BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Kader Tentang Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita
Pengetahuan kader tentang tugas dan tanggung jawabnya di Posyandu merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan yang baik cenderung akan
meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Jika kualitas pekerjaan mereka sudah baik, maka secara bersamaan kinerja Posyandu akan semakin baik pula. Hal ini juga
disebutkan oleh Isaura 2011 dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penegtahuan dengan keterampilan kader.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengah kader di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang memiliki pengetahuan yang baik tentang
tugasnya di Posyandu, yaitu sebanyak 50 orang 80,6. Pada umumnya kader-kader tersebut telah mengetahui tugas yang seharusnya mereka lakukan di Posyandu. Bekal
pengetahuan tersebut diharapkan juga dapat terlihat pada tindakan kader dalam melakukan kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu.
Sebagian besar kader sudah mengetahui tugas mereka dalam kegiatan penimbangan namun agak kurang pada kegiatan pengisian KMS. Kebanyakan dari
mereka kurang memahami prosedur pengisian KMS yang benar sehingga kolom informasi di KMS tidak diisi dengan lengkap, misalnya status pertumbuhan. Banyak
bayi atau balita yang status pertumbuhannya tidak ditentukan, padahal setiap anak memiliki target kenaikan barat badan berdasakan KBM sehingga kegiatan selanjutnya
jadi terabaikan seperti menindaklanjuti hasil penimbangan karena status pertumbuhan
56
Universitas Sumatera Utara
anak tidak pernah dideskripsikan dengan jelas. Hal ini juga yang menyebabkan kegiatan di meja keempat atau penyuluhan jarang dilakukan oleh kader.
Sebanyak 58 orang kader 93,8 menyatakan bahwa mereka akan meminta ibu bayi atau balita untuk melepaskan jaketsepatutopipopok basah tersebut sebelum
malakukan penimbangan. Tetapi pada kenyataanya tidak semua yang mengetahui poin ini melaksankannya dalam tindakan saat melakukan penimbangan. Sedangkan
kebanyakan kader kurang memahami bagaimana berat badan bayi atau balita yang dapat dikatakan naik. Sebanyak 22 orang 35,5 kader menganggap bahwa bayi
atau balita yang berat badannya naik tanpa memenuhi angka Kenaikan Berat badan Minimal KBM maka status pertumbuhannya adalah naik. Sedangkan pada
pelaksanaannya jarang sekali kader yang melakukan penilaian terhadap status pertumbuhan dan menuliskannya di KMS. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya
pengetahuan kader tentang prosedur pengisian KMS. Pengetahuan kader yang kurang mengenai tata cara pengisian KMS juga didukung oleh penelitian Mashudi dan
Rossita 2011 di Desa Purworejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo yang menyebutkan bahwa hanya 6,25 kader yang penegtahuannya baik dalam
penggunaan KMS. Sedangkan Hamariyana 2011 menyebutkan bahwa 48,6 tingkat pengetahuan kader sudah baik tentang penilaian kurva pertumbuhan balita.
Penelitian Muhammad 2011 menyebutkan pengetahuan kader tentang penanggulangan balita dengan gizi kurang di Kecamatan Klangenan sebesar 74,6
termasuk pada kategori baik. Munfarida 2012 juga menyebutkan bahwa 79,5 kader di wilayah kerja Puskesmas Jagir telah memiliki pengetahuan yang baik. Selain
itu, faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah umur, pendidikan, lama
Universitas Sumatera Utara
menjadi kader, keaktifan, pelatihan dan pembinaan. Namun menurut Agustin 2011, hanya 6 kader yang pengetahuannya baik tentang perkembangan balita di Desa
Cipancing, sedangkan 50 kader pengetahuannya kurang.
5.2 Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita