data bulanan untuk pelaporan ke Puskesmas. Secara teknis tugas-tugas tersebut sangat sempurna untuk menghasilkan pelayanan yang baik, namun untuk
operasional di lapangan sekiranya belum dilaksanakan dengan maksimal oleh kader.
2.3 Pengetahuan dan Keterampilan Kader
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi keterampilan, seperti yang disebutkan Sutermeister 1978 dalam Sugiyono 2008
tentang teori produktivitas kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan adalah pengetahuan, pengalaman, pendidikan, pembinaan, sikap dan
kepribadian seseorang. Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2010.
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh
Notoatmodjo 2010, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluatif. Berdasarkan klasifikasi ini, maka keterampilan kader baru dapat terlihat jika telah
sampai pada tahap aplikasi. Hasil penelitian Fitrianingrum 2010 menyatakan bahwa kader yang memiliki pengetahuan baik 77,1 tidak selalu merupakan kader yang
terampil 22,9, tetapi ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan keterampilan dalam pemantauan pertumbuhan balita. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
penelitian Hamariyana 2011 dan Irma 2013, pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam melaksanakan kegiatan
Posyandu. Selain itu, tingkat pengetahuan dan ketrampilan kader akan lebih baik jika pendidikannya tinggi, mengikuti kursus, mendapat pengajaran lima modul dasar
dalam kursus, aktif dalam mengikuti pembinaan serta mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan.
Pengalaman juga dapat mempengaruhi keterampilan. Semakin lama seseorang bekerja menjadi kader Posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada
saat kegiatan posyandu akan semakin meningkat. Semua tindakan yang pernah dilakukan akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa terus sepanjang
hidupnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang dan dikaitkan dengan masa kerja yang lama dalam menangani suatu pekerjaan, orang
tersebut akan semakin terampil dan pekerjaannya menjadi kebiasaan Hidayat, 2011. Namun penelitian Hamariyana 2011 di Kota Semarang menyebutkan bahwa tidak
ada hubungan antara lama bekerja sebagai kader dengan keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita.
Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal yang merupakan bagian dari karakteristik kader. Tingkat pendidikan seorang kader Posyandu
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi cakupan pelayanan Posyandu. Pendidikan merupakan modal untuk bisa menjalankan tugas dan peranannya dengan
baik disamping pelatihan yang didapatnya Kemenkes RI, 2011. Semakin tinggi tingkat pendidikan kader, maka semakin bertambah pula kecakapannya baik secara
intelektual dan emosionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi pendidikan formal kader maka keterampilannya juga akan semakin baik. Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan
Posyandu khususnya dalam hal pencatatan dan pelaporan karena kader dengan pendidikan formal yang tinggi cepat dan mudah mengerti serta memahami segala
sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti pelatihan maupun waktu melaksanakan kegiatan di Posyandu. Menurut Notoatmodjo 2010, pendidikan
merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. Pendidikan yang tinggi membuat
seseorang lebih mudah memahami suatu informasi. Pembinaan merupakan intervensi yang datang dari luar diri kader dan
dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta keterampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan. Pembinaan sangat penting
artinya untuk kelangsungan kegiatan yang telah dijalankan, karena pada tahap awal latihan kader hanya sekedar memperoleh informasi sehubungan dengan peningkatan
pengetahuan. Hasil penelitian Irma 2013 menyebutkan bahwa pembinaan dapat mempengaruhi keterampilan kader. Semakin tinggi frekuensi pembinaan yang diikuti
kader maka semakin baik juga pengetahuan dan keterampilannya. Menurut Fitrianingrum 2010 pembinaan dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas ataupun
orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut menyangkut tugas-tugas yang harus dilaksanan kader di Posyandu. Namun hasil penelitian Sagala 2005 menyebutkan
bahwa 50 kader tidak pernah mendapatkan pembinaan dari Puskesmas. Pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh adanya pembinaan. Pembinaan
kader akan meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan keterampilan kader dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugasnya. Menurut Junaedi 1990 dalam Sandi 2012, bahwa bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader. Disamping itu pengetahuan dan kemampuan kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan
ulang kader, pengalaman kader selama menjalankan kegiatan posyandu dan kunjungan petugas di luar hari kegiatan posyandu.
Sikap dan kepribadian kader berhubungan dengan kemauan kader dalam melaksanakan Posyandu. Jika sikap dan kepribadian kader terbuka terhadap
perkembangan, maka dapat membawa modifikasi terhadap kemampuannya selama ini dalam bertugas. Selain beberapa hal tersebut, keterampilan tidak akan dapat dicapai
bilamana tidak didukung dengan sarana yang memadai sesuai dengan apa yang diinginkan, karena sarana merupakan bagian dari proses untuk membuat seseorang
terampil Hidayat, 2011. Sarana disini adalah seluruh fasilitias termasuk tempat penyelenggaraan Posyandu dan peralatan yang memadai yang digunakan dalam
suatu kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita, misalnya timbangan atau dacin untuk menimbang berat badan bayi, microtioise atau infantometer untuk
mengukur tinggi atau panjang badan, alat pengukur lingkar kepala maupun lingkar lengan atas. Faktor sarana dapat menjadikan suasana kerja menjadi lebih optimal dan
tentunya lebih mendukung keterampilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Keterampilan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia atau kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan
kedalam bentuk tindakan Notoatmodjo, 2010. Jadi, keterampilan sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
dituntut apabila kader telah mendapatkan pelatihan dari Puskesmas, setelah diberikan penjelasan-penjelasan maka kader sebaiknya menerapkannya pada tindakan dalam
melaksanakan tugasnya di Posyandu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, pengertian keterampilan adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, keterampilan kader Posyandu merupakan kecakapan seorang kader dalam menjalankan tugasnya di Posyandu setelah
sebelumnya mendapatkan pengetahuan baik melalui pelatihan maupun pengalaman kader tersebut. Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut
perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Menurut Juliawan, Prabandari, dan Hartini
2010 keterampilan kader Posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu dari balita dan balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong ibu-ibu rajin ke Posyandu.
Menurut James A.F. Stoner 1996 dalam Hidayat 2011 keterampilan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi
Human Relation Skills, dan keterampilan konseptual. Ketiga bagian keterampilan ini seharusnya dimiliki oleh kader sehingga pelaksanaan kegiatan Posyandu menjadi
lebih baik. Keterampilan teknis merupakan kecakapan seseorang dalam menggunakan
prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan jenis ini lebih mengutamakan pada penggunaan tenaga daripada pemikiran yang mendalam, serta
jarang menguasai berbagai bidang, biasanya hanya satu bidang tertentu saja.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya seorang kader hanya terampil pada kegiatan penimbangan saja karena tidak ada pergantian tugas setiap bulannya. Jadi, keterampilan teknis kader dapat terlihat
saat mereka melaksanakan tugas-tugasnya pada hari buka Posyandu. Keterampilan manusiawi merupakan kecakapan dalam mengadakan kerja
sama, memahami dan memotivasi orang lain. Keterampilan jenis ini biasanya banyak dimiliki oleh orang yang mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
disekitarnya dari berbagai lapis masyarakat. Seorang kader Posyandu seharusnya juga memiliki keterampilan manusiawi sehingga menimbulkan kenyamanan bagi peserta
maupun dengan sesama kader, meningkatkan partisipasi peserta Posyandu, dan akhirnya peserta tidak malas untuk datang lagi ke Posyandu pada bulan berikutnya.
Keterampilan konseptual
merupakan kecakapan
seseorang dalam
mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengaktifkan organisasi. Biasanya jenis keterampilan ini banyak dimiliki oleh seorang menejer yang sudah berpengalaman
dalam bidang tertentu dan digunakan untuk membuat suatu keputusan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Keterampilan konseptual ketua Posyandu harus
baik sehingga dapat membawa anggota dalam pencapaian program Posyandu yang optimal.
2.4 Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita