masing-masing. Administrator dapat mengakses halaman web admin dan dapat melakukan penambahan, pengubahan edit serta penghapusan delete data pada database. Seorang administrator harus melakukan login terlebih dahulu untuk memasuki halaman web admin. Sedangkan user hanya dapat melihat view data dari database serta mengoperasikan sistem dengan memasukkan input kriteria. User dapat mengakses web utama tanpa harus melakukan login terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengakses layanan-layanan yang ada pada Sistem Informasi Maid Management, user harus melakukan register customer dan login terlebih dahulu. Output yang dihasilkan adalah beberapa rekomendasi Maid yang sesuai dengan kriteria yang telah dimasukkan oleh 36 user. Hasil yang diperoleh merupakan hasil akhir setelah data diproses dengan menggunakan Logika Fuzzy. 3 Evaluasi Prototyping Tahap pengujian adalah tahap dimana dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang telah dibuat. Pengujian dilakukan dengan kuisioner untuk uji efektifitas sistem dan black box testing untuk menganalisa fungsi sistem. Jika masih terdapat beberapa perubahan yang berhubungan dengan kebutuhan pada aplikasi maka akan diperbaiki lagi yang diawali dengan tahap pengumpulan kebutuhan sesuai dengan yang diperlukan saja. Jika aplikasi yang dibuat sudah bisa memenuhi, maka proses-proses pada model ini selesai. 3. Kesimpulan Pada tahap ini dilakukan perumusan kesimpulan berdasarkan latar belakang masalah dan hasil dari implementasi sistem pendukung keputusan pada sistem informasi Prestige Maid management. Kesimpulan juga berdasarkan analisa sistem informasi Prestige Maid terhadap pengujian sistem yang dilakukan menggunakan black box testing dan uji efektifitas sistem dengan kuisioner yang diberikan kepada pelanggan Prestige Maid. Selain itu, diberikan saran untuk sistem pendukung keputusan yang lebih valid pada pengembangan selanjutnya. Sistem Informasi Maid Management yang telah dirancang terdapat dua halaman utama, yaitu web admin dan web utama. Gambar 3. Halaman Dashboard Web Admin Gambar 3 menunjukkan halaman dashboard pada web admin. Pada web admin, seorang administrator dapat melakukan berbagai aktivitas untuk mengelola data-data yang digunakan pada sistem informasi ini. Pada master data, admin dapat menambah, mengubah maupun menghapus data Country dan Religion. Pada maid management, admin dapat menambah, mengubah data maid mulai dari profil maid, riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan sampai dengan kemampuan maid. Pada employer management, admin dapat menambah, mengubah serta menghapus data employer. Pada request, admin dapat melihat, mengubah status request serta menghapus request yang telah dimasukkan oleh employer. Pada halaman enquiry, admin dapat melihat, mengubah status enquiry serta menghapus enquiry yang telah dimasukkan oleh employer. Pada news, admin dapat memasukkan, mengubah serta menghapus berita yang ditampilkan pada halaman web utama. Pada users, admin dapat menambah, mengubah serta 37 menghapus data admin yang dapat mengelola sistem informasi tersebut. Halaman utama Sistem Informasi Maid Management terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Halaman Utama Sistem Informasi Pretige Maid Dari halaman utama, user yang belum terdaftar sebagai employer hanya dapat mengakses halaman maid list dan news dan employer registration serta melakukan pencarian maid sesuai kriteria yang diinginkan. Jika sudah terdaftar sebagai employer, user dapat login ke sistem informasi dan dapat mengakses menu services. Pada halaman SPK, user dapat memasukkan kriteria maid sesuai yang diharapkan. Terdapat empat kriteria non-Fuzzy yaitu Country, Religion, Marital Status, dan Education. Kriteria dan spesifikasi akan diproses sistem untuk menghasilkan rekomendasi maid. Misal di dimasukan kriteria Maid yaitu Indonesia pada Country, muslim pada Religion, married pada Marital Status, dan high school pada Education. Maka sistem akan mengambil data dari database berdasarkan masukan tersebut. Gambar 5 menunjukkan hasil pencarian tanpa memasukkan kriteria Fuzzy. Gambar 5. Hasil Pencarian Maid Tanpa Spesifikasi Input Fuzzy 38 Pada Gambar 5 terlihat semua data yang sesuai dengan kriteria input non-Fuzzy ditampilkan tanpa ada spesifikasi maid. Spesifikasi Fuzzy pada sistem ini adalah age, experience,dan skill. Penilaian experience ditentukan dari lamanya Maid bekerja pada tipe pekerjaan tersebut. Sedangkan penilaian skill ditentukan dari hasil wawancara maid baik oleh Singapore EA maupun EAtraining centre independen. Untuk melakukan proses perhitungan Fuzzy maka harus dimasukkan Spesifikasi atau input Fuzzy. Gambar 6 menunjukkan masukan Fuzzy pada Spesifikasi. Gambar 6. Contoh Masukan Fuzzy Pada Form Spesifikasi Pada Gambar 6 terlihat bahwa telah dimasukkan young pada spesifikasi Age, Novice dan good pada tipe pekerjaan care of infants childern, pada tipe pekerjaan care of elderly telah di masukan spesifikasi intermediate dan expert, sedangkan pada tipe pekerjaan care of disable dimasukan spesifikasi intermediate dan good, dan untuk tipe pekerjaan general housework dimasukan spesifikasi novice dan good untuk melengkapi masukan Kriteria seperti yang telah di input kan pada Gambar 5, maka hasil rekomendasi akan seperti yang terlihat pada Gambar 7. 39 Gambar 7. Hasil Pencarian Berdasarkan Kriteria dan Spesifikasi Input Fuzzy dan Non- Fuzzy Pada Gambar 5 dan Gambar 7 terlihat perbedaan hasil pencarian yang hanya berdasarkan masukan non-Fuzzy Kriteria dengan gabungan masukan non-Fuzzy Kriteria dan Fuzzy Spesifikasi. Pada Gambar 5 terlihat bahwa hasil pencarian belum dispesifikasikan berdasarkan umur, experience serta skill setiap maid pada tipe pekerjaan yang dipilih. Sedangkan pada Gambar 7 terlihat bahwa rekomendasi maid yang ditampilkan selain berdasarkan kriteria yang dipilih user, juga berdasarkan spesifikasi yang dimasukkan user dengan urutan nilai firestrength sebagai prioritas rekomendasi. Jadi hasil rekomendasi yang ditampilkan pada Gambar 7, dua maid paling atas adalah maid yang memiliki nilai rekomendasi firestrength dua tertinggi. Adapun pemrosesan Fuzzy yang terjadi pada sistem dilakukan dengan menggunakan masukan user yang berupa Kriteria untuk mengambil data pada database. Sedangkan masukan user yang berupa input Fuzzy Spesifikasi yang terdiri dari age, experience, dan skill akan diproses oleh sistem dengan terlebih dahulu mengambil data keanggotaan dari tabel membership. Data nilai keanggotaan tiap himpunan Fuzzy dari semua variabel tersebut akan disimpan pada array. Kemudian sistem akan melakukan perhitungan derajat keanggotaan pada masukan user, dan hasil perhitungan akan disimpan pada miu_maid_temp. Derajat keanggotaan yang telah disimpan akan diproses dengan menggunakan operasi logika OR untuk didapatkan nilai firestrength yaitu dengan mengambil nilai tertinggi dari derajat keanggotaan tiap variabel. Nilai firestrength dari setiap maid inilah yang merupakan dasar bagi prioritas rekomendasi pemilihan maid. 3. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang masalah mengenai kebutuhan masyarakat Singapura akan rekomendasi maid yang tepat dan sesuai kriteria yang diharapkan, dihasilkan sebuah sistem pendukung keputusan pada sistem informasi maid management Prestige Maid menggunakan logika Fuzzy. Sistem pendukung keputusan tersebut dapat menangani indikator Fuzzy maupun non-Fuzzy. Dan melalui pengujian black box serta uji efektifitas, disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan pemilihan maid dapat memberikan rekomendasi sesuai dengan kriteria yang dimasukkan employer. Saran untuk sistem 40 pendukung keputusan Prestige Maid pada penelitian yang akan datang sistem dapat dikembagkan dengan menambahkan kriteria Fuzzy seperti medical history maid, language abilities, dan spesifikasi skill lainnya. Daftar Pustaka 1. http:rri.co.idindex.phpberita2889BNP2TKI-Ancam-Cabut-Izin-Pengiriman-TKI-ke- Singapura.UjCsoX_Qy0h diakses tanggal 10 september 2013 2. Huda, Nurul Evani, 2004. Model-Model Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web. Universitas Sriwijaya. 3. www.prestigeMaid.com diakses pada tanggal 12 Agustus 2013 4. Subakti, Irfan, 2002. Buku Panduan Sistem Pendukung Keputusan. is.itssby.edusubjectsdssBuku_Panduan_SPK.pdf. diakses tanggal 27 Mei 2013 5. Irwan, Deddy. 2008. Implementasi Fuzzy Query Pada Database Untuk Perekomendasian Beasiswa. http:repository.usu.ac.idbitstream12345678911888109E00028.pdf. diakses tanggal 1 Juli 2013 6. Pressman, S, Roger, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak : Pendekatan Praktis Buku Satu, Yogyakarta : Andi 7. Eliyani, Utomo Pujianto Didin Rosyadi, 2009, Decision Support System Untuk Pembelian Mobil Menggunakan Fuzzy Database Model Tahani, http:journal.uii.ac.idindex.phpSnatiarticleviewFile12421042. diakses tanggal 5 Mei 2013 8. Setiawan, dkk, 2007. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan SPK Untuk Menentukan Kelaiklautan Kapal. http:digilib.its.ac.idpublicITS-Master-10163- Paper.pdf diakses tanggal 10 september 2013 9. Kusumadewi, Sri, Hari Purnomo, 2004, Aplikasi Logika Fuzzy untuk Mendukung Keputusan, Yogyakarta : Graha Ilmu. 10. www.aeas.org.sg. diakses tanggal 5 April 2013 11. http:www.investor.co.idhomebnp2tki-peluang-kerja-di-singapura-terbuka16758 diakses tanggal 6 April 2013 12. Ayuliana. 2009. Testing dan Implementasi. http:www.gunadarma.ac.id. diakses tanggal 22 Juli 2013 41 Maraknya Transaksi Bisnis Prostitusi Melalui Media Sosial Human Trafficking In Social Media Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Aris Martono 1 , Nurlaila Suci Rahayu Rais 2 , Albert Yusuf Dien 3 1 STMIK RAHARJA, TANGERANG , aris.martonoraharja.info 2 AMIK RAHARJA INFORMATIKA, TANGERANG, nurlailaraharja.info 3 UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF, TANGERANG, albertraharja.info ABSTRACT Online media is one type of social media that is up-to-date at this time, not just a means to make friends and exchange information, but also as a tool to interact in business transactions, services or sources of socialization, even used as a tool to conduct illicit activities, as the rampant online prostitution business transactions today. The more spread of prostitution through the internet, the commercial sex workers PSK using social media as a way to peddle herself or himsef in attracting clients. The results of this study outline why they chose prostitution as a shortcut, the implications of prostitution in the social media community, who is behind prostitution in social media, how they work and to whom are sold. This research uses library research and field research. Primary data was obtained directly from the respondents in research locations. While the secondary data obtained from the books, the laws relevant to the subject matter, electronic media or the internet, processing and analysis of similar studies that have been published in various media. The technique data collected through direct observation to the field, conduct interviews, either directly or via phone which is based on a list of questions to obtain accurate information. Location of the research carried out in Bandung and Tangerang, particularly in South Tangerang. This study was conducted for 1 one year with activities such as preparation of proposals, data collection, research field 1 and field 2 and the preparation of reports. The negative impact of the presence of prostitution in social media is the moral degradation of society, undermine the moral of teenagers that are still very unstable, has the potential spread of HIV AIDS and sex diseases, potentially damaging domestic harmony, and so on. The rise of online prostitution can not be separated from the role of procurers, and admin-website as an online media service provider, so that society as a massive social deviation. Keywords: Business Transactions Prostitution, social media online and off-line, the Crime of Trafficking in Persons. PENDAHULUAN Pengertian masyarakat kota urban community lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian masyarakat perkotaan tidak lagi pada kebutuhan primer saja, tetapi mereka sudah memandang kebutuhan hidup yang lebih luas lagi, yang mempengaruhi pandangan akan tingkat kedudukan sosial mereka, bahkan masyarakat kota memandang pakaian yang dipakai pun merupakan perwujudan dari kedudukan sosial si pemakainya. Permasalahan lain, orang kota memiliki pola hidup individual, rasional, dan lebih mementingkan emosional, karena mereka terbiasa hidup mandiri, dan ini tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, dimana mereka meskipun bertetangga, tetapi tidak saling mengenal. Namun demikian mereka bersifat netral dan pandangan hidupnya lebih bersifat universal. Kerasnya kehidupan yang penuh persaingan dan tantangan, membuat mereka harus berjuang agar bisa hidup survive di kota. Pesatnya perkembangan teknologi membuat masyarakat perkotaan semakin maju dan modern. Gerak langkah masyarakat kota di era global ini sangat aktif, dalam 42 arti selalu mobile dari satu tempat ke tempat yang lain, kapanpun dia mau. Teknologi yang canggih memunculkan tumbuhnya media-media online yang dapat digunakan masyarakat untuk mempermudah cara berkomunikasi. Fenomena seperti tersebut diatas telah dimanfaatkan oleh pebisnis yang mampu memikat perhatian para remaja sebagai pemakai user produk teknologi canggih seperti handphone yang terus mengalami perkembangan, dengan pengoperasiannya semakin praktis, dilengkapi dengan berbagai feature yang bisa langsung terhubung dengan internet, sehingga pengaksesan informasi berjalan cepat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Hal ini membuat masyarakat kota terbiasa dengan pola hidup yang konsumtif. Kini, masyarakat lebih memilih mengakses media online untuk mengetahui berita perkembangan terbaru. Media online turut mempermudah akses informasi itu dengan memanfaatkan sosial media seperti Twitter dan Facebook sebagai sarana untuk menyebarluaskan berita terbaru. Menggunakan media sosial online sudah menjadi trend gaya hidup masyarakat kota. Media yang seharusnya dimanfaatkan untuk mencari informasi yang bermanfaat, namun kenyataannya, semakin canggih teknologi, ditambah dengan godaan gaya hidup glamour, serta rendahnya tingkat pendidikan, nampaknya pemanfaatan media sosial ini justru sebaliknya, bahkan telah memicu adanya penyimpangan sosial. Sebagai tolok ukur menyimpang atau tidaknya suatu perilaku ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Setiap tindakan yang menyimpang harus ditolak. Perilaku menyimpang yang ada dalam masyarakat dalam penelitian ini difokuskan pada hubungan seksual di luar nikah yang disebut prostitusi. Penyimpangan seksual artinya hubungan seksual atau hubungan kelamin yang dilakukan oleh pria dengan wanita di luar pernikahan yang sah. Namun yang menjadi permasalahan, bagaimana bila ada penyimpangan sosial yang bersifat mengganggu pisikologis remaja maupun sebagian masyarakat dewasa yang ingin mendapatkan segalanya dalam waktu yang singkat atau yang serba instan. Penyimpangan yang mengedepankan masalah materi ini biasanya merupakan jenis penyimpangan perdagangan orang atau dikenal dengan istilah menjual diri, baik itu dilakukan oleh dirinya sendiri maupun terorganisir dalam kelompok sindikat pelacuran. Maraknya kasus penjualan gadis di bawah umur, gadis-gadis menjual dirinya untuk ekonomi keluarga, mengeksploitasi gadis di bawah umur, menjadi pilihan-pilihan demi memenuhi ambisi mereka sebagai tuntutan hidup yang glamour di kota. Perdagangan seks atau perbudakan adalah eksploitasi perempuan dan anak-anak dalam skala nasional atau internasional, untuk tujuan kerja paksa seks. Media sosial kini marak digunakan sebagai sarana yang mudah dan efisien untuk memenuhi target dalam melakukan transaksi bisnis prostitusi. Semakin merebaknya pelacuran melalui internet, kini para wanita lelaki pekerja seks komersial PSK menggunakan media sosial untuk menjajakan dirinya dalam menjaring klien. Lewat beberapa media sosial seperti facebook dan twitter atau situs online dating, para PSK ini biasanya sengaja memasang dalam akunnya foto-foto vulgar yang seronok bahkan dalam pose setengah telanjang. Tidak ketinggalan para germo pun juga membuka lapak di media sosial untuk menjajakan para anak-anak asuhnya. Melalui media sosial dengan vulgar tubuh para penjaja seks diekspose habis-habisan tanpa menghiraukan norma kesusilaan. Fenomena seperti ini sudah menjadi pemandangan yang biasa manakala gambarvideo porno tersebut tiba-tiba muncul dengan sendirinya, sehingga menggangu pengguna media sosial yang sebetulnya tidak berniat untuk melihatnya. Pengoperasiannya dimulai oleh para germo yang membuka akun jejaring sosial kemudian memasang foto-foto para wanita laki-laki yang diperdagangkannya. Selanjut- nya sang germo memasang nomor HP dan email, dengan maksud bila ada lelaki hidung belang atau wanita kesepian yang tertarik supaya menghubungi nomor atau email tersebut. Setelah terjadi kesepakatan harga, selanjutnya germo mengantar wanitalaki- 43 laki yang dipesan ke tempat si pemesan. Ini kelihatanya sulit terjamah hukum, tetapi pelanggaran hukum kegiatan seks komersial lewat internet tetap melanggar hukum. 2. KAJIAN LITERATUR Kebutuhan seksual adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Demi memenuhi hasrat tersebut, manusia tidak serta merta melakukan kegiatan seksual tanpa melihat norma-norma yang ada dalam masyarakat, dimana kegiatan seksual harus dilakukan sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh setiap warga negara Indonesia. Karena agama yang akan mengatur kapan seseorang dapat melakukan pernikahan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, untuk selanjutnya memiliki keturunan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam masyarakat. Melihat masalah seksual yang demikian sakralnya, maka masyarakat Indonesia yang religius akan memandang seks bebas sebagai perbuatan yang nista dan hina, mereka akan mengutuk dan bereaksi keras terhadap keberadaan pelacuran praktek prostitusi dengan alasan apapun. Pengertian prostitusi yaitu ―suatu perbuatan dimana seseorang menyerahkan dirinya berhubungan kelamin dengan mengharapkan imbalan berupa uang atau bentuk lainnya‖ [4]. Pelacuran bahkan sudah ada sejak jaman Mesir Kuno, dan telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Di Indonesia, bentuk industri seks yang lebih terorganisasi berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda {Hull; 1997:3 dalam Alfian2013}. Kondisi ini terlihat dengan adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuh-an seks masyarakat Eropa. Umumnya, aktivitas ini berkembang di daerah-daerah sekitar pelabuhan di Nusantara. Pemuasan seks untuk para serdadu, pedagang, dan para utusan menjadi isu utama dalam pembentukan budaya asing yang masuk ke Nusantara. [1]. Hull 1997 dalam Alfian2013 menyatakan bahwa adanya perkembangan pelacuran di Indonesia dari masa ke masa, dimulai dari masa kerajaan- kerajaan di Jawa, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan.[11] Koentjoro 1989:3 dalam Alfian2013 mengidentifikasi 11 kabupaten di Jawa yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan; dan sampai sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai sumber wanita pelacur untuk daerah kota, seperti Kabupaten Indramayu, Karawang, dan Kuningan di Jawa Barat; Pati, Jepara, Grobogan dan Wonogiri di Jawa Tengah; serta Blitar, Malang, Banyuwangi dan Lamongan di Jawa Timur. Kecamatan Gabus Wetan di Indramayu terkenal sebagai sumber pelacur; dan menurut sejarah daerah ini merupakan salah satu sumber perempuan muda untuk dikirim ke istana Sultan Cirebon sebagai selir. {Hull, at al.; 1997:2 dalam Alfian2013}. Prostitusi yang terorganisir dengan baik merupakan wujud dari perdagangan perempuan dan ini jelas sekali melanggar hak asasi manusia HAM. Konsep perdagangan perempuan melibatkan korban yang dijadikan sebagai obyek perdagangan terutama yang berkaitan dengan eksploitasi seksual yang meliputi segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan. [12] Munculnya perdagangan manusia dipicu oleh adanya permintaan global atas tenaga kerja yang murah, mudah didapatkan, dan ilegal. Biasanya permintaan tenaga kerja seperti ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan skill tertentu seperti pelayan rumah tangga yang terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa. Seringkali mereka juga menjadi korban penipuan yang semula dijanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji besar, ternyata dipekerjakan sebagai pelacur. Pasal 1 ayat 1 UU No. 212007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang memberi penjelasan bahwa ‖Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, 44 penjeratan uang atau memberikan bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.‖ Dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa “Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Secara hukum Bangsa Indonesia menyatakan bahwa perbudakan atau penghambaan merupakan kejahatan terhadap kemerdekaan orang yang diancam dengan pidana penjara berkisar antara lima tahun sampai dengan lima belas tahun Pasal 324-337 KUHP. Jumlah website yang menyediakan konten pornografi meningkat hingga 70 persen pada 2009[2]. Pornografi juga masih menjadi kon-sumsi tertinggi bagi para pengakses internet. Bahkan, 12 persen situs di dunia mengandung pornografi. Beberapa akun jejaring sosial, termasuk facebook. Setiap harinya sebanyak 266 situs porno baru muncul dan diperkirakan ada 372 juta halaman website pornografi, Sebanyak 25 persen pengguna memanfaatkan search engine untuk mencari halaman pornografi. menimbulkan kendala bagi Kementerian Kominfo melakukan pemantau-an dan pemblokiran terhadap situs-situs porno. [2] Pemerintah mengatur masalah pelacur-an dalam dua pasal, yaitu Pasal 296 dan Pasal 506. Pasal 296 KUHP mengatakan : Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah. Mucikari dapat dijerat dengan Pasal 506 KUHP yang mengatakan : Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun. Pemerintah mengeluarkan undang-undang pemberantasan tindak pidana per- dagangan orang, termasuk didalamnya yaitu mengenai prostitusi, UU No. 212007 tentang Perdagangan Manusia Human Trafficking. Perdagangan orang, Pasal 1 ayat 1 UU No. 212007: Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penam-pungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculi-an, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Tindakan kejahatan prostitusi yang melibatkan anak dapat diterapkan UU No. 23 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 88 UU Perlindungan Anak eksploitasi seksual anak, menyangkut pelacur PSK yang belum dewasa, ancaman pidananya menurut UU Perlindungan Anak adalah Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun danatau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. Anak adalah mereka yang berumur di bawah delapan belas tahun. Pasal 287 KUHP menyatakan bahwa Barang siapa yang bersetubuh dengan seorang wanita di luar pernikahan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya lima belas tahun, atau kalau tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Apabila persetubuhan itu menimbul-kan luka-luka atau kematian, maka sipelaku dijatuhkan hukuman penjara lima belas tahun, sebagaimana ditetapakan dalam Pasal 291 KUHP ayat 2. Namun dengan keluarnya UU No. 232002 serta UU No. 212007, maka batas umur dalam Pasal 287 KUHP harus ditafsir dengan didasarkan pada undang-undang yang baru, yaitu di bawah umur delapan belas tahun penafsiran sistematik.[8] Melihat fenomena maraknya praktik prostitusi di media sosial, diperlukan peran polisi dalam upaya penegakkan hukum. Selain undang-undang tersebut, pemerintah 45 masih memiliki UU No. 112008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE, yang diharapkan mampu menjadi dasar hukum untuk menjerat pelanggaran hukum via internet. Pelaku dapat dijerat Pasal 27 ayat 1 UU ITE jo Pasal 45 ayat 1 UU ITE. Pasal 27 ayat 1 UU ITE berbunyi: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, dan Pasal 45 ayat 1 UU ITE yang menyangkut ketentuan pidananya berbunyi : Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2, ayat 3, atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum normatif yang menggunakan data primer dan sekunder ini merupakan jenis penelitian lapangan field research. Data primer diperoleh langsung dari responden di lokasi penelitian. Sumber data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan yaitu dari buku, undang-undang yang relevan, media internet, dan pengolahan dan analisis dari penelitian sejenis yang sudah dipublikasikan di berbagai media. Teknik Pengumpulan data dilakukan langsung ke lapangan, dengan wawancara via telpon dan menyebarkan kuesioner, mangacu pada daftar pertanyaan untuk memperoleh informasi yang akurat. Melakukan observasi di lapangan dengan meneliti perkembangan media sosial yang digunakan untuk kegiatan prostitusi tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1 di bawah ini.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUHP mengatur pasal-pasal yang berkaitan dengan pelacuran, yaitu Pasal 296 dan Pasal 506, namun kedua pasal tersebut tidak menjerat pelaku pelacuran, tapi hanya menjerat mucikarinya saja, karena KUHP mengkategorikan prostitusi sebagai suatu delik terhadap perantaranya, artinya hanya menjerat germonya saja bukan PSK nya. Akibat tidak tersentuh hukum, para PSK terus melakukan kegiatannya. PSK tidak jera, karena apabila PSK menjual dirinya sendiri tanpa mucikari, maka otomatis Polisi sebagai salah satu aparat penegak hukum tidak mempunyai wewenang untuk menindak. Pemerintah juga berupaya mencegah dan menanggulangi tindak pidana prostitusi melalui media online di luar jalur hukum pidana dengan melalui pendekatan teknologi, sosial budaya dan kemasyarakatan, dengan cara meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak-anak gadisnya, agar tidak tertipu sindikat perdagangan manusia. Diperlukan pula adanya kerjasama internasional, memperketat pengawasan kepada penyedia jasa internet dan pemilik website atau admin-website yang berperan dalam penyedia jasa online, seperti mewujudkan domain dan konten-konten iklan-iklan online prostitution, dsb.nya. Selain itu, pemerintah juga mengatur undang-undang untuk menjerat para pelaku penyimpangan seksual, diantaranya: UU No. 21 Tahun 2007 tentang Perdagangan Manusia Human Trafficking[8], dan biasanya berkaitan dengan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE. Pasal 27 ayat 1 UU ITE yang berbunyi: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki Survei Data primer : Field research Data sekunder : -kepustakaan -buku -internet -jurnal Analisis: Hukum normatif Menyusun laporan Menyusun laporan akhir Gambar 1. Metode Penelitian Hukum 46 muatan yang melanggar kesusilaan, dan Pasal 45 ayat 1 UU ITE, yang menyangkut ketentuan pidananya yaitu berbunyi : Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2, ayat 3, atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. UU ITE diharapkan dapat menjerat para admin-website yang berurusan dengan polisi, akibat bekerjanya kurang hati-hati, sehingga polisi mengetahui kegiatan dalam memuluskan transaksi seks para PSK. Apabila dalam operasinya mereka tertangkap polisi, maka dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat 1 UU ITE jo Pasal 45 ayat 1 UU ITE, sebagaimana diancam pidana yang dijelaskan diatas.[9] Berikut ini beberapa faktor yang melatar-belakangi mereka memilih prostitusi sebagai jalan pintas permasalahan, diantaranya: a. Faktor Ekonomi: merujuk pada masalah kemiskinan dan ini menjadi alasan yang sangat klasik sebagai penyebab banyak keluarga merencakanan strategi penopang kehidupan mereka dengan memperkerja-kan anak gadisnya karena jeratan hutang. b. Faktor Moral dan Akhlak: degradasi moral atau kemerosotankerusakan moral masa kini banyak dipengaruhi oleh dampak negatif globalisasi teknologi. Berkembangnya pornografi secara liar berpotensi memudarnya kualitas keimanan seseorang, terutama bagi remaja masa kini. c. Faktor Malas: Keinginan untuk memper-oleh materi dengan cepat, semua keingin- nya dilakukan serba instan, mudah dan enak tanpa harus kerja keras, demi mengejar standar hidup yang lebih tinggi. d. Faktor Sosial Budaya: seperti ajakan teman-temannya yang sudah terlebih dahulu berprofesi sebagai pelacur, ini sangat mempengaruhi masyarakat yang sarat dengan godaan-godaan kehidupan glamour di kota; pentingnya pengawasan orang tua karean anak-anak rentan terhadap perdagangan orang human trafficking. e. Faktor Yuridis: tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran dan melarang terhadap orang-orang yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan atau diluar pernikahan. f. Faktor Psikologis: ini bisa disebabkan karena keluarga yang tidak harmonis; anak- anak broken home; mengalami trauma pernah diperkosa atau pelecehan seksual; adanya pengalaman traumatis mengakibatkan rasa ingin balas dendam yang pada akhirnya terjun ke dunia hitam. g. Faktor Biologis: nafsu seks yang tidak terkendali dan selalu tidak merasa puas dalam berhubungan suamiisteri. h. Faktor Globalisasi Teknologi: Penyalah-gunaan kemudahan dalam globalisasi teknologi informasi dan komunikasi, secara tidak disadari telah dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seksual yang melibatkan kegiatan prostitusi. Implikasi prostitusi di media sosial pada masyarakat dan remaja kini, dapat diperinci sebagai berikut: 1. Degradasi Moral Masyarakat: masyarakat sudah mengabaikan masalah moral dan tidak mentaati lagi ajaran-ajaran agama yang mereka anut; kalangan remaja yang kurang mendapat bekal agama serta kurang mempertimbangkan akibat-akibat negatif penyimpangan seksual, bisa terpengaruh oleh sajian media massa yang merangsang pertumbuhan seksual remaja. 2. Merusak Ahlak Anak Dan Remaja: maraknya online prostitution membuat menjamurnya iklan pornografi. Implikasi kedepan, negara ini akan hancur apabila generasi muda sebagai calon-calon pemimpin bangsa ini sudah dirusak moral dan akhlaknya sejak dini. 3. Berpotensi Menyebarkan Penyakit Kelamin: penularan penyakit kelamin. Penularan penyakit ini akan sangat membahayakan suami istri dan dapat mengancam keselamatan anak yang dilahirkannya. 47

5. KESIMPULAN

Prostitusi sebagai jalan pintas permasalahan masyarakat karena alasan faktor ekonomikemiskinan, faktor keme-rosotan moralakhlak masyarakat, faktor pengaruh pergaulan, faktor tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, faktor psikologi seperti akibat anak-anak broken home, faktor biologis yaitu nafsu seks yang tidak terkendali, dan faktor globalisasi teknologi. Dampak negatif keberadaan prostitusi di media sosial seperti degradasi moral masyarakat, merusak ahlak remaja yang masih sangat labil, berpotensi tersebarnya HIVAIDS dan penyakit kelamin, serta merusak keharmonisan rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA 1. Alfian, Rio, Konstruksi Sosial Masyarakat Di Lingkungan Pemakaman Kembang Kuning Surabaya Terhadap Aktivitas Prostitusi Di Area Makam, journal.unair.ac.id , diakses tgl. 25 Nopember 2013. 3. Puspitosari, Hervina, Upaya Penanggulangan Prostitusi Online Internet Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE, Jurnal Komunikasi Massa Vol 3 No. 1 Januari 2010. 4. Harian Jurnal Asia, Media Transformasi Sukses, Jumat, 14 Maret 2014, jam 12:03:50, Polisi Bongkar Prostitusi Lewat FB, Jakarta, Jurnal Asia, diakses tgl.15 Mei 2014. 5. Alam, A. S., Pelacuran dan Pemerasan; Studi Sosiologis Tentang Eksploitsi Manusia Oleh Manusia, Alumni, Bandung, 1984. 6. Poerwodarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984. 7. Webster Universal Dictionary 8. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. 10. Komunitas Pecinta Sejarah Blambangan KOSEBA, sejarahblambangan.blogspot.com... - - - - - ,diakses tgl.1Desember 2013. 11. - - , diakses tgl. 5 Desember 2013 12. Hukum.kompasiana. com ... memposisikan-tindak-pida ..., diakses tgl. 15 Mei 2014 13. Arbi sumandoyo, Pramirvan Datu Aprillatu, Pelacuran di internet 2, Bersolo karier lewat media sosial, merdeka.com, 20 Januari 2014, at 07:28, diakses tgl.25 Mei 2014. 14. www.reskrimsus. metro.polri.go.id...Bisnis Prostitusi Online Diungkap PolisiPolda Metro Jaya, diakses tgl.5 Juni 2014 15. Mei Amelia R, Kamis, 13032014 16:51 WIB, Polisi Bongkar Prostitusi Lewat Akun Facebook, Papi Germo Diciduk, detikNews, diakses tgl.15 Mei 2014 16. Amin Widodo, walikota surabaya - Google Groups: https:groups.google.comdtopic...Vu7fJ64FWmw - Feb 12, 2014 - walikota surabaya. ... Wawancara Ibu Walikota sangat inspiratif, diakses tgl.20 Mei 2014 48 Desain Simulasi Penjaga Ketinggian Quadcopter Menggunakan T2- Fuzzy Logic Sebagai Sistem Kontrol Cornelius Kristanto 1 , Yohanes Gunawan Yusuf 2 , Hendi Wicaksono 3 Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, 1 cornelelektrogmail.com, 2 yohanesgunawanstaff.ubaya.ac.id, 3 hendiubaya.ac.id ABSTRAK Di era modern ini, banyak model pesawat tanpa awak yang telah dikembangkan. Salah satu model yang sedang dikembangkan adalah QuadCopter. QuadCopter memiliki keunggulan pada saat take off dan landing, yaitu VTOL Vertical Take Off and Landing. Terdapat 3 macam gerakan rotasi yang dimiliki oleh QuadCopter yaitu gerakan pitch rotasi pada sumbu x, gerakan roll rotasi pada sumbu z, dan gerakan yaw rotasi pada sumbu y. QuadCopter memerlukan sebuah kontroler untuk mengatur kecepatan dari masing-masing rotor yang dimiliki agar dapat terbang dan melakukan beberapa gerakan yang dimiliki oleh QuadCopter. Board kontroler KK2.0 merupakan kontroler terbang dengan fitur yang berguna untuk memudahkan pengguna untuk mengontrol QuadCopter. Akan tetapi fitur penjaga ketinggian tidak ada pada board kontroler KK2.0. Fitur penjaga ketinggian ini akan disediakan oleh board YoHe v1.3 dengan basis T2-Fuzzy Logic Controller. Pada paper ini mempresentasikan desain T2-Fuzzy yang akan digunakan beserta dengan simulasi. Analisa hasil dari kontroler berbasis T2-Fuzzy Logic akan dipresentasikan di lain kesempatan. Kata kunci: Penjaga Ketinggian, T2-Fuzzy Controller, QuadCopter, Board YoHe v1.3. 1. Pendahuluan Pesawat tanpa awak memiliki banyak model yang sekarang ini sedang marak dikembangkan. QuadCopter merupakan salah satu model dari pesawat tanpa awak. Seperti namanya, QuadCopter memiliki 4 buah motor dimana masing-masing motor menggerak sebuah baling-baling propeller. Prinsip kerja 4 buah motor ini memiliki keunggulan yaitu kemampuan Vertical Take Off and Landing VTOL. Prinsip terbang VTOL memiliki keunggulan lebih banyak dari prinsip terbang lainnya Bouabdallah, Murrieri, Siegwart, 2004. Alasan QuadCopter digolongkan sebagai pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle UAV karena QuadCopter tidak memerlukan pilot untuk menerbangkan Salih Moghavvemi, 2010. QuadCopter memiliki sebuah kontroler yang berfungsi untuk mengatur kecepatan dari masing-masing motor yang dimiliki. Kontroler yang sering dipakai saat ini adalah board KK2.0. Board KK2.0 memiliki fitur untuk menyetabilkan QuadCopter sejajar dengan bidang datar setelah QuadCopter melakukan sebuah gerakan. Board KK2.0 juga dilengkapi oleh sebuah fitur lain yaitu parameter-parameter kontrol PID yang berfungsi untuk menyetabilkan gerakan terbang dari QuadCopter. Akan tetapi, Board KK2.0 tidak memiliki fitur penjaga ketinggian yang sering disebut altitude lock. Pada makalah ini mempresentasikan desain penjaga ketinggian altitude lock menggunakan sistem kotrol berbasis T2-Fuzzy Logic. Sistem kontrol berbasis T2-Fuzzy ini disajikan dalam bentuk perhitungan dan simulasi. Penulisan makalah ini disusun dalam 4 sub pembahasan, yaitu teori T2-Fuzzy, desain T2-Fuzzy Logic yang digunakan, simulasi dan perhitungan dari T2-Fuzzy, dan simpulan. 2. Teori T2-Fuzzy Struktur T2-Fuzzy dapat dilihat pada Gambar 13. Bagian pertama dari desain T2-Fuzzy adalah fuzzifier. Pada fuzzifier dilakukan proses fuzzification yang akan mengubah nilai crisp input atau nilai real menjadi T2-fuzzy sets. T2-Fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 14. T2-Fuzzy memerlukan input minimal sebanyak 2, karena dasar dari perhitungan T2- Fuzzy adalah membandingkan input. Berikutnya mencari nilai UMF dan LMF dari masing- masing Input Membership Function. Persamaan yang digunakan adalah jarak antara titik 49 awal segitiga ke input dibagi dengan jarak antara titik awal segitiga ke titik puncak segitiga. Gambar 13. Struktur T2-Fuzzy Logic Wicaksono, 2001 Gambar 14. Grafik Membership Function T2-Fuzzy Bagian kedua dari desain T2-Fuzzy adalah Inference dan rule base. Pada bagian ini output dari fuzzifier akan dimasukkan kedalam tabel rule dan diambil nilai Minimal dari input 1 dan 2 untuk masing-masing tabel rule yang mewakili. Contoh tabel rule dapat dilihat pada Gambar 15. Setelah mecari nilai minimal dari output UMF dan LMF, dari nilai-nilai tersebut diambil nilai maksimal pada tiap membership labelnya. Gambar 15. Tabel T2-Fuzzy Gambar 16. Output Membership Function Coupland, 2008 Bagian terakhir adalah defuzzifier yang berfungsi merubah output T2-fuzzy sets menjadi output crips atau output real. Proses yang pertama kali dilakukan adalah type reducer yang berfungsi untuk output T2-fuzzy sets menjadi output fuzzy sets. Setelah itu barulah dilakukan proses defuzzification, yaitu merubah output fuzzy sets menjadi output crips. Proses ini diawali dengan menentukan daerah output fuzzy sets yang didapat dari nilai output inference dan rule base. Gambar Output Membership Function dapat dilihat pada Gambar 16. Berikutnya mencari luas dari daerah output fuzzy sets yang merupakan hasil akhir dari T2-Fuzzy sistem. 3. Desain T2-Fuzzy T2-Fuzzy memiliki beberapa model perhitungan. Pada paper ini, model T2-Fuzzy yang digunakan adalah Fast Geometric T2-Fuzzy. Fast Geometric T2-Fuzzy tidak memerlukan proses Type Reducer, karena sudah menjadi satu dengan proses defuzzifier. Proses defuzzifier ini merupakan proses untuk menghitung luas dari output T2-fuzzy sets. Proses penghitungan luas ini dibagi menjadi 5 yaitu bagian a, b, c, d, dan e. Pembagian perhitungan luas ini dapat dilihat pada Gambar 5. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membagi daerah output T2-fuzzy sets menjadi beberapa bagian, seperti pada perhitungan T1-fuzzy. Gambar 5. T2-Fuzzy Sets Membership Function Coupland, 2008 1 Coupland, 2008 Pada bagian a, output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 1. 50 2 Coupland, 2008 3 Coupland, 2008 Pada bagian b, output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Sama seperti bagian a, nilai dari secondary membership grade tidak selalu ―1‖. Nilai secondary membership grade bervariasi dari 0.1 hingga 1. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 2. Pada bagian c, nilai dari secondary membership grade akan selalu ―0‖. Berikutnya output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 3. 4 Coupland, 2008 5 Coupland, 2008 Pada bagian d isi array sama dengan bagian c, hanya saja nilai dari secondary membership grade akan selalu ―1‖. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan

4. Pada bagian e, nilai dari membership grade

akan selalu ―0‖ dan nilai dari secondary membership grade akan bervariasi dari 0.1 hingga 1. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 5. Setelah didapatkan nilai-nilai array dari masing-masing bagian, maka masing-masing nilai array tersebut akan dimasukkan ke dalam persamaan berikut : dan 6 Coupland, 2008 Setelah itu dicari centroid of a T2-fuzzy sets yang merupakan hasil akhir dari perhitungan T2-Fuzzy. Berikut adalah persamaan dari centroid dari T2-fuzzy sets : 7 Coupland, 2008 4. Simulasi dan Perhitungan T2-Fuzzy dapat didesain dengan 2 cara, yaitu menggunakan perhitungan manual atau menggunakan perhitungan simulasi. Pada bagian pertama yaitu fuzzifier, merubah input real menjadi T2-Fuzzy sets untuk UMF dan LMF. Sebagai contoh, T2-Fuzzy diberi input seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Persamaan yang digunakan adalah jarak antara titik awal segitiga ke input dibagi dengan jarak antara titik awal segitiga ke titik puncak segitiga. Gambar 6. Input Membership Function 1 Gambar 7. Input Membership Function 2 51 Diperoleh hasil sebagai berikut, hasil perhitungan manual dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perhitungan simulasi terdapat sebuah perbedaan yaitu adanya pembulatan dengan ketelitian 2 angka di belakang koma. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh besar. Tabel 1. Tabel UMF Input 1 dan Input 2 Tabel 2. Tabel LMF Input 1 dan Input 2 Gambar 8. Simulasi Perhitungan UMF dan LMF Bagian kedua dari T2-Fuzzy adalah Inference dan rule base. Tabel Rule yang digunakan dapat pada Tabel 3. Output dari proses fuzzifier dimasukkan ke dalam rule tabel yang terlihat pada Tabel 4 UMF dan Tabel 5 LMF. Setelah itu dicari nilai Minimal dari Tabel rule UMF dan LMF. Berikutnya dari hasil tersebut dicari nilai Maksimal, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 3. Tabel Rules Tabel 4. Tabel Rules UMF Tabel 5. Tabel Rules LMF Tabel 6. Tabel nilai Min dan Max dari UMF dan LMF Gambar 9. Simulasi Perhitungan Nilai Maksimal Gambar 10. Output T2-Fuzzy Sets Berikutnya membuat output T2-fuzzy sets dengan nilai maksimal dari UMF dan LMF yang didapat. Nilai UMF akan menjadi batas atas dari output T2-fuzzy sets dan LMF akan menjadi batas bawahnya. Output T2-fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 10. Setelah itu menentukan titik-titik pembagi untuk melakukan perhitungan selanjutnya. Tabel pembagian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Nilai Pembagi Output T2-Fuzzy Sets Pada bagian terakhir adalah proses defuzzifier, dimana output T2-fuzzy sets diubah menjadi output crisp atau output real. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat array dengan konfigurasi yang ada pada Subbab Desain T2-Fuzzy. Hasil array dapat dilihat pada Tabel 8. Berhubung data yang didapat cukup banyak, maka data yang disajikan hanya salah satu bagian yaitu bagian c. Sedangkan hasil perhitungan secara simulasi dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Berikutnya dari tabel tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan 6, sehingga didapatkan nilai dari Area Triangel dan nilai x C Triangle. Selanjutnya dari hasil persamaan tersebut dilakukan perhitungan 52 menggunakan persamaan 7. Hasil yang didapat dari persamaan 7 dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 13. Tabel 8. Tabel Output Triangel Bagian c x,y Tabel 9. Tabel Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy Gambar 11. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C X Gambar 12. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C Y Gambar 13. Gambar Simulasi dari Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy 5. Kesimpulan Dengan menggunakan program simulasi di atas, perhitungan T2-Fuzzy dapat dilakukan secara simulasi program dengan selisih perhitungan yang kecil. Perbedaan yang dikeluarkan hanya berkisar 0.01 tidak terlalu besar, sehingga program simulasi sudah layak untuk digunakan. Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., Siegwart, R. 2004. Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109ROBOT.2004.1302409 2. Wicaksono, H. 2010. Fast Geometric T2-Fuzzy Based Improved Lower Extremities Stimulation Response. 3. Salih, A., Moghavvemi, M. 2010. Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 523, 3660 –3667. Retrieved from http:www.researchgate.netpublication230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotorfiled912f511361f422fdd.pdf 4. Coupland, J. 2008. A Fast Geometric Method for Defuzzification of Type-2 Fuzzy Sets. 53 Pemanfaatan Lampu Ultraviolet Sebagai Pemercepat Pertumbuhan Tanaman Syafriyudin Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta dienakprind.ac.id Abstrak Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya matahari dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman, dalam penelitian ini tanaman yang di buat sebagai specimen penelitian adalah cabe, tomat, kecambahtauge, sawi, tanaman ini di sinari selama12 jam secara terus menerus dengan jarak tanaman terhadap lampu ± 70 – 120 cm dari ujung tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima oleh tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang di dapatkan bahwa tanaman yang terkena sinar ultraviolet yang berasal dari alat dapat tumbuh 1,5 kali lebih cepat jika di bandingkan dengan tanaman yang dikenakan dengan sinar matahari biasa. Kata kunci : ultraviolet, tanaman, pertumbuhan. Latar belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan merupakan tantangan yang harus mendapatkan prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan sumberdaya alam dan sosial budaya yang beragam, harus dipandang sebagai karunia Ilahi untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sektor pertanian merupakan suatu solusi utama dalam permasalahan ketahanan dan keamanan pangan, yang didalamnya adalah petani sebagai masyarakat pelaksana. Namun sering kali masyarakat petani gagal melakukan panen yang disebabkan oleh hama penyakit dan yang sangat mengacaukan usaha atau tindakan petani adalah cuaca yang tidak menentu sehingga tanaman mereka layu bahkan mati karena tidak dapat melakukan fotosintesis yang pada akhirnya kualitas dan kuantitas hasil panen menurun dan sinar matahari yang ekstrim karena efek pemanasan global yang menyebabkan hancurnya klorofil tanaman. Secara umum semua orang pasti mengharapkan adanya suatu alat yang aman, mandiri dan dapat mengatasi permasalahan fotosintesis agar lebih maksimal kualitas dan kuantitasnya, apalagi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mulai dari pembibitan, pembesaran, pembungaan atau pembuahan sampai panen, bernilai ekonomis bagi pengguna maupun negara dan ramah lingkungan, dalam semua sektor ketahanan pangan khususnya pertanian pasti sangat mengharapkannya, selain hasil kualitas dan kuantitas panen lebih maksimal alat sudah mandiri. Tinjauan Pustaka. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan factor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai intensitas 10.000 lux, grafik kecepatan fotosintesis bergerak linear positif. Data penelitian tersebut adalah untuk tanaman dewasa, sedangkan untuk tanaman muda tingkat semai-sapihan belum diperoleh data, selain itu penelitian mengenai kekhususan 54 sifat akan kebutuhan cahaya pada jenis-jenis tanaman tertentu juga belum di kerjakan. Pengurangan intensitas sinar sampai 60 pada screenhouse berpengaruh positif nyata terhadap pertumbuhan awal tinggi dan diameter semai kapur Suhardi,1995, Spora dapat berkecambah dalam kondisi cahaya terang biasa ataupun gelap dan perkecambahan spora akan terhambat jika diberi penyinaran UV lebih dari 2 jam dan pemberian sinar matahari langsung Pawirosoemardjo dan Purwantara, 1987. Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari Tjasjono, 1995. Budidaya krisan di rumah kaca jauh lebih baik dibandingkan di lahan terbuka, karena di negeri asalnya krisan dibudidayakan di rumah kaca. Hal ini karena untuk mendapatkan bunga tumbuh seragam, kompak dan bermutu tinggi dibutuhkan perlakuan khusus yang mutlak harus diterapkan, seperti manipulasi panjang hari dengan lampu pijar neon, aplikasi hormon, aplikasi penyinaran dan lain - lain. Perlakuan ini lebih mudah diatur dan diterapkan dalam rumah kaca atau plastik daripada di lahan terbuka.Frendita Sandriawati,2012. Tanaman krisan memerlukan tanah dengan kesuburan sedang, Karena tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun. Apabila di tanam di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7 secara genetik krisan merupakan tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan produksi bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon Dewi Ermawati.,2012. Pada proses pencahayaan pengaturan panjang hari pada bunga krisan. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia 14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka tanaman akan masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman. Masyuhadi MF.,dkk., 2005 Tujuan dari penelitian dan pengujian alat adalah sebagai berikut : Mengetahui pengaruh lamanya sinar ultraviolet terhadap tumbuh batang, besar dan jumlah daun serta besar batang pada tanaman uji Metodologi Penelitian Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Alat pemacu pertunbuhan tanaman, Penggaris, Jangka sorong b. Bahan 1. Kacang hijau, benih cabe , tomat, terong yang sudah disemai 2. Polybag 6 X 10 cm berisi campuran tanah dan pupuk kandang. 1. Langkah pengujian Pengujian dilakukan dengan objek beberapa tanaman pada polybag. Dimana sinar tersebut menyinari tanaman pada polybag dengan jarak ±100 cm pada pukul 06.00-18.00 selama 12 jam. Pertumbuhan tanaman diukur setiap hari mengunakan pengaris dan jangka sorong. Adapun yang diukur pada tanaman tersebut sebagai berikut : Tinggi tanaman Ukuran batang Panjang, lebar dan banyaknya daun. 55 Gambar. 1 Contoh tanaman yang akan di uji Gambar 2 Lampu Menyinari Tanaman Hasil Penelitian. a. Pengujian pada kecambah tauge Tabel 1 pengujian pada kacang kecambah tauge. Hari Sinar UV Tanpa Penerangan Matahari 1 2 1,9 1,5 2 3,3 2,8 2,2 3 4,3 3,9 3,3 Gambar 3 Tanaman kecambah umur 1 – 3 hari Gambar. Grafik pertumbuhan panjang kacang hijau tauge b. Pengujian pada tanaman tomat Tabel 2 hasil pengujian data tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman tomat. Sinar UV Matahari Pupuk Tanpa Pupuk Pupuk Tanpa Pupuk Hari Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun 1 0,5 - 0,3 - - - - - 2 1,2 - 2,1 2 - - - - 3 2,4 - 2,7 2 0,2 - - - 4 2,9 2 2,9 2 0,9 - 0,3 - 5 3,3 2 3 2 1,5 2 1,4 - 6 3,4 2 3,1 2 1,7 2 2,4 2 7 3,5 2 3,2 2 1,9 2 2,5 2 8 3,6 2 3,3 2 2 2 2,8 2 9 3,7 2 3,5 2 2,1 2 2,9 3 1 2 3 4 5 1 2 3 pa nja ng cm hari ke- sinar uv tanpa penerangan matahari 56 10 3,8 2 3,6 3 2,2 4 3,1 3 11 4 4 3,9 3 2,3 4 3,4 4 12 4,2 6 4 4 2,5 4 3,5 4 13 4,5 7 4,1 5 2,7 5 3,9 5 14 4,7 8 4,2 6 3,1 5 4,1 6 15 4,9 9 4,5 8 3,2 6 4,4 6 16 6,4 11 4,9 9 3,5 8 4,7 8 17 8,5 13 5,5 9 3,7 8 4,9 10 18 9 15 7,9 11 3,8 8 5 10 19 10,6 17 8,2 12 4,1 8 5,5 11 20 11 18 10,2 14 5,3 9 6,1 12 21 12,5 20 11,3 16 8,1 11 7,2 12 22 14,7 22 12,6 18 10,1 12 8,5 13 23 16,1 23 12,9 20 11,5 15 9,3 13 24 17,5 25 13,5 21 12,2 17 10,1 15 25 18,9 27 14,3 23 13,5 17 11,5 15 26 20,7 29 16,1 26 14,3 19 12,5 17 27 22,1 30 18,5 27 18,3 19 13,5 17 28 22,7 33 19,3 28 19,1 21 15,2 18 Gambar. 4. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat. c. Pengujian pada tanaman cabai Tabel 3 Hasil pengujian tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman cabai. SINAR UV MATAHARI PUPUK TANPA PUPUK PUPUK TANPA PUPUK Hari Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun 1 0,5 - 0,5 - - - - - 2 2,1 2 1,2 2 0,3 - - - 3 2,4 2 1,9 2 1,9 - 0,2 - 4 2,5 2 2,1 2 2 2 0,9 2 5 3,1 2 2,5 2 2,3 2 1,1 2 6 3,3 3 2,9 2 2,4 2 1,9 2 7 3,5 4 3 2 2,5 3 2,1 2 8 3,6 4 3,1 2 2,6 4 2,2 2 9 3,8 4 3,2 3 2,8 4 2,3 2 10 4 5 3,3 4 2,9 4 2,4 3 11 4,1 5 3,4 4 3 4 2,8 4 12 4,3 6 3,5 4 3,1 4 2,9 4 13 4,4 6 3,7 5 3,2 5 3 4 14 4,5 7 3,9 6 3,5 5 3,1 4 15 4,6 8 4,1 6 3,9 5 3,2 5 16 4,9 8 4,5 7 4,1 6 3,4 5 17 5,3 9 4,7 8 4,3 7 3,6 5 18 6,1 9 5,9 8 5,1 8 3,7 6 19 6,9 10 6,5 8 5,7 8 4,5 6 20 7,6 10 7,3 10 6,1 8 4,9 7 21 8,9 10 8,5 10 6,7 8 5,1 7 22 9,7 11 9,4 10 7,2 9 5,4 7 23 10,5 12 9,8 10 7,8 9 5,9 8 24 11,4 12 9,9 10 8,4 9 6,4 8 10 20 30 40 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 jum la h hari ke- UV pu pu k 57 25 12,1 13 10,2 10 8,5 9 6,8 9 26 13,2 14 10,5 10 8,7 10 7,2 9 27 13,7 14 11,5 11 9,5 10 7,9 9 28 14,2 14 11,8 11 10,3 10 8,3 10 Gambar. 5 Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai d. Pengujian pada tanaman sawi. Tabael. 4. hasil pengujian lebar pertumbuhan daun pada tanaman sawi. Hari Sinar UV Matahari Pupuk Tanpa Pupuk Pupuk Tanpa Pupuk Lebar mm Lebar mm Lebar mm Lebar mm 1 5,8 6 5,1 5,9 2 6,5 6,4 5,3 6 3 7 6,8 6 6,2 4 8 7,3 6,5 6,4 5 8,7 7,7 6,9 6,5 6 9,5 8,1 7,3 6,7 7 10,3 8,3 7,8 6,8 8 11,5 8,5 8 7 9 12,3 8,8 8,5 7,4 10 13 9,2 9 7,8 11 14 9,5 9,6 8 12 14,9 9,9 9,8 8,5 13 15,4 10,2 10,1 9 14 16,3 10,6 11,2 9,5 15 17 11 12 10 Gambar. 6 Grafik pertumbuhan tanaman sawi Kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa hasil penelitian, maka dapat digaris bawahi beberapa poin penting sebagai berikut: 1. Pertumbuhan tanaman dan kecambah juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima. Semakin besar itensitas cahaya maka semakin baik pula 5 10 15 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 jum la h hari ke- UV pupuk UV tanpa pupuk 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 L eba r c m Hari Ke- UV Pupuk UV Matahari Pupuk Matahari 58 pertumbuhan tanaman. Tetapi jika intensitas cahaya yang didapatkan tanaman kurang dan berlebihan, maka pertumbuhan tanaman akan kurang baik. 2. Tanaman mengunakan alat pemacu pertumbuhan dalam ruangan a. Pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat dan jumlah daunnya bertambah lebih cepat, berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang tegak. Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh penyinaran yang cukup dan pertambahan pupuk kandang. Sehingga proses fotosintesis yang sangat cukup itulah yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat berdaun lebar, tebal dan banyak. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat, daun berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang kecambahnya tegak, Namun pertambahan daunnya lambat. 3. Tanaman mengunakan sinar matahari di luar ruangan a. Pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh dan berisi, Namun pertambahan daunnya lambat. Pertumbuan disebabkan cahaya matahari yang setiap saat berubah-ubah intensitas dan suhunya. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh, Namun batang kecambahnya tidak seperti mengunakan pupuk dan pertambahan daunnya lambat. Pertumbuhan disebabkan cahaya matahari yang berubah-ubah intensitas, suhu dan tidak mengunakan pupuk. . DAFTAR PUSTAKA 1. Dewi Ermawati., 2012., Pengaruh warna cahaya tambahan terhadap pertumbuhan dan pembungaan tiga varietas tanaman krisan Chrysanthemum morifolium potong., Laporan Penelitian fakultas pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2. Frendita Sandriawati, dkk., 2012, Faktor- faktor yang Berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong di Desa hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman., laporan skripsi fakultas pertanian UNS. 3. Faridah, E, 1996, Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza dan serbuk arang pada pertumbuhan alam Drybalanops sp. Buletin penelitian Nomor 29 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 4. L. Widiastuti,dkk., 2004., Pengaruh Intensitas cahaya dan kadar damikosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, jurnal ilmu pertanian In press Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 5. Masyuhadi MF., dkk., 2005.,Pengkajian potensi agribisnis tanaman hias di Daerah Istimewa Yogyakarta, laporan penelitian kegiatan Litbang pertanian DIY., Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 6. Marjenah, 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan ‖Rimba Kalimantan‖ Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda. Kalimantan Timur. 7. Pawirosoemardjo, S., Purwantara, A. 1987. Sporulation and spore germination of Corynespora cassiicola. Proceeding of IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3, 1987. Chiang mai Thailand. P. 24-33 8. Suhardi., 1995., Effect of shading myccorhizza, Inoculated and organic matter on the growth of havea gregaria seeding., buletin penelitian no.28 fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 59 Penentuan Demand Dan Nilai Tambah Produk Industri Kreatif Pada Pasar Lokal Made Irma Dwiputranti 1 , Adriyani Oktora 2 , Dodi Permadi 3 1.2.3 Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung Irma_dwiputrantiyahoo.com , aoktora1gmail.com, permadi311yahoo.com ABSTRAK Industri kreatif pada perkembangan terakhir menunjukan pertumbuhan yang signifikan lk 8 dari PDB. Pertumbuhan ini masih terkendala dengan berbagai faktor, salah satunya adalah permodalan. Namun aspek ini belum terpecahkan dengan baik walaupun sudah ada dukungan penuh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dan Inpres No.62009 BN No. 7853 hal. IB - ISB tentang Pengembangan Industri Kreatif. Hal ini disebabkan antara lain: 1 belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif; 2 jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3 belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baik. Kendala ini membutuhkan analisis lebih rinci tentang aspek yang paling dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan industri kreatif. Penelitian ini dilakukan melalui analisis LFA Logical framework approach serta pendekatan Cluster industri dengan objek pada fashion dan desain yang merupakan industri kreatif cukup mapandi Kota Bandung. Luaran yang diharapkan antara lain: 1 Identifikasi Critical Success Factors pada industri kecil berbasiskan demand dan potensi lokalitas; 2 Terpetakannya model stimulus Pemodalan dan treatment terhadap Critical Success FactorsCSF; 3 Analisis nilai tambah produk berbasiskan demand dan pasar lokal dan internasional; 4 Analisis kebijakan modal bagi industri kreatif secara umum berdasarkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah Keyword: CSF; Industri Kreatif; Kebijakan; Permodalan; fashion dan desain PENDAHULUAN Saat ini, industri kreatifmembutuhkan dukungan pemerintah berupa fasilitasi pengadaan infrastruktur yang baik,kemudahan perizinan, dan peniadaan pungutan liar Biranul Anas, 2008. Industri kreatif membutuhkan kebebasan dalam menciptakan sesuatu.Namun, pelaku usaha ekonomi kreatif seringkali terkendala biaya dalam mengembangkan usaha dan produktivitasnya.Melalui Inpres No.62009 BN No. 7853 hal. IB - ISB tentang Pengembangan Industri Kreatif, pemerintah telah meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah untuk melakukan rencana aksi pengembangan usaha ekonomi kreatif. Usaha ini antara lain: 1 kegiatan ekonomi berbasiskan kreativitas, keterampilan, dan bakat Individu untuk menciptakan kreasi bernilai ekonomis. 2 Pemerintah akan meminta pihak perbankan untuk mendukung pengembangan usaha ekonomi kreatif dengan memberikan pinjaman modal 21 Januari 2010, BusinessNews. Hasil studi Kementerian Perdagangan dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015, pengembangan industri kreatif menghadapi sejumlah kelemahan dari aspek pembiayaan. 1 belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif dimana syarat kolateral pada skema kredit konvensional memberatkan, dan tidak memotivasi pelaku industri kreatif karena seluruh risiko harus ditanggungnya. 2 jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3 belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baikSeluruh aspek kelemahan di atas akan menjadi hambatan untuk perkembangan industri kreatif, terutama dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Dibutuhkan peran pemerintah dalam bentuk dukungan yang lebih meringankan jika upaya pemodalan perbankan butuh perbaikan secara organisasi yang lebih rigid. Hal ini mengingat industri kreatif sangat fleksibel dan tumbuh serta berkembang alami. 60 METODE PENELITIAN Berikut adalah metode pelaksanaan penelitian: Perumusan Lingkup Pemetaan dan Perancangan Industri Kreatif Identifikasi Critical Success Factor Industri Kreatif -Analisis Nilai Tambah Industri Kreatif - Analisis Kebijakan Permodalan Evaluasi faktor dominan dari CSF sebagai stimulus industri kreatif , Model Stimulus Berdasarkan CSF industri kreatif Pengorganisasian Penelitian - Wawancara - Observasi lapangan site survey - LFA Rekomendasi dan Evaluasi - Analisis Nilai Tambah dan Pasar - Du Pont Analysis Pengembangan tahapan implementasi sistem rantai pasok industri kreatif Studi Pendahuluan Studi Literatur - Analisis Statistik Tujuan Penelitian - Pendekatan Klaster Industri Pelaksanaan Penelitan Gambar 1 Metodologi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian stakeholder berasal baik dari kalangan pelaku usaha, industri pendukung dan terkait, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya perlu diundang dalam suatu pertemuan Focus Group Discussion FGD yang diselenggarakan atas inisiatif penelitian ini. a. Analisis Masalah Faktor Penghambat dan Potensi Faktor Pendukung Industri Fashion Masalah keunggulan daya saing sentra industri fashion dapat diidentifikasi dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Berdasarkan model tersebut faktor-faktor yang dikaji berkaitan dengan keunggulan daya saing sentra industri fashion yaitu kondisi input, kondisi permintaan, kondisi strategi perusahaan dan persaingan, serta kondisi industri terkait dan pendukung. Selain faktor penghambat masalah dalam pembahasan ini juga disajikan faktor-faktor pendukung potensi keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung. 1 Masalah Faktor Penghambat Input Sistem Industri fashion: Sinergitas dan pembinaan belum terwujud Majalaya menjadi kota semrawut Mesin modern teknologi belum dimiliki Daerah banjir Bahan baku mengandalkan impor dengan harga mahal Keamanan demonstrasi, bom, gempa bumi Bank tidak percaya Industri fashion Sulit perijinan Biaya transport mahal Biaya dan pajak promosi mahal Biaya energi Listrik BBM naik terus 61 Proses Perijinan kurang transparan SDM kurang terampil Turn over SDM tinggi Peran pemerintah sebagai mediator antara perguruan tinggi dan pengusaha dalam mengembangkan desain tidak maksimal Vendor banyak tapi sedikit yang kualitasnya konsisten Program pemerintah kurang menyentuh terhadap pengusaha kecil tentang perberdayaan ekonomi dan entrepreneur pengusaha kecil menengah Penelitian dan pengembangan untuk usaha kecil dan menengah masih sangat kurang Pilihan bahan baku terbatas kurang variatif Kuantitas bahan baku harus partai besar tidak melayani pemesanan dalam jumlah kecil 2 Masalah Faktor Penghambat strategi perusahaan dan persaingan: Budaya jiplak masih tinggi Kurang kesadaran untuk bekerja sama antar perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar Permodalan yang terbatas Job order dengan marjin kecil Desain tidak berkembang jika hanya mengandalkan job order Kompetitor banting harga Komunikasi dan kerjasama usaha dg industri pendukung belum terbina dengan baik Kesadaran desain masih rendah Belum menerapkan standar kompetensi SDM Tidak tersedia informasi yg cukup yang menggambarkan kekhususan tentang jenis produk Persaingan yang ketat dengan produk Cina Sulit membuat proyeksi prospek kapan pelanggan akan pesan kaos Biaya promosi mahal 3 Masalah Faktor Penghambat berkaitan dengan faktor Demand: Standar produk kaos belum optimal Tingginya permintaan dengan merk asing Kurang sosialisasi standar mutu Industri fashion Issue lingkungan hidup limbah sablon Sarana dan prasana tidak menunjang 4 Masalah Faktor Penghambat berkaitan dengan industri pendukung dan terkait adalah pasokan bahan baku tidak konsisten kualitas, harga, pengiriman. Potensi peningkatan keunggulan daya saing sentra industri fashion ditunjukkan dengan adanya faktor-faktor pendukung berikut ini. 1 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan Input: Sentra industri tekstil Kota Bandung Lokasi Strategis Dilalui beberapa jurusan angkutan kota Bandung Sebagai kota fashion trend Sumber daya manusia SDM tekstil relatif tersedia Banyak sekolah terkait Ada fasilitasi promosi dan misi dagang dari pemerintah Bahan baku tersedia 2 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan strategi perusahaan dan persaingan adalah tersedia industri yang terintegrasi di Indonesia. 62 3 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan Demand: Adanya permintaan yang signifikan di luar negeri untuk produksi tekstil yg berbahan baku serat alam Job Order Pasar pasti Permintaan lokal tinggi Belanja pemerintah untuk FASHION meningkat Peningkatan angkatan sekolah Permintaan ekspor cukup tinggi Potensi kebutuhan sandang tinggi 220 juta orang Kualitas produk cukup bersaing 4 Potensi Faktor Pendukung berkenaan industri pendukung dan terkait: Banyak terdapat perguruan tinggi yg mempunyai jurusan desain Industri bahan pembantu cukup Industri aksesoris cukup. Quality control QC secara umum dilakukan secara terpisah dan memiliki pola yang berbeda antar setiap konveksi atau penjahit. Pada dasarnya pengecekan kualitas dilakukan pada pra produksi, produksi dan pasca produksi. Secara umum industri kreatif yang ada di Kota Bandung telah melakukannya walaupun dilakukan secara tidak seragam. Tabel 1 Quality Control NO Objek Pengecekan Pengecekan Kualitas Keterangan Pra- Proses Proses Produksi Pasca- Proses 1 Desain I: Dilakukan Desain Awal Idegagasan I II I II: Kadang kadang Desain Gambar I II I III: Tidak Dilakukan Desain PrototifeModel I 2 Bahan I I 3 Material Pendukung I I 4 Produksi Jahit I I I Sablon I I I Bordir I I I Printing I I I Quality control dilakukan oleh pemilik desain atau pemesan dengan pemilik yang menetapkan standar kualitas dan standar kualitas yang diinginkannya customer. apabila tidak memenuhi standar maka akan dikembalikan ke supplier. Produk jadi akan dicek dengan pengecekan fisik yang mengacu pada standart quality yang diminta. Pemetaan proses secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Gambar 3 Proses Produksi Kemeja dan Kaos Gambar 3 dapat dilihat bahwa terdapat 6-7 proses utama yang dilalui materialbahan baku. Pada penelitian yang diamati pada proses jahit, desain dan Sablon. karena dinilai 63 bahwa proses tersebut memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penentuan perbaikan kinerja kualitas produk. Jika diamati perhatian besar untuk produk fashion saat ini antara jahit dan desain memiliki bobot yang relatif hampir dekat walaupun masih lebih besar jahit. Perancangan Pengendalian Produk Fashion Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis, maka dapat dikermbangkan rancangan pengendalian produk fashion ini dengan acuan tabel 2. Tabel 2 Pengembangan Pengendalian Mutu Produk Fashian Proses Jenis Pengendalian Keterangan Pra-Produksi Inspeksi dan Pengujian Inspeksi Kain dan Penyimpanannya Inspeksi kain, merupakan bagian yang sangat penting dan harus dilakukan segera setelah kain diterima. Jika tidak sesuai agar dapat segera dilakukan perbaikan oleh pabrik pembuatannya. Hal – hal yang perlu diinspeksi adalah : lebar kain, sebab berkaitan dengan marker yang telah direncanakan, cacat – cacat kain, baik cacat struktur anyaman atau cacat tenun, termasuk bowing dan skewness, cacat celupan maupun cacat printing. Penyimpanan kain sebelum diproses lebih lanjut, dimaksudkan agar tidak kotor dan rusak, jika mungkin dalam suhu dan kelembaban relatif tertentu agar dimensi kain tidak berubah dan tidak ditumbuhi jamur. Ujung gulungan diusahakan agar terlindungi dari sinar dan debu. Benang Jahit Zipper Gelar Susun Kain Speardling Pemotongan Proses Produksi Mutu Proses Penjahitan Pada proses penjahitan sangat rentan terhadap terjadinya cacat, hal ini sangat bergantung kepada tingkat keterampilan operator meupun kondisi peemesinan serta tingkat pengawasan dan inspeksi yang diterapkan. Cacat pada proses penjahitan dapat terjadi pada hasil jahitan, sambungan jahitan maupun pada penggabunganperakitan. Inspeksi dilakukan terhadap Cacat Jahitan Cacat Jahitan Sambung Cacat pada perakitan Proses penyempurnaan Pasca Produksi Inspeksi Akhir Pada pelaksanaan inspeksi akhir diperlukan adanya daftar pengamatan yang menerangkan bagian mana dari pakaian yang harus diperiksa. Daftar pengamatan yang harus ada tersebut adalah: 1. Spesifikasi ukuran, menunjukkan dimensi dan toleransi bagian yang harus diukur. 2. Cara pengukuran, pada spesifikasi ukuran harus dicantumkan pula cara pengukurannya. 3. Spesifikasi mutu, yang meliputi mutu jahitan, mutu sambungan, mutu perakitan, letak aksesoris, kancing, lubang kancing, saku, cuff, pelekatan lapisan, penampilan hasil pressingseterika, kenampakan pakaian, dll, serta mutu kain jika ada yang terlewatkan pada inspeksi awal. 64 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama ini maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok: 1. Sistem Kendali Mutu Proses Produksi Sistem Kendali yang dihasilkan meliputi tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. A. Tahap Pra Produksi terdiri dari Kain dan Penyimpanannya, Benang Jahit, Zipper, Spreadling Gelar – Susun Kain, dan PEMOTONGAN Cutting B. Tahap Pengendalian Mutu Produksi Terdiri dari Pengendalian Mutu Proses Penjahitan, Cacat Jahitan Sewing Defects, Cacat Jahitan Sambungan Kain Seaming Defects, Cacat-cacat pada Waktu Perakitan Assembly defects, dan Pengendalian Mutu Proses Penyempurnaan C. Pelaksanaan Inspeksi Akhir D. Inspeksi dengan Sistem Penyaringan Screening 2. Analisis nilai tambah proses, produk, dan pasar berbasiskan standar mutu proses dapat diidentifikasi melalui daya saing yang bisa digunakan melalui hasil produksi atau output, dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Faktor- faktor pendukung potensi keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung, antara lain: Adanya permintaan yang signifikan sehingga mutu produk sangat berpengaruh terutama karena ada Permintaan lokal tinggi,sehingga Kualitas produk cukup bersaing. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal 1. Jatmiko, B., ―Pemetaan dan Perancangan Rantai Pasok Industri Kreatif Kota Bandung‖, Poltekpos., 2009 2. Simonin, B. L. 1997. The importance of collaborative know-how: An empirical test of the learning organization. Academy of Management Journal, 405, 1150-1174. 3. Leon J. Rosenberg, Logical Framework Approch, USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc.

4. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat,

Penerbit BPFE, Yogyakarta. 5. Stock, James R., and Douglas M.Lambert. 2001 ‖Strategic Logistics Management‖ 4 th edition. Mc Graw Hill. 6. Porter, M. 1998. ―Clusters and the new Economics of Competition”, Harvard Business Review, Nov.-Dec. pp 77-90. Internet 1. http:www.beritabandoeng.comberita2009-03industri-kreatif-bandung-belum- terakomodir 2. http:bandungcreativecityblog.wordpress.com20080510bandung-jadi-kota-kreatif- se-asia-timur 3. http:www.gugahseni.orgindex.php?option=com_contentview=articleid=14:indus tri-kreatif-menggeliat-catid=4:latestItemid=6 4. http:widyo.staff.gunadarma.ac.idDownloadsfolder0.12 5. http:bataviase.co.iddetailberita-10549274.html 6. http:www.depdag.go.idfilespublikasiberita_perdagangan200920091120industri 20kreatif20tembus20pasar20timteng..pdf 65 Tantangan Penerapan Project Scope Management Dan Implementasi Sistem Informasi Studi Kasus: Divisi Produksi PT. XYZ Hendra Alianto 1 San F Wijaya 2 Santo F.Wijaya 1 Hendra Alianto 2 1,2 Sistem Informasi, Ilmu Komputer, BiNus Universitas Jalan KH Syahdan No.9 Palmerah, Jakarta 11480 1 santofwijayayahoo.com 2 hendraaliantoyahoo.com, ABSTRAK Dalam era informasi ini, perusahaan dituntut untuk mengintegrasikan informasi untuk pengambilan keputusan strategis dalam rangka mempertahankan bahkan mengembangkan bisnis. Salah satu upaya tersebut adalah melakukan pengukuran kinerja terhadap penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi yang digunakan, dimana hal ini merupakan hal penting dalam upaya peningkatan daya saing perusahaan. Bagi perusahaan-perusahaan terutama dalam bidang industri yang sudah menggunakan penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi dalam pengelolaan aktivas bisnis proses yang dilakukan secara komputerisasi akan berpengaruh dalam peningkatan cara kerja menjadi lebih efektif dan efisien, yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja baik bagi perusahaan.Walaupun demikian, Tantangan yang dihadapi dalam penerapan peoject dan implementasi sistem informasi yang mengakibatkan kegagalan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pengukuran kinerja terhadap penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi agar dapat menghasilkan informasi sesuai kebutuhan manajemen dan dapat memberikan peningkatan kinerja perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan secara maksimal. Kata Kunci : Project scope management, implementasi sistem informasi 1.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberapa faktor terjadinya kegagalan proyek di dalam pelaksanaannya, seperti : over budget, sumber daya manusia yang tidak kompeten, batas waktu yang relatif singkat. Untuk itu, perlu adanya Project Scope Management. Project scope management sebagai acuan pekerjaan yang harus dikerjakan dalam rangka menghasilkan produk proyek, beserta proses-proses yang dilakukan untuk membuat produk yang dimaksud. Dengan mendefinisikan apa yang akan dikerjakan atau apa yang tidak akan dikerjakan dalam sebuah proyek, berkaitan erat dengan jadwal, biaya, dan scope. Hal ini merupakan sesuatu yang intens dalam pelakasanaan suatu proyek. Jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat kegagalan dalam pelaksanaan suatu proyek. Proses project scope management terdiri dari tahap inisiasi, perencanaan ruang lingkup proyek, pendefinisian ruang lingkup proyek, membangun Work Breakdown Structure WBS akan dibuat, verifikasi ruang lingkup proyek, dan kendali perubahan ruang lingkup proyek. 2. LANDASAN TEORI Project Scope Management meliputi : 1. Scope management process yaitu : Scope planning Perencanaan verifikasi kapan waktu mulainya, proses yang sedang berlangsung, dan kapan proses tersebut selesai. Scope Planning menjelaskan bagaimana suatu scope didefinisikan, diuji, dan diawasi serta bagaimana Work Breakdown Structure WBS akan dibuat. 66 Scope definition Melakukan pendefinisian terhadap proyek seperti : tujuan proyek, nama proyek, manfaat, dan keuntungan proyek tersebut. Langkah selanjutnya adalah menentukan lebih lanjut pekerjaan yang dibutuhkan untuk proyek. Hasil utama dari scope definition adalah project scope statement. Scope verification Mengkonfirmasi bahwa proyek tersebut bisa berjalan, akurat, tepat, dan benar, dengan melibatkan persetujuan formal project scope yang diselesaikan oleh stakeholders. Persetujuan ini sering dicapai dengan melakukan penyelidikan pada pelangaran. Untuk menerima persetujuan formal project scope, tim proyek harus membuat dokumentasi yang jelas dari produk proyek dan prosedur untuk mengevaluasi jika proyek sudah diselesaikan dengan benar dan menimbulkan kepuasan. Untuk mengurangi perubahan scope, maka perlu dilakukan pekerjaan yang dapat memastikan project scope. Di dalam scope verification terdapat deliverables, Quality standards, Milestone, dan Review and Acceptance. 2. Project Time Managemet : Activity definition Mengidentifikasi aktivitas yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu project scope. Activity sequencing Menentukan apakah aktivitas dapat diselesaikan secara berurutan atau paralel dan setiap dependensi yang mungkin ada. Activity resource estimation Identifikasi tipe sumber daya manusia, teknologi, fasilitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas proyek dan Estimasi waktu penyelesaian setiap aktivitas. 3. Beberapa Teknik estimasi Pendekatan Manajemen Proyek Tradisional Guesstimating Estimasi dengan hanya mengambil nomor dari udara bukan cara terbaik untuk mendapatkan jadwal proyek dan anggaran. Delphi Technique Melakukan perhitungan, membandingkan antara satu dengan yang lain sampai estimasi mendekati satu sama lain. Melibatkan beberapa ahli anonim, dan setiap ahli membuat estimasi dan perkiraan dibandingkan. Time Boxing Estimasi biaya dilakukan dengan menyesuaikan waktu deadline. Dapat menurunkan moral tim bila tidak digunakan secara efektif teknik alokasi waktu. Penyebab estimasi yang tidak akurat disebabkan oleh beberapa hal seperti : lingkup perubahan, diabaikan tugas, kelemahan terhadap pemahaman tentang tujuan proyek, kurangnya analisis, tidak ada metodologi, perubahan tim, birokrasi, kurangnya pengendalian proyek, tidak mengidentifikasi atau pemahaman dampak risiko. Faktor yang perlu diperhatikan ketika estimasi adalah seperti : tingkat persyaratan bisa berubah, pengalaman dan kemampuan tim proyek, proses atau metode yang digunakan dalam pengembangan, kegiatan khusus yang akan dilakukan, bahasa pemrograman atau alat pengembangan yang akan digunakan, kemungkinan jumlah bug atau cacat dan metode penghapusan, lingkungan ruang kerja, geografis pemisahan tim di lokasi, jadwal tekanan ditempatkan pada tim

3. Permasalahan

Dalam melakukan penerapan project scope management, dijumpai permasalahan teknis dan non teknis, dimana pengguna tidak bersedia menggunakan sistem baru yang telah tersedia, dengan memberikan beberapa alasan, yang intinya tidak sesuai dengan kebutuhan. Secara umum, permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. Penyampaian informasi ke pihak internal dan eksternal belum berjalan dengan lancar. 2. Pengelolaan dokumen atau arsip belum berjalan dengan baik. 67 3. Sulit dilakukan update secara rutin, karena hanya satu orang administrator yang melakukan 4. Adanya tuntutan tranparansi dalam menghadapi era reformasi.

4. Tujuan dan Manfaat a. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk membahas bagaimana pengukuran kinerja penerapan project scope management dan implementais sistem informasi dengan studi kasus divisi produksi PT XYZ dan diharapkan dapat memiliki pengaruh signifikan dalam upaya untuk meningkatkan proses bisnis internal perusahaan untuk menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kualitas dan efisiensi operasional. b. Manfaat penelitian Diharapkan manfaat penelitian akan dapat memberikan solusi terhadap tantangan yang dihadapi perusahaan khususnya perusahaan industri untuk pengukuran kinerja dalam penerapan project scope management dan implementasi sistem informasi. 5. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kasus dan analisis dokumen organisasi sebagai obyek penelitian, juga menggunakan metode studi pustaka, yaitu menggunakan beberapa buku dan literatur yang berkaitan dengan objek penelitian ini, terutama hal berkaitan dengan project scope management yang digunakan sebagai referensi, juga pengalaman penulis sebagai praktisi dan konsultan di bidang sistem informasi, dengan melakukan analisis terhadap penemuan fakta dan memberikan beberapa alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi. Untuk mendapatkan data yang akan diolah, maka dalam penelitian ini dilakukan teknik pengumpulan data, yaitu: a. Studi literatur Studi literatur dilakukan dengan membaca artikel atau tulisan-tulisan yang terkait dengan topik penelitian melalui buku, jurnal, dan internet. b. Observasi Pada metode obsevasi ini tim melakukan pengamatan langsung pada bagian-bagian terkait dengan penelitian. Penelitian ini dibutuhkan untuk mengetahui proses bisnis yang sedang berjalan, melihat informasi apa saja yang didapatkan dan dibutuhkan, dan teknologi yang dipakai oleh organisasi c. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis yang akan dibagikan kepada mereka yang terlibat pada proses bisnis.

3. PEMBAHASAN

Pengembangan sebuah proyek berupa sistem informasi di perusahaan dan dokumen manajemen sistem yang akan mendukung fungsi-fungsi berikut : Repository online Memungkinkan perusahaan untuk menyimpan dokumen atau arsip, menemukan dokumen atau arsip yang telah tersimpan, serta mengupload dokumen atau arsip agar dapat diakses oleh pihak eksternal. Pelayanan Respond Online Memungkinkan pihak eksternal untuk menghubungi bidang tertentu ataupun semua bidang secara online, memungkinkan perusahaan untuk memberikan respon secara online, dan memungkinkan pihak eksternal untuk membaca respon yang diberikan oleh perusahaan secara online. Manajemen News Untuk mempublikasikan news kepada pihak internal atau pihak eksternal. 68 Pengguna dalam sistem perusahaan dapat digolongkan menjadi user internal dan user eksternal. User internal adalah anggota perusahaan, sedangkan user eksternal adalah pengguna sistem di luar perusahaan. Pengembangan Metode – metode yang digunakan

1. Project Methodology

Alternatif rute-rute dalam melewati fase pengembangan sistem, rute-rute tersebut dibedakan berdasarkan tipe proyek, tujuan teknologi, kemampuan tim developer, dan strategi pengembangan proyek itu sendiri. Rute-rute tersebut antara lain MDD Model- driven development, RADRapid application development, dan COTS Commercial off the shelf. 2. Perencanaan Proyek Tujuan utama perencanaan proyek adalah mempersiapkan tahapan pengembangan proyek setiap bidang pengetahuan termasuk informasi perencanaan. 3. Eksekusi Proyek, Pengawasan Proyek, Penyelesaian Proyek dan Post-Project Follow- Up 4.Project Documentation and Communication System Analyst dan Programmer melakukan komunikasi secara langsung sesuai yang sudah ditentukan untuk membahas mengenai perkembangan dari implementasi yang telah dilakukan oleh Programmer, serta System Analyst memberikan requirement yang harus dipenuhi. System Analyst dan System Owner melakukan komunikasi secara langsung pada waktu yang sudah ditentukan untuk membahas mekanisme proses bisnis yang sedang berjalan. Project Manager dan System Analyst melakukan pertemuan secara langsung pada waktu yang sudah ditentukan untuk melakukan quality assurance management. Project Team secara keseluruhan akan mengadakan pertemuan setiap bulannya untuk membahas mengenai perkembangan proyek yang telah dilaksanakan. Project Team dapat menggunakan sarana e-mail sebagai alat komunikasi untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing anggota tim. Pengukuran kinerja Pengukuran kinerja modul produksi, dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada setiap pengguna dari departemen produksi. Pemilihan metode kuesioner untuk pengukuran kinerja dengan penerapan project scope management adalah dianggap mampu untuk mendapatkan hasil secara obyektif apakah penggunaan sistem telah sesuai dengan proses bisnis yang ada dan mampu memberikan solusi terhadap kinerja untuk pengembangan sistem yang lebih baik. Pada kuesioner yang ditujukan untuk divisi produksi, terdapat 11 user yang menggunakan sistem tersebut. Kategori pilihan jawaban atas pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner: Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 1 a Sangat Efisien 5 menit b Cukup Efisien 3 – 5 menit c Efisien 1 – 3 menit d Kurang Efisien = 1 menit e Sangat Tidak Efisien lebih lama daripada sistem lama Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 2 a Sangat Baik 6 modul b Cukup Baik 5 modul c Baik 4 modul d Kurang Baik 3 modul e Sangat Tidak Baik 2 modul Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 3 a Sangat Mudah 1 minggu 69 b Cukup Mudah 1 – 2 minggu c Mudah 2 – 3 minggu d Kurang Mudah 3 – 4 minggu e Sangat Tidak Mudah 4 minggu Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 4 a Sangat Jarang 3 kali b Jarang 3- 6 kali c Sering 6 – 9 kali d Cukup Sering 9 – 12 kali e Sangat Sering 12 kali Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 5 a 10 hari b 10 - 20 hari c 20 – 30 hari d 1 - 2 bulan e 2 bulan Kategori pilihan jawaban pertanyaan No. 6 a 3 kali b 3 – 6 kali c 6 – 9 kali d 9 – 12 kali e 12 kali Bobot penilaian yang digunakan untuk pilihan dari setiap pertanyaaan adalah: Nilai 5 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Sangat Efisien 5 menit b. Sangat Baik 6 modul c. Sangat Mudah 1 minggu d. Sangat Jarang 3 kali e. 10 hari f. 3 kali Nilai 4 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Cukup Efisien 3 – 5 menit b. Cukup Baik 5 modul c. Cukup Mudah 1 – 2 minggu d. Jarang 3- 6 kali e. 10 – 20 hari f. 3 – 6 kali Nilai 3 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Efisien 1 – 3 menit b. Baik 4 modul c. Mudah 2 – 3 minggu d. Sering 6 – 9 kali e. 20 – 30 hari f. 6 – 9 kali Nilai 2 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Kurang Efisien = 1 menit b. Kurang Baik 3 modul c. Kurang Mudah 3 – 4 minggu d. Cukup Sering 9 – 12 kali e. 1 - 2 bulan f. 9 – 12 kali Nilai 1 diberikan untuk pilihan jawaban: a. Sangat Tidak Efisien b. Sangat Tidak Baik 2 modul 70 c. Sangat Tidak Mudah 4 minggu d. Sangat Sering 12 kali e. 2 bulan f. 12 kali Setelah bobot penilaian dikalikan dengan jumlah jawaban user dari setiap pilihan pertanyaan yang ada, maka akan didapatkan total nilai. Kemudian total nilai dibandingkan dengan range kategori jawaban setiap pertanyaan yang diperoleh dari pengurangan total nilai maksimal dan total nilai minimal terhadap total nilai hasil kuesioner.Kuesioner yang ditujukan untuk departemen Produksi, adalah sebagai berikut : Pertanyaan No. 1 Seberapa lama sistem dapat membantu mempercepat dalam penyelesaian pekerjaan dibandingkan dengan sistem lama? Tabel 1 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 1 adalah 59, maka dapat disimpulkan bahwa sistem yang diterapkan di Departemen Produksi sudah efisien dan dapat membantu mempercepat dalam penyelesaian pekerjaan dibandingkan dengan sistem lama. Pertanyaan No. 2 Berapa jumlah modul yang sudah terintegrasi dengan baik? Tabel 2 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 2 adalah 44, maka maka dapat disimpulkan bahwa modul sistem di departemen produksi perusahaan sudah terintegrasi dengan baik Pertanyaan No. 3: Berapa jumlah hari yang diperlukan oleh user Departemen Produksi dalam memahami dan menggunakan sistem? Tabel 3 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 3 adalah 57, maka jumlah hari sekitar 2 – 3 minggu berarti sistem mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna Departemen Produksi. Pertanyaan No. 4: Apakah systemyang diterapkan di Departemen Produksi masih sering mengalami error dalam jangka waktu 1 tahun terakhir? 71 Tabel 4 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 4 adalah 48, maka dapat disimpulkan sistem yang diterapkan di Departemen Produksi jarang mengalami error dalam jangka waktu 1 tahun terakhir. Pertanyaan No. 5: Berapa lama jumlah hari pelatihan yang sudah diadakan untuk pengguna user Departemen Produksi selama 1 tahun terakhir? Tabel 5 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 5 adalah 66, yang membuktikan bahwa jumlah hari pelatihan yang telah diadakan untuk pengguna sistem adalah lebih dari 20 hingga 30 hari setiap tahunnya. Pertanyaan No. 6: Seberapa sering user Departemen Produksi membutuhkan bantuan tim support dalam menangani masalah yang terjadi pada sistem setiap bulannya? Tabel 6 – Kuesioner Total nilai untuk pertanyaan 6 adalah 49, maka dapat disimpulkan bahwa user Departemen Produksi membutuhkan 9 – 12 kali bantuan tim support dalam menangani masalah yang terjadi pada sistem setiap bulannya. Implementasi sistem informasi Salah satu konsekuensi kemajuan teknologi informasi adalah hasil pengelolaan data melalui teknologi informasi dapat diekstrak untuk menghasilkan berbagai informasi sesuai kebutuhan pemakai. Kebutuhan informasi yang akurat, uptodate dan informatif bagi manajemen organisasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan. Hal ini agar manajemen organisasi dapat melakukan pengambilan keputusan untuk mengembangkan organisasi pada masa mendatang. Untuk itu, tiap organisasi dituntut untuk melakukan berbagai usaha demi tercapainya tingkat kerja yang lebih efisiensi. Salah satu langkah untuk mencapai hal tersebut adalah penggunaan sistem informasi berbasis teknologi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kehadiran sistem informasi dapat meningkatkan kinerja Organisasi. Untuk mengetahui peningkatan kinerja tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan penerapan sistem informasi tersebut, sehingga dapat mengetahui efektifitas atau manfaat sistem informasi secara keseluruhan. Proses pengukuran evaluasi tersebut 72 merupakan hal penting yang dapat membuktikan apakah benar dengan penerapan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja organisasi, dengan menganalisa seberapa besar dampak kontribusi penerapan sistem informasi bagi proses bisnis suatu Organisasi. Keberhasilan penerapan sistem informasi yang mendukung penyempurnaan proses bisnis, dapat diukur dari tingkat ketergantungan pengguna user dan penyederhanaan proses bisnis untu k menjadikan cara kerja yang lebih efektif. Sistem informasi membutuhkan orang-orang profesional yang memiliki kompeten untuk mengelola berbagai informasi yang telah tersedia untuk pengambilan keputusan. Jadi mengelola sistem informasi adalah urusan mahal untuk membayar orang-orang profesional tersebut. Biaya ini harus dipertimbangkan dengan membandingkan manfaat sistem informasi tersebut. Walaupun demikian, dampak penggunaan sistem informasi yang efisien akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia, menyederhanakan proses bisnis, mengurangi tingkat kesalahan dengan mengotomatisasikan pekerjaan yang berulang-ulang double jobs, sehingga memungkinkan terjadinya budaya dan perilaku organisasi menjadi lebih baik, dengan telah tersedianya semua informasi yang akurat, informatif dan uptodate untuk kebutuhan manajemen dalam mengambil keputusan yang menunjang strategi bisnis, yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja organisasi, dimana tercapainya tingkat kepuasan pelanggan dengan memberikan solusi dan respon yang cepat dari permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, tingkat manajerial tidak selalu disibukkan dengan pengumpulan data untuk penyusunan laporan bagi manajemen organisasi, tetapi sebaliknya fungsi tingkat manajerial lebih difokuskan untuk bersinergi dalam pengambilan keputusan strategis bagi organisasi berdasarkan informasi yang telah tersedia dalam sistem informasi. Penerapan Sistem Informasi dapat berhasil baik, maka diperlukan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dengan memanfaatkan kemampuan Teknologi Informasi dalam menunjang pelaksanaan aktivitas bisnis. Struktur dari Sistem Informasi Berbasis Komputer terdiri dari hal-hal sebagai berikut : • Kebijakan dan Strategi, peraturan organisasi misi, strategi, tujuan, sasaran bisnis, Anggaran biaya investasi, biaya operasi, pemeliharaan, sumber pembiayaan • Organisasi dan Sumber Daya Manusia, fungsi dan struktur organisasi mendukung strategi bisnis, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia yang tepat • Sistem dan Prosedur, fungsi unit kerja dan kewenangannya ; alur data dan informasi ; sistem pelaporan • Data, sumber data ; volume data ; kualitas data ; tipe data • Teknologi Informasi, perangkat keras ; perangkat lunak sistem operasi, aplikasi program ; perangkat komunikasi • Informasi, kegunaan dan kepentingan ; ketersediaan dan keakuratan ; kemudahan mendapatkan Berikut adalah Perbandingan setelah penggunaan sistem informasi dan sebelum sistem informasi : setelah penggunaan sistem informasi Waktu, waktu pengerjaan dalam membuat suatu laporan akan relatif lebih cepat, lebih akurat dan informatif yang dapat digunakan bagi kepentingan manajemen puncak organisasi Pengulangan pekerjaan, dengan penggunaan aplikasi program ERP, maka secara otomatis dan bertahap akan mengurangi terjadinya pengerjaan yang berulang double job, dimana melalui aplikasi program ERP, maka setiap transaksi yang diinput pada aplikasi program, secara otomatis dapat digunakan untuk transaksi berikutnya yang berkaitan. Hal ini tentunya akan terjadinya pengurangan waktu dalam proses bisnis. Proses kerja, proses transaksi dengan menggunakan aplikasi program ERP, tentunya akan lebih efisien, seperti hal yang sederhana akan terjadi pengurangan penggunaan kertas 73 Keuangan, meningkatkan kinerja keuangan dengan pengurangan nilai persediaan dan pengurangan nilai outstanding Account Receivable, karena informasi yang real-time Proses bisnis, penyempurnaan dan penyederhanaan bisnis proses yang praktis merupakan hal mutlak yang harus dilakukan, demi meningkatkan kompetitif bisnis agar organisasi dapat meningkatkan keuntungan secara maksimal. Produktivitas, meningkatkan kinerja organisasi dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan customer satisfaction hanya dapat dilakukan, jika organisasi meningkatkan produktivitas dalam melakukan proses produksi. Rantai persediaan, terintegrasi dengan supplier dan customer dalam menghasilkan suatu produk yang dibutuhkan pelanggan hanya tercapai, jika rantai persediaan berjalan baik. E-bisnis, tersedia fasilitas web based dalam sistem yang terintegrasi, agar proses transaksi bisnis tidak tergantung dengan waktu dan jarak. Komunikasi, tersedia fasilitas yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara supplier dengan customer secara efektif Informasi, tersedianya berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mendukung operasional fungsional untuk pengambilan keputusan strategis dalam perencanaan dan pengawasan bagi manajemen puncak Organisasi sebelum penggunaan sistem informasi : Waktu, pengerjaan proses bisnis memerlukan waktu yang relative lama dibanding dengan cara kerja menggunakan aplikasi program ERP. Proses transaksi, transaksi keuangan dengan multi-currency, maka diperlukan untuk beberapa file, sehingga proses lama Keuangan, meningkatkan biaya pengadaan inventory dan overdue saldo Account Receivable, karena informasi yang tidak update Proses bisnis, terjadinya duplikasi pekerjaan, sehingga terjadinya tidak efisien dalam pekerjaan dan proses bisnis yang berbelit-belit Produktivitas, terjadinya respon lambat, karena diperolehnya informasi yang kurang jelas Rantai persediaan, tidak terjadi integrasi dengan supplier dan customer E-bisnis, pekerjaan dilakukan secara tradisional, belum adanya fasilitas web based dalam Sistem informasi yang terintegrasi Komunikasi, tidak efektif dalam berkomunikasi antara supplier dengan customer, sehingga sering terjadi mis-komunikasi. Informasi, kurangnya berbagai informasi yang dibutuhkan dalam operasional fungsional untuk pengambilan keputusan strategis dalam perencanaan dan pengawasan, maka tiap fungsional manajerial disibukkan untuk pengumpulan data- data untuk pembuatan laporan yang dikerjakan secara manual. Infrastruktur merupakan hal utama dalam perencanaan membangun sistem informasi. Dengan adanya infrastruktur yang kuat, maka dapat dikatakan bahwa organisasi telah membangun pondasi yang kuat. Secara umum, Infrastruktur sistem informasi berbasis teknologi informasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Orang, orang yang terlibat dalam penerapan sistem informasi merupakan faktor yang

sangat penting, terutama dalam hal komitmen waktu, dukungan, rasa memiliki, keterlibatan, semangat, dan rasa perlawanan yang minimum.

b. Proses Bisnis, hal terpenting dalam proses yang merupakan acuan utama dalam

Dokumen yang terkait

M01459

0 3 213