Landasan Teori Pengujian sistem

163 hingga usia kerja. Pengerja tersebut melayani sebagai pembawa firman, tim musik keyboard, gitar, bass, dan drum, pemimpin pujian, singer, operator multimedia, soundman, usher, asisten, absen, dan doa. Dalam menjalankan ibadah dalam setiap minggunya yang terdiri dari sekitar 350 anak setiap minggunya yang terbagi dalam 3 kali ibadah. Dan dalam setiap ibadah terdiri dari 4 kelas, sehingga dibutuhkan pengerja-pengerja yang dapat disebar ke dalam kelas- kelas yang ada. Jadi, dari 50 orang pengerja yang ada harus dibagi sesuai kebutuhan yang ada dalam 3 kali ibadah yang masing-masing terdiri dari 4 kelas. Idealnya dalam 1 kelas yang standar terdapat 1 pemimpin pujian, 1 pemain musik, 1 pembawa renungan, dan 1 asisten. Dan terdapat peraturan bahwa dalam melayani, setiap pengerja yang ada diharuskan mengikuti ibadah minimal 1 kali di minggu tersebut. Pengerja yang ada dipimpin oleh seorang PJT Penanggung Jawab Tempat. PJT bertanggung jawab penuh dalam memberikan ibadah kepada jemaat yang ada setiap minggunya. Jasa yang diberikan dalam ibadah berupa pembawa renungan, tim musik drum, keyboard, gitar, dan bass, pemimpin pujian, singer, operator multimedia, soundman, usher, asisten, absen, dan doa. Dalam mengatur pembagian tugas pelayanan yang ada, PJT bertanggung jawab dalam membuat jadwal. Pembagian tugas yang ada didasarkan pada kemampuan dan ketersediaan waktu yang dimiliki masing- masing pengerja. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali terdapat masalah berkenaan dengan jadwal yang dibuat. Masalah yang timbul adalah terdapatnya kelebihan kerja yang dialami para pengerja dalam melakukan plotting atau pembagian tugas yang membuat pengerja yang bertugas harus bertugas dari pagi sampai sore. Hal tersebut terjadi karena PJT yang membuat jadwal terkadang kurang memperhatikan batasan yang ada seperti peraturan yang ada bahwa setiap pengerja yang bertugas harus minimal ibadah 1 kali.

2. Landasan Teori

A. Sistem Pakar Sistem pakar adalah program komputer yang merepresentasikan dan melakukan penalaran dengan pengetahuan dari seorang pakar dalam bidang tertentu dengan pandangan untuk memecahkan masalah atau memberikan masihat. Pakar manusia human expert adalah seseorang yang mempunyai penguasaan terhadap suatu masalah. Berdasarkan pengalamannya, pakar manusia mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah secara lebih efisien dan efektif. Sistem pakar juga harus dapat menjelaskan alasan dari setiap langkah dalam mencapai suatu tujuan goal dan menjawab pertanyaan tentang solusi yang dicapainya, seperti halnya seorang pakar manusia. Pohon keputusan terdiri dari sejumlah simpul nodes dan cabang branch yang menghubungkan simpul orang tua parents ke simpul anak child dari bagian atas sampai bagian bawah dari pohon keputusan. Simpul paling atas disebut juga sebagai akar roots. Akar tidak memiliki parents, sedangkan setiap simpul yang di bawahnya hanya memiliki satu parent. Simpul paling bawah yang tidak memiliki anak disebut sebagai simpul daun leaf. Simpul daun merepresentasikan semua solusi keputusan yang diturunkan melalui pohon keputusan. Secara umum pohon keputusan menggunakan beberapa kriteria untuk memilih mana cabang yang akan dilalui sehingga nantinya hanya terpilih satu cabang yang menghasilkan keputusan. Teknik penalaran untuk membangun suatu pohon keputusan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 164 1 Penalaran maju forward chaining 2 Penalaran mundur backward reasoning Pohon keputusan kemudian dapat dikonversi menjadi serangkaian aturan rules yang direpresentasikan oleh jalur path yang berbeda-beda pada pohon keputusan. Aturan yang dihasilkan dari pohon keputusan selanjutnya digunakan sebagai basis pengetahuan yang diperlukan pada sistem pakar [1]. B. Forward Chaining Operasi dari sistem forward chaining dimulai dengan memasukkan sekumpulan fakta yang diketahui ke dalam memori kerja working memory, kemudian menurunkan fakta baru berdasarkan aturan yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Proses ini dilanjutkan sampai dengan mencapai goal atau tidak ada lagi aturan yang premisnya cocok dengan fakta yang diketahui. Pendefinisian struktur pengendalian data aturan ditulis dalam struktur If – Then dan diberi nomor aturan untuk membedakan aturan yang satu dengan yang lain. Aturan akan dituliskan pada file teks dengan menggunakan sintaks prolog [2]. Sintaks rule yang digunakan adalah sebagai berikut : rule rule id if [N:kondisi,…] then [aksi,…]. Keterangan:  rule id : nomor identifikasi dari aturan tersebut.  N : nomor identifikasi untuk kondisi  kondisi : premis atau pola untuk dicocokkan dengan memori kerja  aksi : konklusi atau aksi yang akan dilakukan. Metode Forward chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan ke depan yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggabungan rule untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai penyelesaian akhir, karena seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju. Adapun struktur hirarki digambarkan pada Gambar 1 [3]. Gambar 1 Struktur Hirarki Forward chaining 165

3. Pembahasan

Dokumen yang terkait

M01459

0 3 213