xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata  kuliah  Keperawatan  Jiwa  dideskripsikan  sebagai  mata  kuliah  yang mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan
keperawatan  pada  pasien  dengan  gangguan  perilaku  kekerasan,  halusinasi, waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri.
Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan ceramah dan diskusi metode clasikal, penugasan dan role play sehingga terkesan
monoton,  kurang  menarik  dan  membuat  mahasiswa  tidak  mandiri  dalam  belajar. Padahal  Pemberlakuan  Kurikulum  2004  atau  Kurikulum  Berbasis  Kompetensi
oleh  pemerintah  menghendaki  terwujudnya  suasana  belajar  dan  proses pembelajaran  agar  peserta  didik  secara  aktif  mengembangkan  potensi  dirinya.
Dalam  kurikulum  berbasis  kompetensi,  standar  kompetensi  Keperawatan  Jiwa tidak  hanya  sekedar  akumulasi  dari  sejumlah  pengetahuan  yang  dihafal  aspek
kognitif tetapi juga pengembangan sikap aspek afektif dan ketrampilan tertentu yang tercermin dalam perilaku kehidupan aspek psikomotor.
Berdasarkan  data  yang  diperoleh  dari  bagian  evaluasi  Program  Studi  S1 Keperawatan  Fakultas  Ilmu  Kesehatan  Universitas  Muhammadiyah  Surabaya,
nilai  Keperawatan  Jiwa  pada  tahun  2008-2009  kurang  dari  65  dari  jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas KKM
≥ 65 . Kenyataan ini menunjukan  bahwa  masih  rendahnya  tingkat  pemahaman  mahasiswa  terhadap
xvii mata  kuliah  keperawatan  jiwa  khususnya  pada  pokok  bahasan  asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Berdasarkan  data  dari  bagian  profesi  Program  Studi  S1  Keperawatan
Fakultas  Ilmu  Kesehatan  Universitas  Muhammadiyah  Surabaya  bahwa pencapaian  kompetensi  asuhan  keperawatan  jiwa  pada  mahasiswa  yang  praktik
profesi Ners tahun ajaran 2009-2010 hanya mencapai 62 dari jumlah mahasiswa yang  mencapai  nilai  hasil  belajar  tuntas  KKM
≥  65  .  Berdasarkan  laporan pembimbing  klinik  kepada  bagian  profesi  bahwa  sebagian  besar  mahasiswa
kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan  halusinasi.  Hal  ini  disebabkan  karena  pasien  dengan  halusinasi  yang
dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri,
asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita.
Berdasarkan  fakta  yang  telah  dijelaskan,  dengan  teknik  pembelajaran seperti  yang  diterapkan  selama  ini  pada  mata  kuliah  keperawatan  jiwa,  untuk
mencapai  tujuan  pembelajaran  berupa  mahasiswa  mampu  mencapai  kompetensi sampai  tahap  psikomotor  akan  sulit  dilaksanakan.  Untuk  dapat  mencapai  tujuan
pembelajaran  yang  berupa  kognitif,  afektif  dan  psikomotor  maka  diperlukan pembelajaran  yang mengaitkan teori dengan dunia nyata.  Salah satu pendekatan
pembelajaran  yang  ditawarkan  untuk  diteliti  adalah  melalui  pendekatan kontekstual Contextual Teaching and LearningCTL.
xviii Secara umum pendekatan kontekstual CTL merupakan suatu cara belajar
yang  membantu  dosen  mengkaitkan  materi  yang  diajarkan  dengan  situasi  dunia nyata  mahasiswa  dengan  melibatkan  tujuh  komponen  utama  pembelajaran
efektifitas,  yakni  kontruktivisme  Contructivisme,  bertanya  Questioning, menemukan  Inquiri,  masyarakat  belajar  Learning  Community,  pemodelan
Modeling, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment Depdikbud 2002. Sehingga pembelajaran  dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari dosen.
Menurut  Piaget,  pengajaran  yang  baik  harus  melibatkan  anak  dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen,  yaitu mencoba
segala  sesuatu  untuk  melihat  apa  yang  terjadi,  memanipulasi  tanda  –  tanda  dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan
apa yang ia temukan pada saat yang lain Ibrahim dan Nur, 2000.Seperti halnya Piaget,  Vygotsky,  dalam  Ibrahim  dan  Nur  2000,  bahwa  perkembangan
intelektual  anak  terjadi  pada  saat  individu  berhadapan  dengan  pengalaman menantang  ketika  mereka  berusaha  untuk  memecahkan  masalah  yang
dimunculkan  oleh  pengalaman  ini.  Sementara  itu  interaksi  social  dengan  teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa Penerapan  pembelajaran  dengan  pendekatan  kontekstual  membutuhkan
media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa
xix sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya Arief Sidharta, 2006.
Modul  merupakan  salah  satu  bentuk  media  pembelajaran  yang  berupa  media cetak.  Dalam  modul  asuhan  keperawatan  jiwa  berisi  strategi  pengorganisasian
materi  pembelajaran  yang  terdiri  dari  squancing  yang  mengacu  pada  pembuatan urutan  penyajian  materi  pelajaran,  dan  synthesizing  yang  mengacu  pada  upaya
untuk  menunjukan  kepada  mahasiswa  keterkaiatan  atara  fakta,  konsep,  prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul
asuhan  keperawatan  jiwa  yaitu  membantu  mahasiswa  menyiapkan  belajar mandiri,  memiliki  rencana  kegiatan  pembelajaran  yang  dapat  direspon  secara
maksimal,  memuat  isi  pembelajaran  yang  lengkap  dan  mampu  memberikan kesempatan  belajar  pada  mahassiwa  dan  dapat  memonitor  kegiatan  belajar
mahasiswa.  Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi S1  Keperawatan  Fakultas  Ilmu  Kesehatan  Universitas  Muhammadiyah  Surabaya
hanya  memanfaatkan  media  cetak  yang  bersumber  pada  buku  jika  metodenya ceramah  dan  pada  ranah  kognitif  dan  afektif,  sedang  ranah  psikomotor  dengan
role play. Sesuai  dengan  Visi  dan  Misi  Rumah  Sakit  Jiwa  Menur  selain  sebagai
pelayanan kesehatan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka Keberadaan  Rumah  Sakit  Jiwa  Menur  Surabaya  sebagai  media  nyata  proses
pembelajaran  sudah  selayaknya  dimanfaatkan  oleh  cititas  akademik  khususnya bidang  kesehatan  sebagai  media  pembelajaran  seperti  Prodi  S1  Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Keuntungan lain yang  di  dapat  dari  pembelajaran  di  Rumah  Sakit  Jiwa  Menur  Surabaya  karena
xx jumlah  pasien  gangguan  jiwa  yang  rawat  inap  rata-rata  selama  3  bulan  terakhir
terhitung Bulan November 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 sebanyak 200 orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68 pasien gangguan
jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15 mengalami perilaku kekerasan,  7    mengalami  gangguan  konsep  diri:  HDR,  5    mengalami
gangguan  proses  piker:  waham  dan  5    gangguan  keperawatan  lainnya. Keuntungan  lain  menggunakan  Rumah  Sakit  Jiwa  Menur  sebagai  media
pembelajaran  adalah  asuhan  keperawatan  jiwa  dan  pendokumentasian  proses keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan
sebagai  role  model  bagi  mahasiswa  dalam  menerapkan  pembelajaran  asuhan keperawatan  jiwa  pada  pasien  dengan  halusinasi.  Melalui  pengembangan
perangkat  pembelajaran  ini  diharapkan  kegiatan  perkuliahan  lebih  terarah  dan sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  perlu  peneliti  untuk  melakukan penelitian  yang  berhubungan  dengan  peningkatan  kualitas  pembelajaran  dengan
pendekatan  kontekstual  dengan  modul  di  Rumah  Sakit  Jiwa  Menur  Surabaya sebagai  media  pembelajaran  Asuhan  Keperawatan  Jiwa  pada  pasien  dengan
halusinasi.
B. Rumusan Masalah