Periklanan dan Modernisasi Kesehatan di Jawa

masyarakat terutama pribumi golongan menengah kebawah. Obat-obat tradisional-pun masih mudah didapatkan di pasaran, obat-obat ini kebanyakan merupakan ramuan tradisional Tiongkok yang dikemas dalam kemasan modern. 41 Namun demikian usaha-usaha modernisasi dalam dunia kedokteran dan dunia kesehatan ini masih relatif profit oriented berorientasi pada keuntungan semata dan diskriminatif, sehingga hanya golongan yang mampu membayar yaitu orang-orang kulit putih Eropa dan priyayi, serta golongan pengusaha Tionghoa dan Arab yang mendapatkan pelayanan secara optimal.

F. Periklanan dan Modernisasi Lapangan Pekerjaan

Dalam bidang lapangan pekerjaan, modernisasi terwujud dengan bergesernya pola magang dalam sistem tradisional Jawa menuju pada sistem seleksi berdasarkan tingkat pendidikan dan kemampuan profesi bidang keahliannya. Hubungan kerja diikat dalam sistem kontrak yang saling disepakati secara rasional, yang tidak lagi berdasarkan hubungan kekerabatan atau azas keturunan erfelijkheids-beginsel. Walaupun dalam pengangkatan pegawai pada birokrasi pemerintahan kolonial atau birokrasi keraton pola-pola seleksi lama berdasarkan hubungan kekerabatan kepriyayian masih berlaku, akan tetapi dalam dunia industri atau dunia perdagangan komersial sistem tradisional itu mulai ditinggalkan. Perolehan pendapatan atau sistem penggajian diukur dari produktivitas kerja yang dihasilkan sehingga pekerja bagi para pengusaha menjadi salah satu faktor produksi atau modal. Modernisasi dalam lapangan pekerjaan terlihat pada iklan-iklan surat kabar tentang lowongan pekerjaan seperti 41 Lihat iklan pada surat kabar Sin Po edisi 4 April 1931 dan 23 Agustus 1931. lowongan zeitmachine zetter yang diiklankan dalam surat Kabar Sin Tit Po edisi 6 April 1931. 118

BAB V KESIMPULAN

Awal mula pemanfaatan iklan di Hindia Belanda tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi percetakan. Teknologi percetakan mulai dikenal sejak kedatangan Belanda ke Nusantara. Kesadaran akan betapa pentingnya pers mendorong kongsi dagang Belanda yaitu Vereenigde Oost-Indische Compagnie VOC dan juga para misionaris mendatangkan percetakan ke Hindia Belanda. VOC menggunakannya untuk mencetak peraturan-peraturan, sedangkan para misionaris untuk menerbitkan literatur agama dalam bahasa daerah. Namun sementara percetakan cukup aktif mencetak dokumen dan buku-buku, tidak terlihat upaya untuk menerbitkan surat kabar. Pada tahun 1615 atas perintah Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen diterbitkan semacam surat kabar di Batavia, yang berupa lembaran dengan tulisan tangan yang diberi nama Memories Der Nouvelles. Tulisan tangan ini pula yang digunakan oleh Jan Pieterzoon Coen, untuk mengirimkan berita ke pemerintah setempat di Ambon dalam Memories de Nouvelles. Tulisan tangan Coen yang indah ternyata itu merupakan refleksi dari naluri bersaing pemerintah Belanda dengan Portugis. Kedua negara tersebut terlibat dalam perebutan hasil rempah- rempah di kepulauan Ambon, dan Coen “menulis” iklan untuk melawan aktivitas perdagangan Portugis. Jan Pieterzoon Coen kemudian dianggap sebagai perintis penggunaan iklan di Hindia Belanda. Lebih dari satu abad kemudian, tepatnya pada 7 Agustus 1744, untuk pertama kalinya dilakukan uji coba penerbitan media komunikasi massal resmi