Metode FTIR Deskripsi Teori 1. Semikonduktor TiO

16 Gambar 4. Klasifikasi Isoterm Adsorpsi Desorpsi Isoterm adsorpsi tipe I dihasilkan dari adsorpsi mikropori. Isoterm adsorpsi tipe II dihasilkan dari isoterm adsorpsi padatan non pori atau makropori yang heterogen, adsorpsinya bersifat reversibel. Isoterm adsorpsi tipe III terjadi karena interaksi adsorben-adsorbat yang lemah. Isoterm adsorpsi tipe IV memiliki histeresis loop atau peristiwa dimana kurva proses isoterm adsorpsi dan isoterm desorpsi tidak berimpitsudut kontak adsorben-adsorbat pada proses adsorpsi biasanya lebih besar daripada sudut kontak pada proses desorpsi karena jalan isoterm adsorpsi berbeda dengan isoterm desorpsi sampai tekanan relatif PP mendekati 0,4. Histeresis ini disebabkan oleh adanya retakan kapiler pada adsorben dan karakteristik pada material mesopori. Isoterm adsorpsi tipe V dihasilkan dari interaksi adsorben-adsorbat yang lemah seperti halnya isoterm adsorpsi tipe III. Jalan isoterm adsorpsi berbeda dengan jalan isoterm desorpsi seperti pada tipe IV. Isoterm adsorpsi tipe VI karakteristik untuk multilayer adsorpsi pada material non pori yang seragam Allen, 1997. Alur histeresis pada isoterm adsorpsi desorpsi menunjukkan adanya kondensasi kapiler dalam mesopori. Menurut IUPAC alur histeresis Tekanan relatif Vo lu m e ya ng te ra ds or po si 17 diklasifikasikan dalam empat tipe Gambar 5 yang masing-masing berkaitan dengan bentuk dan struktur porositas dalam mesopori. Alur histeresis tipe H1 merupakan karakteristik untuk material mesopori yang mengalami aglomerasi dengan ukuran yang seragam distribusi pori sempit. Tipe H2 menunjukkan adanya pori yang berbentuk leher sempit dengan ruang yang luas di dalamnya. Tipe H3 menunjukkan pori dengan bentuk slit-like, dan tipe H4 menunjukkan karakter mikropori yang dominan Allen, 1997. Gambar 5. Klasifikasi Alur Histeresis

B. Penelitian yang Relevan

Azmi 2014 menggunakan teknik basah untuk preparasi N-TiO 2 dengan mencampur TTIP, etilendiamin, akuades dan etanol. Sensitisasi senyawa N-TiO 2 menggunakan CdS dengan metode SILAR Succesive Layer Adsorption dapat menurunkan energi celah pita N-TiO 2 menjadi 1,95 eV pada 50x pencelupan dengan CdS. Pencelupan yang semakin banyak menghasilkan pergeseran absorpsi ke arah visibel pada spektra UV-Vis. Usaha yang dilakukan untuk menggeser absorpsi TiO 2 ke daerah sinar tampak pada awalnya dilakukan dengan pendadahan ion transisi Wang et al., Tekanan relatif Vo lu m e y an g t er ad so rp si