Misalnya seorang kader hanya terampil pada kegiatan penimbangan saja karena tidak ada pergantian tugas setiap bulannya. Jadi, keterampilan teknis kader dapat terlihat
saat mereka melaksanakan tugas-tugasnya pada hari buka Posyandu. Keterampilan manusiawi merupakan kecakapan dalam mengadakan kerja
sama, memahami dan memotivasi orang lain. Keterampilan jenis ini biasanya banyak dimiliki oleh orang yang mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
disekitarnya dari berbagai lapis masyarakat. Seorang kader Posyandu seharusnya juga memiliki keterampilan manusiawi sehingga menimbulkan kenyamanan bagi peserta
maupun dengan sesama kader, meningkatkan partisipasi peserta Posyandu, dan akhirnya peserta tidak malas untuk datang lagi ke Posyandu pada bulan berikutnya.
Keterampilan konseptual
merupakan kecakapan
seseorang dalam
mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengaktifkan organisasi. Biasanya jenis keterampilan ini banyak dimiliki oleh seorang menejer yang sudah berpengalaman
dalam bidang tertentu dan digunakan untuk membuat suatu keputusan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Keterampilan konseptual ketua Posyandu harus
baik sehingga dapat membawa anggota dalam pencapaian program Posyandu yang optimal.
2.4 Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita
Menurut Supariasa et al. 2008 pertumbuhan growth berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun
individu, yang diukur dengan ukuran berat gram, pound, kilogram, ukuran panjang centimeter, meter, umur tulang dan keseimbangan metabolik retensi kalsium dan
nitrogen tubuh. Jadi pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan paling capat dalam kehidupan terjadi selama empat bulan pertama sesudah dilahirkan. Masa empat bulan hingga delapan bulan berikutnya
merupakan masa transisi ke pola pertumbuhan yang lebih lambat. Pada usia delapan bulan pola tumbuh bayi sama dengan usia dua tahun. Penilaian pola tumbuh fisik
merupakan cara utama untuk menetapkan status gizi bayi dan balita Almatsier, 2011. Proses pertumbuhan dapat diamati dengan perubahan-perubahan yang dapat
dinyatakan dalam nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan sebagainya. Jadi pertumbuhan ini bersifat kuantitatif
sehingga dengan demikian dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat Narendra et al., 2010.
Kemenkes RI tahun 2010 dalam buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak menyebutkan bahwa pertumbuhan memenuhi beberapa aspek, yaitu bertambahnya
ukuran jumlah sel serta jaringan interselular; bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan; dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Masa lima tahun pertama kehidupan anak balita merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulang lagi, ma ka masa baltia disebut sebagai “masa keemasan” golden period,
“jendela kesempatan” window of opportunity dan “masa kritis” critical period. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan yang baik terhadap pertumbuhan maupun
perkembangan pada masa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Kusminarti 2009 di Kelurahan Salaman Mloyo
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan balita
Universitas Sumatera Utara
adalah riwayat status gizi balita, penyakit infeksi, pendapatan orangtua, dan pengetahuan ibu tentang gizi.
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan
gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh. Pertumbuhan fisik merupakan indikator status
gizi bayi dan balita. Oleh karena itu pemantauan pertumbuhan fisik ini hendaknya dilakukan secara rutin setiap bulan sehingga apabila terjadi masalah gizi dan masalah
pertumbuhan dapat dideteksi lebih awal sehingga untuk penanganannya dapat dilakukan lebih baik dan optimal.
Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap
bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan, menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan
berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan Kemenkes, 2010. Menurut Aliyatun 2014 peran pemantauan pertumbuhan
balita adalah untuk mengontrol pertambahan berat badan anak agar anak tetap terjamin dapat tumbuh normal dalam upaya mempartahankan anak yang berstatus
gizi baik tetap bergizi baik, meningkatkan status gizi anak menjadi lebih baik, mencegah agar status gizi anak tidak memburuk, dan promosi untuk menciptakan
keluarga sadar gizi. Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sebenarnya dapat dilakukan sendiri
di rumah, tetapi di Indonesia biasanya dilakukan di Puskesmas atau di Posyandu
Universitas Sumatera Utara
dengan melakukan penimbangan setiap bulan. Hasil penimbangan tersebut akan diplot oleh kader Posyandu di Kartu Menuju Sehat KMS yang dibedakan menjadi
dua, yaitu KMS untuk laki-laki berwarna biru atau KMS untuk perempuan yang berwarna merah muda Almatsier, 2011.
Menurut Adoerrachman et al. 2007, KMS anak balita tahun merupakan salah satu alat untuk menerangkan bagaimana keadaan status gizi anak tersebut,
kelengkapan imunisasi, penyakit-penyakit apa saja yang telah diderita anak tersebut dan sebagainya. Selain itu, menurut Kemenkes RI 2011 KMS juga dapat digunakan
sebagai media edukasi dan komunikasi antara kader dengan ibu bayi dan balita. KMS menjadi media edukasi dan komunikasi ketika kader menjelaskan status pertumbuhan
kepada ibu anak yang bersangkutan dan memberikan konseling serta penyuluhan tentang pola asuh anak yang baik, ASI eksklusif, makanan yang bergizi dan
berimbang dan materi-materi lainnya yang dapat menunjang perbaikan kesehatan anak.
Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, dengan adanya kegiatan ini setiap ada gangguan
keseimbangan gizi pada seorang anak dapat diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Jika gangguan gizi dapat diketahui secara dini maka tindakan
penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah.
Hasil penimbangan anak setiap bulan secara tetap dan teratur yang tercatat pada KMS dapat memberikan informasi apakah pertumbuhan anak mengalami
kenaikan atau menurun. KMS tersebut dapat beguna apabila penimbangan dan
Universitas Sumatera Utara
deteksi tumbuh-kembang balita dilakukan setiap bulan. Kemudian semua kolom isian, keadaan kesehatan dan gizi anak diisi dengan benar oleh kader. Sedangkan
orangtua diharapkan selalu memperhatikan catatan-catatan pada KMS, setiap ada gangguan pertumbuhan anak, maka harus dilaporkan kepada kader maupun petugas
kesehatan dan mereka mencari penyebabnya kemudian melakukan tindakan yang sesuai, seperti penyuluhan gizi dalam bentuk konseling yang dilakukan setiap kali
anak selesai ditimbang. Pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau dari beberapa indikator seperti
berat badan BB, tinggi badan TB atau panjang badan PB, lingkar kepala LK dan Lingkar Lengan Atas LILA. Namun pada sebagian Posyandu pengukuran hanya
dilakukan untuk berat badan saja padahal selain berat badan paling tidak pemantauan juga dilakukan terhadap panjangtinggi badan yang dilakukan dengan teliti dan
dicatat dengan cermat sehingga peningkatan atau perlambatan pertumbuhan dapat dimonitor dengan baik Almatsier, 2011. Pengukuran antropometri dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih. Antropometri dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita yang biasa
digunakan di Posyandu, yaitu berat badan dan panjangtinggi badan. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan dipakai pada setiap kesempatan
memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan
lainnya Hidayat, 2009. Menurut Kemenkes RI 2010 perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Jika
kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang semestinya pertumbuhan anak
Universitas Sumatera Utara
terganggu dan anak beresiko mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya jika kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan
gizi. Pengukuran berat badan dapat dilakuan dengan tepat menggunakan timbangan
elektronik, dimana bayi ditimbang dalam keadaan telanjang atau memakai baju dalam saja. Timbangan ini hanya digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun
atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang sedangkan timbangan lain yang dapat digunakan adalah dacin, atau timbangan injak yang secara teratur ditera
untuk menjaga ketepatannya Narendra et al., 2010. Menurut Kemenkes RI 2010 penimbangan berat badan anak dengan umur diatas dua tahun dapat dilakukan dengan
menggunakan timbangan injak atau seperti timbangan badan untuk orang dewasa. Kader diharapkan dapat mengusahakan agar pada saat penimbangan bayi atau balita
ditimbang dengan pakaian yang seminimal mungkin atau paling tidak memakai baju sehari-hari yang tipis sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangan.
Tinggi badan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai status gizi anak disamping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan mudah
dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak Hidayat, 2009. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan
menghubungkan barat badan terhadap tinggi badan Quac stick, faktor umur dapat dikesampingkan Supariasa et al, 2008. Menurut Kemenkes RI 2010 pengukuran
panjang badan atau tinggi badan sangat penting untuk menentukan status gizi bayi dan balita. Pada kenyataannya ada sebagian besar kader Posyandu yang tidak
melakukan pengukuran ini sehingga kegiatan data panjang atau tinggi anak tidak
Universitas Sumatera Utara
tersedia di Puskesmas. Menurut Almatsier et al. 2011 jika pengukuran dilakukan dengan cara anak dibaringkan maka hasilnya disebut dengan panjang badan. Jika
pengukuran dilakukan dengan posisi anak berdiri maka hasilnya disebut dengan tinggi badan.
Menurut Patterson dan Pietinen 2004 dari semua ukuran antropometri yang ada, ukuran berat badan dan tinggipanjang badan memiliki keuntungan utama bahwa
ukuran ini cukup akurat, tidak invasif, dan tidak mahal. Keuntungan lainnya adalah bahwa pengukuran ini dapat memberikan informasi mengenai riwayat gizi jangka
panjang dan dapat dikerjakan oleh petugas yang relatif tidak terampil. Aliyatun 2014 menyebutkan bahwa masalah yang sering ditemukan dalam
pemantauan pertumbuhan kesalahan dalam menimbang anak dan kesalahan dalam menghitung umur anak. Kesalahan menimbang anak biasanya disebabkan oleh
pemasangan dacin yang salah dimana batang dacin tidak diatur agar seimbang setelah meletakkan sarung penimbang, akibatnya berat anak berlebih dari yang seharusnya.
Menurut Kemenkes RI 2010 untuk menyeimbangkan batang dacin yang telah digantungi kain penimbang, maka perlu dipasang bandul penyeimbang berupa plastic
yang diisi batu atau pasir. Kesalahan menimbang anak juga disebabkan karena dacin yang digunakan
tidak layak pakai harus ditera. Kesalahan menghitung umur anak terjadi karena umur dihitung hanya mengurangkan bulan dan tahun penimbangan dengan bulan dan
tahun lahir anak dan mengabaikan mengabaikan selisih hari, konsekuensinya umur anak lebih tua atau lebih muda dari sebenarnya karena sangat tergantung dari jadwal
hari buka Posyandu
Universitas Sumatera Utara
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemantauan pertumbuhan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan interpretasi status pertumbuhan anak dan
kesalahan plot pada KMS. Kesalahan interpretasi status pertumbuhan dapat menyebabkan kesalahan dalam memberikan intervensi kepada bayi atau balita
tersebut. Kemenkes RI 2011 menyebutkan bahwa pertumbuhan bayi dan balita dapat
dipantau dengan menimbang berat badan anak setiap bulan. Hasil penimbangan balita diterjemahkan ke dalam KMS yang menghasilkan status pertumbuhan balita. Status
pertumbuhan dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan
dengan kenaikan Berat Badan Minimum KBM. Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan anak adalah Naik N atau Tidak naik T.
Berat badan bayi dan balita dapat dikatakan Naik N jika grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di atasnya dan kenaikan berat badan lebih besar dari
KBM atau grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya dan kenaikan berat badan lebih besar dari KBM. Sedangkan berat badan dikatakan Tidak Naik T jika
grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya dan kenaikan berat badan lebih kecil dari KBM atau jika grafik berat badan mendatar dan kenaikan berat
badan lebih kecil dari KBM atau grafik berat badan menurun dan kenaikan grafik berat badan lebih kecil dari KBM. Kemudian dari penentuan status pertumbuhan
tersebut dapat diberikan intervensi atau tindaklanjut agar masalah pertumbuhan dapat diatasi sejak dini.
Universitas Sumatera Utara
Tindak lanjut terhadap status pertumbuhan dapat dilakukan dengan memberi dukungan kepada ibu yang berat badannya normal agar mempertahankan pola asuh
yang baik tersebut untuk mempertahankan status kesehatan anak. Jika berat badan anak tidak naik satu kali maka kader memberikan makanan tambahan, konseling
tentang pola asuh yang baik kemudian menunggu penimbangan pada bulan berikutnya. Jika pada bulan berikutnya anak tidak juga naik berat badannya atau berat
badannya berada di bawah garis merah, maka kader sebaiknya merujuk anak tersebuut ke Puskesmas Kemenkes, 2011.
Menurut Depkes RI 2006 data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu: kelompok data yang dapat
digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita, baik untuk penilaian keadaan pertumbuhan individu N, T, atau BGM, dan penilaian keadaan pertumbuhan balita
di suatu wilayah ND. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program atau kegiatan di Posyandu DS dan KS.
Hasil penelitian Jaya et al. 2010 menyebutkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan mempunyai hubungan dengan
cakupan hasil penimbangan balita ND di Kabupaten Lombok Barat, namun tidak ada hubungan antara keterampilan dengan balita yang berat badannya berada di
Bawah Garis Merah BGM berdasarkan balita yang ditimbang pada bulan tersebut BGMD. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan berat badan balita ternyata juga
tidak terlepas dari pengetahuan dan keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Landasan Teori