Pada bagian e, nilai dari membership grade

50 2 Coupland, 2008 3 Coupland, 2008 Pada bagian b, output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Sama seperti bagian a, nilai dari secondary membership grade tidak selalu ―1‖. Nilai secondary membership grade bervariasi dari 0.1 hingga 1. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 2. Pada bagian c, nilai dari secondary membership grade akan selalu ―0‖. Berikutnya output T2-fuzzy sets yang telah dibagi-bagi akan dibuat menjadi 2 buah segitiga pada tiap bagiannya. Titik sudut pada setiap segitiga tersebut akan dimasukkan ke dalam sebuah array. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 3. 4 Coupland, 2008 5 Coupland, 2008 Pada bagian d isi array sama dengan bagian c, hanya saja nilai dari secondary membership grade akan selalu ―1‖. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan

4. Pada bagian e, nilai dari membership grade

akan selalu ―0‖ dan nilai dari secondary membership grade akan bervariasi dari 0.1 hingga 1. Konfigurasi arraynya dapat dilihat pada persamaan 5. Setelah didapatkan nilai-nilai array dari masing-masing bagian, maka masing-masing nilai array tersebut akan dimasukkan ke dalam persamaan berikut : dan 6 Coupland, 2008 Setelah itu dicari centroid of a T2-fuzzy sets yang merupakan hasil akhir dari perhitungan T2-Fuzzy. Berikut adalah persamaan dari centroid dari T2-fuzzy sets : 7 Coupland, 2008 4. Simulasi dan Perhitungan T2-Fuzzy dapat didesain dengan 2 cara, yaitu menggunakan perhitungan manual atau menggunakan perhitungan simulasi. Pada bagian pertama yaitu fuzzifier, merubah input real menjadi T2-Fuzzy sets untuk UMF dan LMF. Sebagai contoh, T2-Fuzzy diberi input seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Persamaan yang digunakan adalah jarak antara titik awal segitiga ke input dibagi dengan jarak antara titik awal segitiga ke titik puncak segitiga. Gambar 6. Input Membership Function 1 Gambar 7. Input Membership Function 2 51 Diperoleh hasil sebagai berikut, hasil perhitungan manual dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perhitungan simulasi terdapat sebuah perbedaan yaitu adanya pembulatan dengan ketelitian 2 angka di belakang koma. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh besar. Tabel 1. Tabel UMF Input 1 dan Input 2 Tabel 2. Tabel LMF Input 1 dan Input 2 Gambar 8. Simulasi Perhitungan UMF dan LMF Bagian kedua dari T2-Fuzzy adalah Inference dan rule base. Tabel Rule yang digunakan dapat pada Tabel 3. Output dari proses fuzzifier dimasukkan ke dalam rule tabel yang terlihat pada Tabel 4 UMF dan Tabel 5 LMF. Setelah itu dicari nilai Minimal dari Tabel rule UMF dan LMF. Berikutnya dari hasil tersebut dicari nilai Maksimal, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 3. Tabel Rules Tabel 4. Tabel Rules UMF Tabel 5. Tabel Rules LMF Tabel 6. Tabel nilai Min dan Max dari UMF dan LMF Gambar 9. Simulasi Perhitungan Nilai Maksimal Gambar 10. Output T2-Fuzzy Sets Berikutnya membuat output T2-fuzzy sets dengan nilai maksimal dari UMF dan LMF yang didapat. Nilai UMF akan menjadi batas atas dari output T2-fuzzy sets dan LMF akan menjadi batas bawahnya. Output T2-fuzzy sets dapat dilihat pada Gambar 10. Setelah itu menentukan titik-titik pembagi untuk melakukan perhitungan selanjutnya. Tabel pembagian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Nilai Pembagi Output T2-Fuzzy Sets Pada bagian terakhir adalah proses defuzzifier, dimana output T2-fuzzy sets diubah menjadi output crisp atau output real. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat array dengan konfigurasi yang ada pada Subbab Desain T2-Fuzzy. Hasil array dapat dilihat pada Tabel 8. Berhubung data yang didapat cukup banyak, maka data yang disajikan hanya salah satu bagian yaitu bagian c. Sedangkan hasil perhitungan secara simulasi dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12. Berikutnya dari tabel tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan 6, sehingga didapatkan nilai dari Area Triangel dan nilai x C Triangle. Selanjutnya dari hasil persamaan tersebut dilakukan perhitungan 52 menggunakan persamaan 7. Hasil yang didapat dari persamaan 7 dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 13. Tabel 8. Tabel Output Triangel Bagian c x,y Tabel 9. Tabel Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy Gambar 11. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C X Gambar 12. Gambar Hasil Simulasi Output Triangel Bagian C Y Gambar 13. Gambar Simulasi dari Hasil Akhir Perhitungan T2-Fuzzy 5. Kesimpulan Dengan menggunakan program simulasi di atas, perhitungan T2-Fuzzy dapat dilakukan secara simulasi program dengan selisih perhitungan yang kecil. Perbedaan yang dikeluarkan hanya berkisar 0.01 tidak terlalu besar, sehingga program simulasi sudah layak untuk digunakan. Daftar Pustaka 1. Bouabdallah, S., Murrieri, P., Siegwart, R. 2004. Design and control of an indoor micro quadrotor. IEEE International Conference on Robotics and Automation, 2004. Proceedings. ICRA ‟04. 2004, 4393–4398 Vol.5. doi:10.1109ROBOT.2004.1302409 2. Wicaksono, H. 2010. Fast Geometric T2-Fuzzy Based Improved Lower Extremities Stimulation Response. 3. Salih, A., Moghavvemi, M. 2010. Flight PID controller design for a UAV quadrotor. … Research and Essays, 523, 3660 –3667. Retrieved from http:www.researchgate.netpublication230633819_Flight_PID_Controller_Design_f or_a_UAV_Quadrotorfiled912f511361f422fdd.pdf 4. Coupland, J. 2008. A Fast Geometric Method for Defuzzification of Type-2 Fuzzy Sets. 53 Pemanfaatan Lampu Ultraviolet Sebagai Pemercepat Pertumbuhan Tanaman Syafriyudin Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta dienakprind.ac.id Abstrak Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya matahari dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman, dalam penelitian ini tanaman yang di buat sebagai specimen penelitian adalah cabe, tomat, kecambahtauge, sawi, tanaman ini di sinari selama12 jam secara terus menerus dengan jarak tanaman terhadap lampu ± 70 – 120 cm dari ujung tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima oleh tumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang di dapatkan bahwa tanaman yang terkena sinar ultraviolet yang berasal dari alat dapat tumbuh 1,5 kali lebih cepat jika di bandingkan dengan tanaman yang dikenakan dengan sinar matahari biasa. Kata kunci : ultraviolet, tanaman, pertumbuhan. Latar belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan merupakan tantangan yang harus mendapatkan prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan sumberdaya alam dan sosial budaya yang beragam, harus dipandang sebagai karunia Ilahi untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sektor pertanian merupakan suatu solusi utama dalam permasalahan ketahanan dan keamanan pangan, yang didalamnya adalah petani sebagai masyarakat pelaksana. Namun sering kali masyarakat petani gagal melakukan panen yang disebabkan oleh hama penyakit dan yang sangat mengacaukan usaha atau tindakan petani adalah cuaca yang tidak menentu sehingga tanaman mereka layu bahkan mati karena tidak dapat melakukan fotosintesis yang pada akhirnya kualitas dan kuantitas hasil panen menurun dan sinar matahari yang ekstrim karena efek pemanasan global yang menyebabkan hancurnya klorofil tanaman. Secara umum semua orang pasti mengharapkan adanya suatu alat yang aman, mandiri dan dapat mengatasi permasalahan fotosintesis agar lebih maksimal kualitas dan kuantitasnya, apalagi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mulai dari pembibitan, pembesaran, pembungaan atau pembuahan sampai panen, bernilai ekonomis bagi pengguna maupun negara dan ramah lingkungan, dalam semua sektor ketahanan pangan khususnya pertanian pasti sangat mengharapkannya, selain hasil kualitas dan kuantitas panen lebih maksimal alat sudah mandiri. Tinjauan Pustaka. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan factor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampai intensitas 10.000 lux, grafik kecepatan fotosintesis bergerak linear positif. Data penelitian tersebut adalah untuk tanaman dewasa, sedangkan untuk tanaman muda tingkat semai-sapihan belum diperoleh data, selain itu penelitian mengenai kekhususan 54 sifat akan kebutuhan cahaya pada jenis-jenis tanaman tertentu juga belum di kerjakan. Pengurangan intensitas sinar sampai 60 pada screenhouse berpengaruh positif nyata terhadap pertumbuhan awal tinggi dan diameter semai kapur Suhardi,1995, Spora dapat berkecambah dalam kondisi cahaya terang biasa ataupun gelap dan perkecambahan spora akan terhambat jika diberi penyinaran UV lebih dari 2 jam dan pemberian sinar matahari langsung Pawirosoemardjo dan Purwantara, 1987. Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh radiasi matahari Tjasjono, 1995. Budidaya krisan di rumah kaca jauh lebih baik dibandingkan di lahan terbuka, karena di negeri asalnya krisan dibudidayakan di rumah kaca. Hal ini karena untuk mendapatkan bunga tumbuh seragam, kompak dan bermutu tinggi dibutuhkan perlakuan khusus yang mutlak harus diterapkan, seperti manipulasi panjang hari dengan lampu pijar neon, aplikasi hormon, aplikasi penyinaran dan lain - lain. Perlakuan ini lebih mudah diatur dan diterapkan dalam rumah kaca atau plastik daripada di lahan terbuka.Frendita Sandriawati,2012. Tanaman krisan memerlukan tanah dengan kesuburan sedang, Karena tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun. Apabila di tanam di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7 secara genetik krisan merupakan tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan produksi bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon Dewi Ermawati.,2012. Pada proses pencahayaan pengaturan panjang hari pada bunga krisan. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia 14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka tanaman akan masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, ada penanam krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup tanaman dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman. Masyuhadi MF.,dkk., 2005 Tujuan dari penelitian dan pengujian alat adalah sebagai berikut : Mengetahui pengaruh lamanya sinar ultraviolet terhadap tumbuh batang, besar dan jumlah daun serta besar batang pada tanaman uji Metodologi Penelitian Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Alat pemacu pertunbuhan tanaman, Penggaris, Jangka sorong b. Bahan 1. Kacang hijau, benih cabe , tomat, terong yang sudah disemai 2. Polybag 6 X 10 cm berisi campuran tanah dan pupuk kandang. 1. Langkah pengujian Pengujian dilakukan dengan objek beberapa tanaman pada polybag. Dimana sinar tersebut menyinari tanaman pada polybag dengan jarak ±100 cm pada pukul 06.00-18.00 selama 12 jam. Pertumbuhan tanaman diukur setiap hari mengunakan pengaris dan jangka sorong. Adapun yang diukur pada tanaman tersebut sebagai berikut : Tinggi tanaman Ukuran batang Panjang, lebar dan banyaknya daun. 55 Gambar. 1 Contoh tanaman yang akan di uji Gambar 2 Lampu Menyinari Tanaman Hasil Penelitian. a. Pengujian pada kecambah tauge Tabel 1 pengujian pada kacang kecambah tauge. Hari Sinar UV Tanpa Penerangan Matahari 1 2 1,9 1,5 2 3,3 2,8 2,2 3 4,3 3,9 3,3 Gambar 3 Tanaman kecambah umur 1 – 3 hari Gambar. Grafik pertumbuhan panjang kacang hijau tauge b. Pengujian pada tanaman tomat Tabel 2 hasil pengujian data tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman tomat. Sinar UV Matahari Pupuk Tanpa Pupuk Pupuk Tanpa Pupuk Hari Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun 1 0,5 - 0,3 - - - - - 2 1,2 - 2,1 2 - - - - 3 2,4 - 2,7 2 0,2 - - - 4 2,9 2 2,9 2 0,9 - 0,3 - 5 3,3 2 3 2 1,5 2 1,4 - 6 3,4 2 3,1 2 1,7 2 2,4 2 7 3,5 2 3,2 2 1,9 2 2,5 2 8 3,6 2 3,3 2 2 2 2,8 2 9 3,7 2 3,5 2 2,1 2 2,9 3 1 2 3 4 5 1 2 3 pa nja ng cm hari ke- sinar uv tanpa penerangan matahari 56 10 3,8 2 3,6 3 2,2 4 3,1 3 11 4 4 3,9 3 2,3 4 3,4 4 12 4,2 6 4 4 2,5 4 3,5 4 13 4,5 7 4,1 5 2,7 5 3,9 5 14 4,7 8 4,2 6 3,1 5 4,1 6 15 4,9 9 4,5 8 3,2 6 4,4 6 16 6,4 11 4,9 9 3,5 8 4,7 8 17 8,5 13 5,5 9 3,7 8 4,9 10 18 9 15 7,9 11 3,8 8 5 10 19 10,6 17 8,2 12 4,1 8 5,5 11 20 11 18 10,2 14 5,3 9 6,1 12 21 12,5 20 11,3 16 8,1 11 7,2 12 22 14,7 22 12,6 18 10,1 12 8,5 13 23 16,1 23 12,9 20 11,5 15 9,3 13 24 17,5 25 13,5 21 12,2 17 10,1 15 25 18,9 27 14,3 23 13,5 17 11,5 15 26 20,7 29 16,1 26 14,3 19 12,5 17 27 22,1 30 18,5 27 18,3 19 13,5 17 28 22,7 33 19,3 28 19,1 21 15,2 18 Gambar. 4. grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat. c. Pengujian pada tanaman cabai Tabel 3 Hasil pengujian tinggi dan banyaknya daun pada pertumbuhan tanaman cabai. SINAR UV MATAHARI PUPUK TANPA PUPUK PUPUK TANPA PUPUK Hari Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun Tinggi cm Jumlah Daun 1 0,5 - 0,5 - - - - - 2 2,1 2 1,2 2 0,3 - - - 3 2,4 2 1,9 2 1,9 - 0,2 - 4 2,5 2 2,1 2 2 2 0,9 2 5 3,1 2 2,5 2 2,3 2 1,1 2 6 3,3 3 2,9 2 2,4 2 1,9 2 7 3,5 4 3 2 2,5 3 2,1 2 8 3,6 4 3,1 2 2,6 4 2,2 2 9 3,8 4 3,2 3 2,8 4 2,3 2 10 4 5 3,3 4 2,9 4 2,4 3 11 4,1 5 3,4 4 3 4 2,8 4 12 4,3 6 3,5 4 3,1 4 2,9 4 13 4,4 6 3,7 5 3,2 5 3 4 14 4,5 7 3,9 6 3,5 5 3,1 4 15 4,6 8 4,1 6 3,9 5 3,2 5 16 4,9 8 4,5 7 4,1 6 3,4 5 17 5,3 9 4,7 8 4,3 7 3,6 5 18 6,1 9 5,9 8 5,1 8 3,7 6 19 6,9 10 6,5 8 5,7 8 4,5 6 20 7,6 10 7,3 10 6,1 8 4,9 7 21 8,9 10 8,5 10 6,7 8 5,1 7 22 9,7 11 9,4 10 7,2 9 5,4 7 23 10,5 12 9,8 10 7,8 9 5,9 8 24 11,4 12 9,9 10 8,4 9 6,4 8 10 20 30 40 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 jum la h hari ke- UV pu pu k 57 25 12,1 13 10,2 10 8,5 9 6,8 9 26 13,2 14 10,5 10 8,7 10 7,2 9 27 13,7 14 11,5 11 9,5 10 7,9 9 28 14,2 14 11,8 11 10,3 10 8,3 10 Gambar. 5 Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman cabai d. Pengujian pada tanaman sawi. Tabael. 4. hasil pengujian lebar pertumbuhan daun pada tanaman sawi. Hari Sinar UV Matahari Pupuk Tanpa Pupuk Pupuk Tanpa Pupuk Lebar mm Lebar mm Lebar mm Lebar mm 1 5,8 6 5,1 5,9 2 6,5 6,4 5,3 6 3 7 6,8 6 6,2 4 8 7,3 6,5 6,4 5 8,7 7,7 6,9 6,5 6 9,5 8,1 7,3 6,7 7 10,3 8,3 7,8 6,8 8 11,5 8,5 8 7 9 12,3 8,8 8,5 7,4 10 13 9,2 9 7,8 11 14 9,5 9,6 8 12 14,9 9,9 9,8 8,5 13 15,4 10,2 10,1 9 14 16,3 10,6 11,2 9,5 15 17 11 12 10 Gambar. 6 Grafik pertumbuhan tanaman sawi Kesimpulan. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa hasil penelitian, maka dapat digaris bawahi beberapa poin penting sebagai berikut: 1. Pertumbuhan tanaman dan kecambah juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima. Semakin besar itensitas cahaya maka semakin baik pula 5 10 15 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 jum la h hari ke- UV pupuk UV tanpa pupuk 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415 L eba r c m Hari Ke- UV Pupuk UV Matahari Pupuk Matahari 58 pertumbuhan tanaman. Tetapi jika intensitas cahaya yang didapatkan tanaman kurang dan berlebihan, maka pertumbuhan tanaman akan kurang baik. 2. Tanaman mengunakan alat pemacu pertumbuhan dalam ruangan a. Pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat dan jumlah daunnya bertambah lebih cepat, berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang tegak. Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh penyinaran yang cukup dan pertambahan pupuk kandang. Sehingga proses fotosintesis yang sangat cukup itulah yang menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat berdaun lebar, tebal dan banyak. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan tinggi yang cepat, daun berwarna hijau lebar dan tebal, dan batang kecambahnya tegak, Namun pertambahan daunnya lambat. 3. Tanaman mengunakan sinar matahari di luar ruangan a. Pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh dan berisi, Namun pertambahan daunnya lambat. Pertumbuan disebabkan cahaya matahari yang setiap saat berubah-ubah intensitas dan suhunya. b. Tanpa pupuk Mengalami pertumbuhan yang kurang cepat, daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh, Namun batang kecambahnya tidak seperti mengunakan pupuk dan pertambahan daunnya lambat. Pertumbuhan disebabkan cahaya matahari yang berubah-ubah intensitas, suhu dan tidak mengunakan pupuk. . DAFTAR PUSTAKA 1. Dewi Ermawati., 2012., Pengaruh warna cahaya tambahan terhadap pertumbuhan dan pembungaan tiga varietas tanaman krisan Chrysanthemum morifolium potong., Laporan Penelitian fakultas pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2. Frendita Sandriawati, dkk., 2012, Faktor- faktor yang Berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong di Desa hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman., laporan skripsi fakultas pertanian UNS. 3. Faridah, E, 1996, Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza dan serbuk arang pada pertumbuhan alam Drybalanops sp. Buletin penelitian Nomor 29 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 4. L. Widiastuti,dkk., 2004., Pengaruh Intensitas cahaya dan kadar damikosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot, jurnal ilmu pertanian In press Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 5. Masyuhadi MF., dkk., 2005.,Pengkajian potensi agribisnis tanaman hias di Daerah Istimewa Yogyakarta, laporan penelitian kegiatan Litbang pertanian DIY., Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 6. Marjenah, 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan ‖Rimba Kalimantan‖ Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda. Kalimantan Timur. 7. Pawirosoemardjo, S., Purwantara, A. 1987. Sporulation and spore germination of Corynespora cassiicola. Proceeding of IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3, 1987. Chiang mai Thailand. P. 24-33 8. Suhardi., 1995., Effect of shading myccorhizza, Inoculated and organic matter on the growth of havea gregaria seeding., buletin penelitian no.28 fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 59 Penentuan Demand Dan Nilai Tambah Produk Industri Kreatif Pada Pasar Lokal Made Irma Dwiputranti 1 , Adriyani Oktora 2 , Dodi Permadi 3 1.2.3 Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung Irma_dwiputrantiyahoo.com , aoktora1gmail.com, permadi311yahoo.com ABSTRAK Industri kreatif pada perkembangan terakhir menunjukan pertumbuhan yang signifikan lk 8 dari PDB. Pertumbuhan ini masih terkendala dengan berbagai faktor, salah satunya adalah permodalan. Namun aspek ini belum terpecahkan dengan baik walaupun sudah ada dukungan penuh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dan Inpres No.62009 BN No. 7853 hal. IB - ISB tentang Pengembangan Industri Kreatif. Hal ini disebabkan antara lain: 1 belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif; 2 jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3 belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baik. Kendala ini membutuhkan analisis lebih rinci tentang aspek yang paling dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan industri kreatif. Penelitian ini dilakukan melalui analisis LFA Logical framework approach serta pendekatan Cluster industri dengan objek pada fashion dan desain yang merupakan industri kreatif cukup mapandi Kota Bandung. Luaran yang diharapkan antara lain: 1 Identifikasi Critical Success Factors pada industri kecil berbasiskan demand dan potensi lokalitas; 2 Terpetakannya model stimulus Pemodalan dan treatment terhadap Critical Success FactorsCSF; 3 Analisis nilai tambah produk berbasiskan demand dan pasar lokal dan internasional; 4 Analisis kebijakan modal bagi industri kreatif secara umum berdasarkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah Keyword: CSF; Industri Kreatif; Kebijakan; Permodalan; fashion dan desain PENDAHULUAN Saat ini, industri kreatifmembutuhkan dukungan pemerintah berupa fasilitasi pengadaan infrastruktur yang baik,kemudahan perizinan, dan peniadaan pungutan liar Biranul Anas, 2008. Industri kreatif membutuhkan kebebasan dalam menciptakan sesuatu.Namun, pelaku usaha ekonomi kreatif seringkali terkendala biaya dalam mengembangkan usaha dan produktivitasnya.Melalui Inpres No.62009 BN No. 7853 hal. IB - ISB tentang Pengembangan Industri Kreatif, pemerintah telah meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah untuk melakukan rencana aksi pengembangan usaha ekonomi kreatif. Usaha ini antara lain: 1 kegiatan ekonomi berbasiskan kreativitas, keterampilan, dan bakat Individu untuk menciptakan kreasi bernilai ekonomis. 2 Pemerintah akan meminta pihak perbankan untuk mendukung pengembangan usaha ekonomi kreatif dengan memberikan pinjaman modal 21 Januari 2010, BusinessNews. Hasil studi Kementerian Perdagangan dalam Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015, pengembangan industri kreatif menghadapi sejumlah kelemahan dari aspek pembiayaan. 1 belum ada bentuk skema pembiayaan yang sesuai dengan industri kreatif dimana syarat kolateral pada skema kredit konvensional memberatkan, dan tidak memotivasi pelaku industri kreatif karena seluruh risiko harus ditanggungnya. 2 jumlah komitmen penyaluran pinjaman oleh lembaga keuangan belum memadai kebutuhan usaha industri ini. 3 belum tersosialisasi dan terlaksana dengan baikSeluruh aspek kelemahan di atas akan menjadi hambatan untuk perkembangan industri kreatif, terutama dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum. Dibutuhkan peran pemerintah dalam bentuk dukungan yang lebih meringankan jika upaya pemodalan perbankan butuh perbaikan secara organisasi yang lebih rigid. Hal ini mengingat industri kreatif sangat fleksibel dan tumbuh serta berkembang alami. 60 METODE PENELITIAN Berikut adalah metode pelaksanaan penelitian: Perumusan Lingkup Pemetaan dan Perancangan Industri Kreatif Identifikasi Critical Success Factor Industri Kreatif -Analisis Nilai Tambah Industri Kreatif - Analisis Kebijakan Permodalan Evaluasi faktor dominan dari CSF sebagai stimulus industri kreatif , Model Stimulus Berdasarkan CSF industri kreatif Pengorganisasian Penelitian - Wawancara - Observasi lapangan site survey - LFA Rekomendasi dan Evaluasi - Analisis Nilai Tambah dan Pasar - Du Pont Analysis Pengembangan tahapan implementasi sistem rantai pasok industri kreatif Studi Pendahuluan Studi Literatur - Analisis Statistik Tujuan Penelitian - Pendekatan Klaster Industri Pelaksanaan Penelitan Gambar 1 Metodologi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian stakeholder berasal baik dari kalangan pelaku usaha, industri pendukung dan terkait, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya perlu diundang dalam suatu pertemuan Focus Group Discussion FGD yang diselenggarakan atas inisiatif penelitian ini. a. Analisis Masalah Faktor Penghambat dan Potensi Faktor Pendukung Industri Fashion Masalah keunggulan daya saing sentra industri fashion dapat diidentifikasi dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Berdasarkan model tersebut faktor-faktor yang dikaji berkaitan dengan keunggulan daya saing sentra industri fashion yaitu kondisi input, kondisi permintaan, kondisi strategi perusahaan dan persaingan, serta kondisi industri terkait dan pendukung. Selain faktor penghambat masalah dalam pembahasan ini juga disajikan faktor-faktor pendukung potensi keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung. 1 Masalah Faktor Penghambat Input Sistem Industri fashion: Sinergitas dan pembinaan belum terwujud Majalaya menjadi kota semrawut Mesin modern teknologi belum dimiliki Daerah banjir Bahan baku mengandalkan impor dengan harga mahal Keamanan demonstrasi, bom, gempa bumi Bank tidak percaya Industri fashion Sulit perijinan Biaya transport mahal Biaya dan pajak promosi mahal Biaya energi Listrik BBM naik terus 61 Proses Perijinan kurang transparan SDM kurang terampil Turn over SDM tinggi Peran pemerintah sebagai mediator antara perguruan tinggi dan pengusaha dalam mengembangkan desain tidak maksimal Vendor banyak tapi sedikit yang kualitasnya konsisten Program pemerintah kurang menyentuh terhadap pengusaha kecil tentang perberdayaan ekonomi dan entrepreneur pengusaha kecil menengah Penelitian dan pengembangan untuk usaha kecil dan menengah masih sangat kurang Pilihan bahan baku terbatas kurang variatif Kuantitas bahan baku harus partai besar tidak melayani pemesanan dalam jumlah kecil 2 Masalah Faktor Penghambat strategi perusahaan dan persaingan: Budaya jiplak masih tinggi Kurang kesadaran untuk bekerja sama antar perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar Permodalan yang terbatas Job order dengan marjin kecil Desain tidak berkembang jika hanya mengandalkan job order Kompetitor banting harga Komunikasi dan kerjasama usaha dg industri pendukung belum terbina dengan baik Kesadaran desain masih rendah Belum menerapkan standar kompetensi SDM Tidak tersedia informasi yg cukup yang menggambarkan kekhususan tentang jenis produk Persaingan yang ketat dengan produk Cina Sulit membuat proyeksi prospek kapan pelanggan akan pesan kaos Biaya promosi mahal 3 Masalah Faktor Penghambat berkaitan dengan faktor Demand: Standar produk kaos belum optimal Tingginya permintaan dengan merk asing Kurang sosialisasi standar mutu Industri fashion Issue lingkungan hidup limbah sablon Sarana dan prasana tidak menunjang 4 Masalah Faktor Penghambat berkaitan dengan industri pendukung dan terkait adalah pasokan bahan baku tidak konsisten kualitas, harga, pengiriman. Potensi peningkatan keunggulan daya saing sentra industri fashion ditunjukkan dengan adanya faktor-faktor pendukung berikut ini. 1 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan Input: Sentra industri tekstil Kota Bandung Lokasi Strategis Dilalui beberapa jurusan angkutan kota Bandung Sebagai kota fashion trend Sumber daya manusia SDM tekstil relatif tersedia Banyak sekolah terkait Ada fasilitasi promosi dan misi dagang dari pemerintah Bahan baku tersedia 2 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan strategi perusahaan dan persaingan adalah tersedia industri yang terintegrasi di Indonesia. 62 3 Potensi Faktor Pendukung berkaitan dengan Demand: Adanya permintaan yang signifikan di luar negeri untuk produksi tekstil yg berbahan baku serat alam Job Order Pasar pasti Permintaan lokal tinggi Belanja pemerintah untuk FASHION meningkat Peningkatan angkatan sekolah Permintaan ekspor cukup tinggi Potensi kebutuhan sandang tinggi 220 juta orang Kualitas produk cukup bersaing 4 Potensi Faktor Pendukung berkenaan industri pendukung dan terkait: Banyak terdapat perguruan tinggi yg mempunyai jurusan desain Industri bahan pembantu cukup Industri aksesoris cukup. Quality control QC secara umum dilakukan secara terpisah dan memiliki pola yang berbeda antar setiap konveksi atau penjahit. Pada dasarnya pengecekan kualitas dilakukan pada pra produksi, produksi dan pasca produksi. Secara umum industri kreatif yang ada di Kota Bandung telah melakukannya walaupun dilakukan secara tidak seragam. Tabel 1 Quality Control NO Objek Pengecekan Pengecekan Kualitas Keterangan Pra- Proses Proses Produksi Pasca- Proses 1 Desain I: Dilakukan Desain Awal Idegagasan I II I II: Kadang kadang Desain Gambar I II I III: Tidak Dilakukan Desain PrototifeModel I 2 Bahan I I 3 Material Pendukung I I 4 Produksi Jahit I I I Sablon I I I Bordir I I I Printing I I I Quality control dilakukan oleh pemilik desain atau pemesan dengan pemilik yang menetapkan standar kualitas dan standar kualitas yang diinginkannya customer. apabila tidak memenuhi standar maka akan dikembalikan ke supplier. Produk jadi akan dicek dengan pengecekan fisik yang mengacu pada standart quality yang diminta. Pemetaan proses secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Gambar 3 Proses Produksi Kemeja dan Kaos Gambar 3 dapat dilihat bahwa terdapat 6-7 proses utama yang dilalui materialbahan baku. Pada penelitian yang diamati pada proses jahit, desain dan Sablon. karena dinilai 63 bahwa proses tersebut memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penentuan perbaikan kinerja kualitas produk. Jika diamati perhatian besar untuk produk fashion saat ini antara jahit dan desain memiliki bobot yang relatif hampir dekat walaupun masih lebih besar jahit. Perancangan Pengendalian Produk Fashion Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis, maka dapat dikermbangkan rancangan pengendalian produk fashion ini dengan acuan tabel 2. Tabel 2 Pengembangan Pengendalian Mutu Produk Fashian Proses Jenis Pengendalian Keterangan Pra-Produksi Inspeksi dan Pengujian Inspeksi Kain dan Penyimpanannya Inspeksi kain, merupakan bagian yang sangat penting dan harus dilakukan segera setelah kain diterima. Jika tidak sesuai agar dapat segera dilakukan perbaikan oleh pabrik pembuatannya. Hal – hal yang perlu diinspeksi adalah : lebar kain, sebab berkaitan dengan marker yang telah direncanakan, cacat – cacat kain, baik cacat struktur anyaman atau cacat tenun, termasuk bowing dan skewness, cacat celupan maupun cacat printing. Penyimpanan kain sebelum diproses lebih lanjut, dimaksudkan agar tidak kotor dan rusak, jika mungkin dalam suhu dan kelembaban relatif tertentu agar dimensi kain tidak berubah dan tidak ditumbuhi jamur. Ujung gulungan diusahakan agar terlindungi dari sinar dan debu. Benang Jahit Zipper Gelar Susun Kain Speardling Pemotongan Proses Produksi Mutu Proses Penjahitan Pada proses penjahitan sangat rentan terhadap terjadinya cacat, hal ini sangat bergantung kepada tingkat keterampilan operator meupun kondisi peemesinan serta tingkat pengawasan dan inspeksi yang diterapkan. Cacat pada proses penjahitan dapat terjadi pada hasil jahitan, sambungan jahitan maupun pada penggabunganperakitan. Inspeksi dilakukan terhadap Cacat Jahitan Cacat Jahitan Sambung Cacat pada perakitan Proses penyempurnaan Pasca Produksi Inspeksi Akhir Pada pelaksanaan inspeksi akhir diperlukan adanya daftar pengamatan yang menerangkan bagian mana dari pakaian yang harus diperiksa. Daftar pengamatan yang harus ada tersebut adalah: 1. Spesifikasi ukuran, menunjukkan dimensi dan toleransi bagian yang harus diukur. 2. Cara pengukuran, pada spesifikasi ukuran harus dicantumkan pula cara pengukurannya. 3. Spesifikasi mutu, yang meliputi mutu jahitan, mutu sambungan, mutu perakitan, letak aksesoris, kancing, lubang kancing, saku, cuff, pelekatan lapisan, penampilan hasil pressingseterika, kenampakan pakaian, dll, serta mutu kain jika ada yang terlewatkan pada inspeksi awal. 64 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama ini maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok: 1. Sistem Kendali Mutu Proses Produksi Sistem Kendali yang dihasilkan meliputi tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. A. Tahap Pra Produksi terdiri dari Kain dan Penyimpanannya, Benang Jahit, Zipper, Spreadling Gelar – Susun Kain, dan PEMOTONGAN Cutting B. Tahap Pengendalian Mutu Produksi Terdiri dari Pengendalian Mutu Proses Penjahitan, Cacat Jahitan Sewing Defects, Cacat Jahitan Sambungan Kain Seaming Defects, Cacat-cacat pada Waktu Perakitan Assembly defects, dan Pengendalian Mutu Proses Penyempurnaan C. Pelaksanaan Inspeksi Akhir D. Inspeksi dengan Sistem Penyaringan Screening 2. Analisis nilai tambah proses, produk, dan pasar berbasiskan standar mutu proses dapat diidentifikasi melalui daya saing yang bisa digunakan melalui hasil produksi atau output, dengan menggunakan model diamond competitiveness Porter. Faktor- faktor pendukung potensi keunggulan daya saing sentra industri fashion Kota Bandung, antara lain: Adanya permintaan yang signifikan sehingga mutu produk sangat berpengaruh terutama karena ada Permintaan lokal tinggi,sehingga Kualitas produk cukup bersaing. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal 1. Jatmiko, B., ―Pemetaan dan Perancangan Rantai Pasok Industri Kreatif Kota Bandung‖, Poltekpos., 2009 2. Simonin, B. L. 1997. The importance of collaborative know-how: An empirical test of the learning organization. Academy of Management Journal, 405, 1150-1174. 3. Leon J. Rosenberg, Logical Framework Approch, USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc.

4. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat,

Dokumen yang terkait

M01459

0 3 213