G. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara
kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk lisan.
21
sebuah penulisan tentang suatu peristiwa sejarah pada dasarnya tidak dapat menjawab kebenaran secara mutlak, namun dalam proses pengkajiannya itulah
kemudian menjadi warna dalam kompleksitas dari kebenaran suatu peristiwa sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto, tahapan penelitian sejarah terdiri dari
heuristik, verifikasi, interpretasi dan penulisan.
22
1. Heuristik
Heuristik diartikan sebagai upaya untuk mengumpulkan sumber- sumber sejarah dalam rangka mendukung rekonstruksi masa lampau dari
peristiwa yang akan ditulis. Menurut Kuntowijoyo heuristik merupakan kegiatan menghimpun sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah disebut juga
sebagai data sejarah, yang di dalam bahasa Inggris disebut datum bentuk tunggal dan data bentuk jamak. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sumber sejarah yang dikumpulkan
haruslah sesuai dengan sejarah yang akan ditulis. Berdasarkan bahannya, sumber sejarah dibagi menjadi dua, yaitu sumber tertulis dokumen dan
21
Dudung Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 43-44.
22
Nugroho Notosusanto. Norma-Norma Dasar Penelitian Sejarah. Jakarta: Dephankam, 1971, hlm. 35
sumber tidak tertulis artifact. Dokumen dapat berupa surat-surat, notulen rapat dan kontrak kerja, sedang artifact dapat berupa foto-foto, bangunan dan
alat-alat.
23
Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Perkembangan Iklan Media Cetak dan Pengaruhnya terhadap Modernisasi di
Jawa 1930-1942” ini adalah sumber tertulis yang didapatkan melalui penelusuran pustaka yang berupa buku-buku, koran, majalah, arsip dan
sumber online dari berbagai perpustakaan, yakni Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, Jogja Library Center, Perpustakaan Pusat
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Perpustakaan Pusat ISI Yogyakarta, Perpustakaan Kolose St. Ignatius, Perpustakaan Daerah
Yogyakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Sumber-sumber yang didapatkan kemudian dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan kesaksian daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain, atau
dengan alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya yang selanjutnya disebut sebagai saksi mata.
24
Maka dari itu sumber primer
23
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang, 2001, hlm. 95-97.
24
Gottschalk, op.cit., hlm. 35.
harus dihasilkan dari seseorang yang sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan namun dalam penerapannya sumber primer yang didapat dan
digunakan biasanya tidaklah harus asli, hal ini dikarenakan keterbatasan sumber. Dalam penelitian yang dibuat ini penulis menggunakan sumber
primer berupa iklan-iklan cetak yang terbit di berbagai media antara tahun 1930-1942, yaitu antara lain:
Almanak Djawi edisi tahun 1930, 1937, 1938 dan 1940
Almanak Melajoe , 1941
Almanak Muhammadiyah, 1941
Faber, G. H. Von. 1930. A Short History of Journalism in the Dutch East Indies
. Surabaya: G. Kollf Co. Surat Kabar De Locomotief edisi 2 Mei 1931.
Surat Kabar Galih Pakoean edisi 30 April 1931. Surat Kabar Sin Po, 1934, 1935, 1936, 1937, 1938, 1939, 1940 dan
1942. Surat Kabar Sin Tit Po edisi 4, 6 7 April, 20 26 Agustus 1931.
Surat Kabar, Java Nippo, 1934 Majalah d’Orient, 1934, 1935, 1937, 1939 dan 1940.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan-mata, yakni seseorang yang tidak hadir pada
peristiwa yang dikisahkannya.
25
Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh dari orang kedua yang memperoleh berita dari sumber lain.
25
Ibid., hlm. 45.