Metafora Personifikasi Semiotika Riffaterre

Parabeln und Rätsel Unter allen Schlangen ist eine, Auf Erden nicht gezeugt, Mit der an Schnelle keine, An Wut sich keine vergleicht. Ibarat dan teka-teki Di antara semua ular ada salah satu, Yang di bumi tidak bersaksi, Dengan tanpa kecepatan, Mencapai kesepakatan tanpa marah. Penyair menggunakan metafora berupa Schlange atau ular pada baris pertama. Kemudian metafora tersebut dijabarkan dengan mendeskripsikan ide umumnya pada baris berikutnya.

7. Perumpamaan Epos

Perumpamaan epos yaitu perbandingan yang dilanjutkan dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya. Pada mulanya penulis membuat suatu perbandingan kemudian dilanjutkan melalui frasa atau kalimat. Contoh perumpamaan epos dalam karya sastra Jerman terdapat dalam puisi karya Rilke yang berjudul Herbst berikut ini. Sumber: http:rainer-maria- rilke.de06b015herbst.html. Herbst Die Blätter fallen, fallen wie von weit, als welkten in den Himmeln ferne Gärten; sie fallen mit verneinender Gebärde. Musim gugur Dedaunan gugur, jatuh laksana dari kejauhan, Seolah-olah layu dari taman surga nan jauh; Mereka gugur dengan isyarat yang negatif. Rilke mendeskripsikan gambaran Herbst yang berarti musim gugur yang dilanjutkan pada baris-baris selanjutnya. Penggambaran musim gugur tersebut seperti dedaunan berguguran dan gugurnya seperti dari kejauhan. Pada baris selanjutnya kemudian dilanjutkan dedaunan tersebut gugur seperti layu dari surga. Dedaunan tersebut gugur dengan isyarat penolakan.

b. Penyimpangan Arti Distorsing of Meaning

Penyimpangan arti terjadi karena ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense.

1. Ambiguitas

Ambiguitas merupakan kata-kata, frase, atau kalimat dalam puisi yang mempunyai arti ganda atau multi tafsir. Contoh ambiguitas dapat ditemukan dalam puisi Heidenröslein karya Johann Wolfgang von Goethe berikut ini. Sumber: http:gutenberg.spiegel.debuchjohann-wolfgang-goethe-gedichte- 3670475. Knabe sprach :”Ich breche dich, Röslein auf der Heiden” Rös lein sprach: “Ich steche dich, Daβ du ewig denkst an mich, Und ich will‟s nicht leiden.” Sang pemuda berkata “kupatahkan engkau, Duhai mawar kecil di padang rumput ” Mawar kecil berkata : “aku menusukmu, Sehingga kau akan teringat padaku selamanya, Dengan begitu aku tidak a kan terluka.” Ambiguitas terdapat pada kalimat Röslein sprach: “Ich steche dich, yang berarti mawar kecil berkata : “aku menusukmu. Mawar kecil dalam puisi ini mengibaratkan seorang gadis yang berbicara dengan Knabe pemuda. Steche dalam kutipan puisi tersebut bisa jadi berarti bahwa si gadis melukai sang pemuda atau mungkin si gadis menolak untuk dimiliki atau bisa jadi gadis tersebut memberikan rintangan kepada Knabe.