Tesis Asuhan Keperawatan Jiwa - Kedokteran Keluarga | Makalah Dan Jurnal Gratis Reliani

(1)

i

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA

(Studi Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Mencapai Derajat Magister

Disusun Oleh: RELIANI S540209316

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

ii

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA

(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

Disusun Oleh: Reliani S540209316

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing: Pada Tanggal: 6 Agustus 2010

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp.PA (K) NIP. 194903171976091001

……… …………

Pembimbing II Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001

……… …………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. M.M, M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001


(3)

iii

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA

(Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

Disusun Oleh: Reliani S540209316

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 06 Agustus 2010

Dewan Penguji:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Bhisma Murti, dr. M.Sc, MPH., Ph.D NIP. 195510211994121001

...

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd NIP. 196611081990032001

... Anggota : Prof. Dr. Ambar Mudigdo. dr. Sp.PA (K)

NIP. 194903171976091001

...

Anggota : Dr.Hermanu J.,M.Pd NIP. 195603031986031001

...

Mengetahui, Direktur PPS UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004

Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK NIP. 194803131976101001


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Reliani

NIM : S540209316

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa proposal tesis berjudul “MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam proposal tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan


(5)

v

KATA PENGANTAR

Kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar dapat membawa perubahan dan perubahan itu pada pokoknya adalah diperoleh kecakapan baru melalui suatu usaha. Dalam melakukan proses pembelajaran dosen dapat memilih beberapa metode mengajar. Model pembelajaran kontekstual disebut efektif jika dalam pelaksanaannya meliputi tujuh tahapan kontekstual antara lain konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Menurut beberapa ahli metode contextual teaching and learning sangat bagus untuk meningkatkan pemahaman dan membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Penulisan tesis ini berjudul ” MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)” ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan medel pembelajaran contextual teaching and learning dan modul asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan pembelajaran keperawatan jiwa.

Penulisan tesis ini memang masih jauh dari harapan, tetapi penulis berharap tesis ini berguna sebagai sumber informasi pembaca, masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi peneliti selanjutnya. Penulis sadar bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan untuk itu saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sejawat dan para pembaca sangat penulis harapkan.

Surakarta, 6 Agustus 2010


(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penyusunan proposal penenlitian tesis yang berjudul “MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi PTK Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya) dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait, proposal penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala hormat perkenankan penulis menyampaiakan terima kasih pada:

1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi, dr., Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah member kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S2)

2. Prof. Drs. Suranto, MSC, PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun tesis ini.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., MM, M.Kes.,PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret.

4. Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses penulisan tesis ini.

5. Dr. Hermanu J, M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesungguhan kepada penulis selama proses penulisan tesis ini.

6. Dr. Hendro Riyanto, Sp.Kj selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan demi suksesnya program pendidikan yang penulis tempuh


(7)

vii

8. I Wayan Wikarmadana, SE suamiku tercinta yang selalu memberikan dorongan baik secara materiil dan moral sehingga terselesaikan tesis ini. 9. Segenap Civitas Akademika Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surabayaatas kerjasamanya sehingga penulis mendapat fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian tesis ini

10.Para mahasiswa tercinta semester VI yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

11.Semua pihak yang memotivasi sehingga penyusunan proposal ini terselesaikan.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan, mahasiswa dan para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu penyempurnaan, untuk itu perlu kritik dan saran demi perbaikan tesis ini.

Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Surakarta, 6 Agustus 2010


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ……….. i

LEMBER PERSETUJUAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iii

LEMBAR PERNYATAAN ………. iv

KATA PENGANTAR ……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH ……… viii

DAFTAR ISI ………..……….……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……...……….……… x

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR DIAGRAM ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN .……..……….……… xiii

ABSTRAK ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A.Latar Belakang ………..……….. 1

B.Rumusan Masalah ………..………. 5

C.Tujuan Penelitian ………..……….. 6

1. Tujuan Umum ………..……….. 6

2. Tujuan Khusus ………..…………... 6

D.Manfaat Penelitian……….………..………….... 7

1. Manfaat Teoritis………. 7

2. Manfaat Praktis……….. 7

BAB II KAJIAN TEORITIK,KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 8 A.Kajian Teori………. 8

1. Contextual teaching and learning………... 8

2. Konsep Pengembangan Modul……… 19

3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa……….. 24

B. Penelitian Yang Relevan………. 25

C.Kerangka Berpikir………... 27

D.Hipotesis……….. 29

BAB III METODE PENELITIAN ………. 30

A.Waktu dan Tempat Penelitian………. 30

B.Pendekatan Penelitian ………... 30

C.Subyek Penelitian……….………... 32

D.Sumber Data dan Sampling………... 33

E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data ………... 33

F. Validitas Data………. 35

G.Analsis Data……… 36

H.Indikator Keberhasilan……… 38

I. Prosedur Penelitian……….. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 50

A.Lokasi Penelitian………... 50

B.Pelaksanaan Siklus……….. 52


(9)

ix

2. Pelaksanaan Siklus II……….. 68

C.Hasil dan Pembahasan………. 79

1. Hasil Penelitian……….. 79

a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa………... 80

b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………. 83

c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa……….. 85

2. Pembahasan………... 86

a. Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa…... 86

b. Penggunaan Model Contextual Teaching And Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar Keperawatan Jiwa………. 89

c. Penggunaan Model Contextual teaching and Learning untuk meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa……….. 90

D.Keterbatasan……… 92

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………. 93

A.Saran……… 93

B.Implikasi……….. 94

C.Saran……… 94

Daftar Pustaka………... 95


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian………..…….. 27

Gambar 2 Langkah-langkah PTK………... ……….……… 32

Gambar 3 Kerangka Kerja Penerapan CTL……….. 50


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran………..……... 80

Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ………... ……….. 82 Tabel 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL……… 83

Tabel 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa………... 84

Tabel 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL……….. 84


(12)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Data Hasil Observasi Rencana Proses Pembelajaran……..…….... 80

Diagram 2 Hasil Observasi Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ………... ……….. 82

Diagram 3 Hasil Motivasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran CTL………... 83

Diagram 4 Hasil Ketuntasan Belajar Mahaisswa……….. 84

Diagram 5 Prestasi Belajar Mahasiswa pada Pembelajaran CTL………. 84


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….. 98

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran Siklus II………... 102

Lampiran 3 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sebelum Tindakan… 106 Lampiran 4 Panduan Wawancara Respon Mahassiwa Sesudah Tindakan…. 107 Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Dosen ……… 108

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Mahasiswa ………. 110

Lampiran 7 Instrumen Kuesioner ……….. 113

Lampiran 8 Garis-Garis Besar Program Pembelajaran ………. 116

Lampiran 9 Hasil Keterlaksanaan RPP ……….. 124

Lampiran 10 Data Aktivitas Mahasiswa Dalam Pembelajaran CTL.………. 126

Lampiran 11 Analisis Ketuntasan Belajar ………. 129

Lampiran 12 Tabel Pelaksanaan Praktek Asuhan Keperawatan Jiwa ……... 134

Lampiran 13 Tabel Hasil Tes Motivasi Post CTL ………. 137

Lampiran 14 Soal Pre Post Siklus ………. 141

Lampiran 15 Lembar Jawaban Ujian ………. 147

Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Tes ………... 148

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Obyektif ………. 149

Lampiran 18 Tabel Induk Data ……….. 151

Lampiran 19 Analisis Butir Soal ……… 153

Lampiran 20 Analisis Daya Beda ……….. 158

Lampiran 21 Olah Data Analisis Daya Beda ………. 160

Lampiran 22 Verifikasi Butir Soal ………. 163

Lampiran 23 Validitas Butir Soal ……….. 164

Lampiran 24 Gambar Kegiatan CTL ………. 169

Lampiran 25 Surat Permohonan Ijin Penelitian ………. 170


(14)

xiv ABSTRAK

Reliani, S540209316, 2010. Model contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa Unutk meningkatkan Pembelajaran Keperawatan Jiwa, Tesis Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pasca Sarjana, , Universitas Sebelas Maret 2010.

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui 1) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran, 2) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan hasil belajar dan 3) penggunaan model Contextual Teaching And Learning dan Modul asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan praktek keperawatan jiwa.

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri 2 siklus, subyek penelitian atau sampel penelitian adalah mahasiswa semester enam dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan kuesioner kemudian data divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori. Teknik analisis dengan menggunakan reduksi data, sajian data dan verifikasi.

Pelaksanaan siklus I dan II meliputi meliputi tujuh komponen pembelajaran model Contextual Teaching And Learning yaitu komstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Pada pelaksanaan siklus I masih ditemukan adanya kekurangan yang berupa pelaksanaan RPP oleh peneliti 87,5% sangat baik tetapi masih belum dilakukan secara sistematis pada tahap modelling, aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa dalam kategori 100% tinggi. Hasil belajar siklus I didapatkan masih ada mahasiswa yang tidak tuntas belajarnya sedangkan yang tuntas sebesar 67,8% dan praktek asuhan keperawatan siklus I pada kategori sangat baik sebanyak 67,8% dan masih ada mahasiswa yang masih rendah nilai praktek keperawatan jiwa. Pada siklus II pelaksanaan RPP oleh dosen 100% sangat baik. Aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sangat baik 12,5%. Motivasi mahasiswa 100% tinggi. Hasil belajar pada siklus II 97,5% sangat baik. Sedangkan pelaksanaan praktek didapatkan hasil 90% sangat baik.

Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran keperawatan jiwa, prestasi belajar dan praktek keperawatan jiwa sehingga peneliti menyarankan perlunya penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dalam perkuliahan.

Kata kunci: contextual teaching and learning modul, kompetensi asuhan keperawatan


(15)

xv ABSTRACT

Reliani, S540209316, 2010. The Contextual model of Learning and Teaching Modules And Soul fatherly care Nursing Mental Enhance Learning, Thesis : The Master of the Family Medicine Department in Health Professions Education Program Postgraduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

The research aims to describe the effect of Contextual Teaching And Learning and teaching module Mental Nursing care in an effort to learning, learning achievement and competency of the soul of nursing care.

This research design was used in Class-Action Research (Classroom Action Research), which comprises two cycles, the subject of research or study samples are four-semester students with a sampling technique using total sampling. Collecting data using unstructured interviews and observation, and questionnaires and then validated by using triangulation of data sources, triangulation techniques and triangulation theory. Analysis techniques using data reduction, data and verification.

The research haved seven step in Contextual Teaching And Learning that were konstruktivisme, inquiry, questioning, modelling, community learning, refleksi dan auntenthic assessment. Teaching activity categories very good of 87,5%, Student activity for study categories in cycle I of 2,5% is very good and Motivation competency sycle I 100% better. Based the result of a cycle of learning and menthal health care nursing in cycle I categories as many as 67,8% improved competence was 67,8%. In the cycle I still not better so this research use one cycle again. In the cycle II teaching activity in categories very good of 100% student activity was 12,5%, And Motivation competency sycle II 100% better. Student result from this cycle II is 97,5% was very good, and improved competence in menthal health care nursing 90% was good. The above data show an increase in academic achievement, student result and improved competence.

Conclusion The study showed an increase in learning achievement and competency of the soul of nursing care so that the researcher suggests the need for the application of contextual learning Teaching And Learning in lectures.

Keywords: Contextual Teaching and Learning Modules, Competency of nursing care


(16)

xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Keperawatan Jiwa dideskripsikan sebagai mata kuliah yang mempelajari dan mengkaji konsep asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan, halusinasi, waham, gangguan konsep diri: harga diri rendah, isolasi social: menarik diri.

Dalam kegiatan pembelajaran mata kuliah ini umumnya dilakukan dengan ceramah dan diskusi (metode clasikal), penugasan dan role play sehingga terkesan monoton, kurang menarik dan membuat mahasiswa tidak mandiri dalam belajar. Padahal Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, standar kompetensi Keperawatan Jiwa tidak hanya sekedar akumulasi dari sejumlah pengetahuan yang dihafal (aspek kognitif) tetapi juga pengembangan sikap (aspek afektif) dan ketrampilan tertentu yang tercermin dalam perilaku kehidupan (aspek psikomotor).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian evaluasi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, nilai Keperawatan Jiwa pada tahun 2008-2009 kurang dari 65% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Kenyataan ini menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa terhadap


(17)

xvii

mata kuliah keperawatan jiwa khususnya pada pokok bahasan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Berdasarkan data dari bagian profesi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya bahwa pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada mahasiswa yang praktik profesi Ners tahun ajaran 2009-2010 hanya mencapai 62% dari jumlah mahasiswa yang mencapai nilai hasil belajar tuntas (KKM ≥ 65 %). Berdasarkan laporan pembimbing klinik kepada bagian profesi bahwa sebagian besar mahasiswa kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan halusinasi. Hal ini disebabkan karena pasien dengan halusinasi yang dirawat di Rumah Sakit rata-rata masuk tahap keempat diman pasien dikuasai oelh halusinasinya sehingga cenderung mengalami gangguan konsep diri, menarik diri, asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa diperlukan teknik khusus berkomunikasi dengan penderita.

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan, dengan teknik pembelajaran seperti yang diterapkan selama ini pada mata kuliah keperawatan jiwa, untuk mencapai tujuan pembelajaran berupa mahasiswa mampu mencapai kompetensi sampai tahap psikomotor akan sulit dilaksanakan. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang berupa kognitif, afektif dan psikomotor maka diperlukan pembelajaran yang mengaitkan teori dengan dunia nyata. Salah satu pendekatan pembelajaran yang ditawarkan untuk diteliti adalah melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).


(18)

xviii

Secara umum pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu cara belajar yang membantu dosen mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektifitas, yakni kontruktivisme (Contructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002). Sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa melakukan dan mengalami bukan menerima transfer pengetahuan dari dosen.

Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membutuhkan media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa


(19)

xix

sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya (Arief Sidharta, 2006). Modul merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang berupa media cetak. Dalam modul asuhan keperawatan jiwa berisi strategi pengorganisasian materi pembelajaran yang terdiri dari squancing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukan kepada mahasiswa keterkaiatan atara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Adapun manfaat modul asuhan keperawatan jiwa yaitu membantu mahasiswa menyiapkan belajar mandiri, memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar pada mahassiwa dan dapat memonitor kegiatan belajar mahasiswa. Selama ini pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya hanya memanfaatkan media cetak yang bersumber pada buku jika metodenya ceramah dan pada ranah kognitif dan afektif, sedang ranah psikomotor dengan role play.

Sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Jiwa Menur selain sebagai pelayanan kesehatan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kesehatan Jiwa maka Keberadaan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media nyata proses pembelajaran sudah selayaknya dimanfaatkan oleh cititas akademik khususnya bidang kesehatan sebagai media pembelajaran seperti Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Keuntungan lain yang di dapat dari pembelajaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya karena


(20)

xx

jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap rata-rata selama 3 bulan terakhir terhitung Bulan November 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 sebanyak 200 orang dengan masalah keperawatan yang komplek meliputi: 68% pasien gangguan jiwa mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi, 15% mengalami perilaku kekerasan, 7 % mengalami gangguan konsep diri: HDR, 5 % mengalami gangguan proses piker: waham dan 5 % gangguan keperawatan lainnya. Keuntungan lain menggunakan Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai media pembelajaran adalah asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa telah dijalankan perawat dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai role model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran ini diharapkan kegiatan perkuliahan lebih terarah dan sistematik sehingga pembelajaran akan lebih optimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan modul di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebagai media pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan halusinasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian inia adalah:


(21)

xxi

1. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa?

2. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa?

3. Apakah penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Tujuan Khusus

1. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.

2. Untuk menjelaskan bahwa penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.


(22)

xxii

3. Menjalaskan penggunaan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang kegunaan dan fungsi pembelajaran model Contextual Teaching And Learning dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa, hasil penelitian ini akan membantu mengoptimalkan pemahaman pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Bagi Dosen sejawat, selain memberi pengalaman di dalam melakukan penelitian tindakan kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan didalam mengembangkan model pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa.

3. Bagi Pendidikan, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumbangan yang baik dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran di pendidikan


(23)

xxiii BAB II

KAJIAN TEORITIK, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Comtextual Teaching And Learning

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata (Blanchard, 2001).

CTL terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata atau masalah otentik yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, mahasiswa, dan tenaga kerja (University of Washington, 2001).

Menurut Piaget, pengajaran yang baik harus melibatkan anak dengan situasi – situasi dimana anak itu mandiri, melakukan eksperimen, yaitu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda – tanda dan symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabanya, mencocokan apa yang ia temukan pada saat yang lain (Ibrahim dan Nur, 2000).

Seperti halnya Piaget, Vygotsky, dalam Ibrahim dan Nur (2000), bahwa perkembangan intelektual anak terjadi pada saat individu berhadapan dengan


(24)

xxiv

pengalaman menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Sementara itu interaksi social dengan teman lain dalam kelompok – klelompoknya dapat memacu terbentuknya ide – ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Dari pengertian di atas maka karakteristrik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah (1) kerja sama; (2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan gairah; (5) pembelajaran terintegerasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7) siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Depdiknas 2001).

Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dosen harus melaksanakan beberapa hal berikut ini:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh mahasiswa

2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup mahsiswa memalui proses penkajian secara seksama

3) Mempeajari lingkungan sekolah mahsiswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkan konsep yang akan dibahas dalam proses CTL

4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang akan dipelajari dengan mempertimbangkan pegalaman yang dimiliki mahasiswa dan lingkungan kehidupan mereka.


(25)

xxv

5) Melaksanakan pembelajaran dengan selalu mendorong mahasiswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang teah dimiliki mahasiswa

6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman mahasiswa.

b. Teori – Teori yang Mendukung Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Teori – teori belajar yang mendasari CTL anatara lain sebagai berikut ini: 1. Konstuctivitisme berbasis pengetahuan (Knowledge – based constructivism)

Baik instruksi lansgsung maupun kegiatan konstruktivitas dapat sesuai dan efektif di dalam pencapaian tujuan belajar siswa

2. Pembelajaran berbasis usaha/teori pertumbuhan kecerdasan (effort-based/incremental Theory of Intellegence), peningkatan usaha seseorang untuk menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori berlawanan dengan gagasan bahwa kecerdasan seseorang tidak dapat diubah.

3. Sosialisasi (Socialization), anak – anak mempelajari standar, nilai – nilai, dan pengetahuan kemasyarakatan dengan mengajukan pertanyaan dan menerima tatangan untuk menemukan solusi yang tidak segera terlihat. Belajar adalah suatu proses social, oleh karenanya factor social dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan pembelajaran.

4. Pembelajaran situasi (Situasional learning), pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik tertentu dan konteks social


(26)

xxvi

5. Pembelajaran distribusi (Distributed Learning), pengetahuan mungkin di berbagai bidang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain, dan berbagai benda dan bukan semata – mata sebagai suatu kekayaan individual.

c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Untuk melaksanakan pembelajaran CTL, dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya perlu langkah-langkah pendekatan konstektual berikut ini:

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya

2. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Melakukan penilaian otentik dengan berbagai cara

Tujuh prinsip CTL dan penerapannya yang adaptasi dari buku Pendekatan Kontekstual (Depdiknas, 2002) adalah sebagai beriku:

1. Konstruktivisme (constructivism)

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit


(27)

xxvii

demi sedikit , yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivitas adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke suatu lain, dan apabila dikehendai, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses pebelajaran tersebut dengan:

a. Menjadikan pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

Aplikasi komponen konsktruktivisme dalam penerapan penelitian ini adalah:


(28)

xxviii

a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry:

a. Observasi (Observation) b. Bertanya (Questioning)

c. Mengajukan dugaan (Hipothesis) d. Pengumpulan data (data gathering) e. Penyimpulan (Conclusion)

Dalam Penelitian ini kegiatan inquiry yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran CTL adalah:

1. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa 2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian

3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian 4. Mahasiswa menentukan core problem


(29)

xxix

5. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan 6. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan

7. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan

3. Bertanya (Questioning)

Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertany berguna untuk: Menggali informasi, mengecek pemahaman mahasiswa, membangkitkan respon mahasiswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan mahasiswa, mengetahui hal – hal yang sudah diketahui mahasiswa, memfokuskan perhatian mahasiswa pada sesuatu yang dikehendaki dosen, membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, dan untuk mnyegarkan kembali pengetahuan mahasiswa.

Questioning dapat diterapkan dalam semua aktivitas belajar misalnya saat diskusi, belajar kelompok, ketika menemui kesulitan, ketiak melakukan pengamatan antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, anatar mahasiswa dengan orang lain.

Penerapan komponen Questioning pada penelitian ini adalah: 1. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok

2. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang mahasiswa baru saja mempelajari mengenai pengkajian pada pasien sizophrenia, ia bertanya pada


(30)

xxx

temanya “bagaimana cara melakukannya? Tolong bantuin, aku!” lalu temanya yang sudah biasa, menunjukan cara melakukan pengkajian pada pasien sizophrenia. Maka, dua mahasiswa atersebut sudah membentuk masyarakat-belajar (learning community)

Dalam kelas CTL dosen disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasaan segera, memberi usul, dst.

Masyarakat-belajar bias terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. “seorang guru yang mengajari siswanya”bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya dating dari guru kea rah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang dating dari arah siswa. Dalam masyarakat belajar dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Metode pembelajaran dengan teknik Learning community sangat membantu pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran terwujud dalam:

a. Pembentukan kelompok kecil b. Pembentukan kelompok besar


(31)

xxxi

c. Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, dsb)

d. Bekerja dengan kelas sederajat

e. Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f. Bekerja dengan masyarakat

Aplikasi pendekatan kontekstual komponen masyarakat belajar dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen

5. Pemodelan (Modelling)

Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu. Atau dosen memberi contoh sebelum mahasiswa memperagakan sendiri. Dalam pendekatan CTL dosen bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan mahasiswa. Model juga dapat mendatangkan dari luar misalnya seorang ahli.

Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mneur telah melaksakan Asuhan keperawatan jiwa dan pendokumentasian proses keperawatan jiwa dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai model bagi mahasiswa dalam menerapkan pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Aplikasi pemodelan pada penelitian ini adalah:

a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dosen


(32)

xxxii

b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen

c. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok 6. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Pebelajaran mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Reflesi juga dapat diartikan sebagai respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Dosen membantu mahasiswa membuat hubungan-hubungan antar pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu mahasiswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari itu semua adalah, bagaiman pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung. Realisasinya dalam penelitian ini berupa:

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d. Diskusi

e. Hasil karya


(33)

xxxiii

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar mahasiswa. Gambaran perkembangan belajar mahasiswa perlu diketahui oleh dosen agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan dosen mengidentifikasikan bahwa mahasiswa mengalami kemacetan dalam belajar maka dosen segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar mahasiswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (semester).Pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi belajar tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajarn.

Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan mahasiswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

Karakteristic authentic assessment adalah:

a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Astinya penilaian untuk mendapatkan informasi secara utuh harus dilakukan secara komprehensi dan dilakukan pada saat-saat yang tepat selama dan setelah siswa belajar. Dengan kata lain pengukuran harus dilakukan di sepanjang proses belajar yang dijalani siswa (Ibrahim, 2005).

b. Bisa digunakan formatif atau sumatif. Pengukuran bukan hanya pada tes sumatif saja akan tetapi pada setiap proses belajar.


(34)

xxxiv

d. Berkesinambungan, artinya assessment dilakukan secara berkelanjutan, baik belajar produk, ketrampilan dan sikap.

e. Terintegrasi. Dalam assessment otentik diperlukan tugas assessment yang harus diselesaiakan siswa termasuk mencakup di dalam kesehatian siswa. f. Dapat digunakan sebagai umpan balik. Hal-hal yang bisa digunakan dasar

menilai prestasi siswa, berupa: proyek atau kegiatan dan laporanya, kuis, PR, karya siswa presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, journal, hasil tes tulis, atau karya tulis

Intinya, dengan authentic assessment pertanyaan yang akan di jawab adalah”Apahkah siswa belajar”, bukan “apa yang sudah diketahui?” jadi, siswa dinilai kemmapuannya dengan berbagai cara tidak hanya dari hasil ulangan teori

Aplikasi authentic assessment dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa

2. Konsep Pengembangan Modul a. Pengertian dan Pentingnya Modul

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.


(35)

xxxv

Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip.

Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan hasil belajar. Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul.

Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda, yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan yang sama, yaitu:

1) memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai tugas pelajaran tersebut;


(36)

xxxvi

2) menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Bermodul

Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut.

1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran.

2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran kooperatif konstruktivistik.

3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugastugas latihan yang terstruktur .

4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya.

5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran.

b. Ciri – Ciri Modul

Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut. 1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar


(37)

xxxvii

2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif.

3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.

4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran. 5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa

6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hasil penelitian terdahulu (Richard Duschl, 1993) menyatakan bahwa pembelajaran modul dalam pembelajaran konsep yang menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah


(38)

xxxviii

miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah. Di lain pihak, Santyasa, dkk (1999) menyatakan bahwa penerapan modul dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Model Pengembangan Modul

Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi criteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu:

1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri,

2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal,

3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa,

4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa,

5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat kemajuan belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah:

1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi dan sumber belajar, 2) analisis karakteristik pebelajar,


(39)

xxxix 3) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran,

4) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, 5) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, 6) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran.

3. Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan bagian dari kelompok ilmu keperawatan klinik. Fokus mata kuliah ini adalah pada pencapaian kompetensi asuhan keperawatan jiwa yang meliputi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan perilaku kekerasan, halusinasi, waham, isolasi social menarik diri dan harga diri rendah.

Keperawatan jiwa merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa keperawatan. Sesuai dengan pengertian kompetensi yaitu “….a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which became part of his or her being to exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviour”. Kompetensi adalah suatu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotormya.McAshan dalam Mulyasa (2005) Dengan demikian kompetensi keperawatan jiwa harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan pokok bahasan dalam Garis-Garis Besar Program Pemebelajaran Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya


(40)

xl

Dalam penelitian ini materi yang menjadi objek penelitian adalah asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi. Materi ini memberikan pengalaman pada mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam berpikir ilmiah melalui ketrampilan proses. Hal ini dapat digariskan dalam rencana pembelajaran, bahwa materi ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memberikan asuha keperawatan jiwa dengan sub pokok pembahasan: pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan pasien halusinsi, menentukan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan kepada keluarga, mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien halusinasi dan mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi

Materi ini menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan implementasi pada pasien. Ketrampilan proses ini meliputi ketrampilan mengamati, mengajukan hipotesis, berkomunkasi terapeutik secara baik dan benar, selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, memilah informasi factual yang relevan untuk menguji gagasan – gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.

B. Penelitian yang relevan

Untuk menujukan keterkaitan penggunaan pendekatan kontekstual (CTL) dan modul sebagai upaya optimalisasi pembelajaran keperawatan jiwa, kiranya dapat dikemukakan hasil penelitian yaitu:

Hasil penelitian Astuti (2004) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual


(41)

xli

Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Hasil penelitian ini adalah pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dan adanya perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rata-rata tes siklus I yang mencapai 63,77 dan hasil siklus II dan silus II sebesar 74,23. Adanya peningkatan dengan presentase rata-rata 80%. Berdasarkan hasil nontes juga mengalami perubahan tingkah laku, seperti kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian siswa dalam menerima pembelajaran.

Hasil penelitian Eko priyono (2009). Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2. Hasil peneltian menunjukan bahwa penggunaan CTL pada praktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2 mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dengan ketuntasan belajar 89% dari jumlah mahasiswa mencapai nilai hasil belajar tuntas (MKK = 68)

Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/2007). Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah antara yang belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia VCD dan bermedia Gambar. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia VCD menghasilkan kompetensi belajar Sejarah yang lebih baik


(42)

xlii

dibandingkan dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Bermedia Gambar, Terdapat perbedaan kompetensi belajar Sejarah siswa antara yang mempunyai minat belajar tinggi dan rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik kompetensi belajar Sejarahnya dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah,

C. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR Dosen/Peneliti: - Metode clasikal - Media: slide,

video, role play

Mahasiswa yang diteliti:

- Hasil belajar rendah - Kompetensi rendah Menggunakan: 1. Pendekatan kontektual (CTL) - Construktivisme - Inquiry - Questioning - Modelling - Community Learning - Autenthic assessmnet 2. Modul Asuhan

Keperawatan Jiwa

- Motivasi belajar meningkat - Hasil belajar

meningkat - Kompetensi asuhan keperawatan jiwa meningkat SIKLUS I Penerapan pendekatan pembelajaran

kontektual (CTL) dan modul asuhan keperawatan Jiwa secara berkelompok SIKLUS II Penerapan pendekatan pembelajaran

kontektual (CTL) dan modul asuhan

keperawatan Jiwa secara berkelompok


(43)

xliii

Gambar 1 Kerangka Pikir Pendekatan Contekstual Teaching and Learning dan Modul Asuhan keperawatan Jiwa

Berdasarkan gambar diatas dijelaskan bahwa kondisi awal pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya selama ini masih cenderung ke pembelajaran klasical yaitu pembelajaran yang berupa transfer ilmu dari dosen kepada mahasiswa (teacher centered) dan diskusi dari materi yang telah disampaikan. Pola seperti ini membuat mahasiswa tidak punya inisiatif untuk tahu lebih banyak dari materi yang disampaikan dan cenderung mudah lupa. Selain itu fenomena yang kita jumpai yaitu mahasiswa hanya dating, duduk, diam dan dengar. Sehingga mahasiswa cenderung bosan dan mudah mengantuk. Media pembelajaran yang ada cenderung berupa slide, video dan role play untuk demonstrasi asuhan keperawatan jiwa yang disampaikan.

Sudah saatnya mahasiswa mulai mandiri dalam proses belajar, sehingga mahasiswa diharapkan akan membangun sendiri pemahaman mereka. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak terkepas dari pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran memegang peran penting dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Kita sebagai dosen sudah mengetahui bahwa banyak sekali pendekatan pembelajaran yang dpat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengandung tujuh komponen yaitu konstruktivisme, inquiry, questioning, modeling, community learning dan autenthic assessment. Dalam pembelajaran kontekstual dengan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa,


(44)

xliv

mahasiswa dituntut untuk lebih aktif dalam menemukan konsep – konsep yang dibangun dari fakta yang mereka dapatkan, untuk kemudian dengan konsep itu mahassiwa dapat menarik kesimpulan dan dapat menghubungkan antara konsep yang didapat tersebut dengan pengetahuan sebelumnya. Siswa akan mengalami sendiri proses pembelajaran, mengamati, dan mendapatkan manfaatnya sehingga apa yang akan didapatkan itu tidak akan mudah terlupakan. Oleh karena itu dengan pemberian pendekatan tersebut, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuannya sehingga diharapkan pembelajaran akan optimal yang ditandai dengan peningkatan motivasi belajar, peningkatan kompetensi dan peningkatan hasil belajar.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, selanjutnya dapat disusun hipotesis tindakan sebagai petunjuk arah bagi penelitian sebagai berikut:\ 1. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan

Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa

2. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

3. Model Contextual Teaching And Learning dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa


(45)

xlv BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan Juli 2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya di Jalan Sutorejo No. 59 Surabaya dan RS Jiwa Menur Surabaya.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai orientasinya, jenis penelitian ini memiliki kelebihan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Menurut Susilo H (2009) penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflekstif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh pendidik atau calon pendidik di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK dimulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal – hal baru demi peningkatan kualitas pembelajaran. Desain PTK mengacu pada model Kemmis dalam Susilo H (2009) Penelitian


(46)

xlvi

Tindakan Kelas diartikan sebagai sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari: 1) praktik – praktik sosial maupun pendidikan, 2) pemahaman terhadap praktik – praktik tersebut, dan 3) situasi pelaksanaan praktik – praktik pembelajaran.

Menurut Susilo (2009) penelitian tindakan kelas ada beberapa tujuan yang dapat dicapai antara lain:

1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas

2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional pendidik kepada peserta disik dalam konteks pembelajaran di kelas

3. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru

4. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari – hari.

Bila digabungkan definisi di atas, maka diperoleh suatu batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses ivestigasi terkendali yang berdaur ulang atau siklus dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan – perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi kependidikan.

Proses siklus aktivitas dalam penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Susilo (2009) adalah sebagai berikut:


(47)

xlvii

Gambar 2: Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas

C. Subyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa semester VI Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Planning

SIKLUS I

Observed

Replan

SIKLUS II

Observed

SIKLUS BERIKUTNYA

Action

Action Reflection


(48)

xlviii

tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 14 mahasiswa putra dan 26 mahasiswa putri.

2. Kedudukan Peneliti dalam Pembelajaran

Peneliti adalah dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa, sehingga dalam penelitian tidakan kelas, peneliti berperan sebagai pemberi tindakan, sedangkan sebagai observer, evaluator, dan sebagai reflektor adalah teman sejawat atau pakar dalam bidang pendidikan. Namun dalam menjaga obyektifitas penilaian, maka peneliti akan berkolaborasi dengan teman sejawat dan perawat yang ditunjuk menjadi pembimbing klinik RS Jiwa Menur Surabaya.

D. Sumber Data Dan Sampling

Dalam penelitian tindakan kelas ini data diperoleh dari beberapa sumber antara lain: 1. Mahasiswa sebagai subyek penelitian

2. Nara sumber berasal dari dosen tim pengajar Keperawatan Jiwa atau teman sejawat sebagai peer dan seorang expert yaitu Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai informan kunci tentang gambaran Program Studi S1 Keperawatan.

E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:


(49)

xlix

Wawancara ini dilakukan terhadap subyek penelitian yang mengetahui kondisi awal proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas. Bentuk pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara adalah semi terstruktur dan pertanyaan terbuka (open ended question). Bentuk pertanyaan terbuka ini dipilih didasarkan fenomena di lapangan bahwa informasi yang digali bersifat mendalam sesuai dengan sudut pandang informan sehingga informan memiliki kebebasan dalam memberikan informasi. Sedangkan semi terstruktur dipilih untuk mengantisipasi informasi yang diberikan informan melebar dari fokus penelitian. Semua hasil wawancara direkam dan hasil rekaman ditranskripsikan dalam suatu deskripsi tekstual. Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara.

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk siklus – siklus, selama proses pembelajaran pendekatan kontekstual (CTL). Alat pengumpulan datanya berupa pedoman observasi dan ceklist:

- Aktivitas dosen

- Partisipasi mahasiswa dalam CTL

- Penggunaan modul Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mencapai kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi

c. Kuisioner

Instrumen ini untuk mengukur kecenderungan sikap peserta didik terhadap pembelajaran yang diikutinya yaitu pendekatan kontekstual (CTL) dan modul asuhan keperawatan jiwa yang digunakan untuk memperoleh informasi. Hal ini


(50)

l

untuk mengetahui respon atau mtivasi belajar mahsiswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Alat pengumpulan datanya adalah angket atau kuesioner tentang tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan inquiry dan modul asuhan keperawatan jiwa.

d. Diskusi antar dosen dan observer tentang refleksi siklus PTK.

Tes tulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi pada akhir tindakan kelas berupa post test. Alat pengumpulan datanya adalah butir soal test.

F. Validitas Data

Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi (Triangulation). Ada empat macam teknik triangulasi yaitu: 1. Triangulasi data

Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. 2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada.

3. Triangulasi peneliti

Triangulasi peneliti dilakukan dengan mencari relevan penelitian sebelumnya dengan metode yang sama dengan tujuan mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar.


(51)

li 4. Triangulasi teori dalam Modul

Triangulasi teori dalam modul dilakukan dengan menyesuaikan standar kompetensi asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi.

Untuk menjaga validitas, peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat (peer) dan tim ahli (expert) yang diupayakan memperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Observer akan mengamati secara keseluruhan peristiwa yang terjadi di kelas 2. Tujuan, batas waktu dan rambu – rambu observasi jelas

3. Hasil observasi tercatat di checklist dalam instrument secara obyektif (Susilo dkk, 2009)

G. Analisis Data

Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, analissi data dalam PTK bias dilakukan dengan analisis diskriptif. Analsis diskriptif kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan pendidik hasil dari berdasarkan hasil observasi, wawancara dan refleksi. Sedangkan analisis diskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indicator kerja (Wina Sanjaya, 2009).

Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan / verifikasi.


(52)

lii b. Pengumpulan data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memadai dalam pengambilan keputusan.

c. Sajian data

Sebagai proses analisis data yang berintikan pengkajian dengan cara mengorganisasi informasi secara sistemik untuk mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan fenomena yang diteliti.

d. Reduksi data

Merupakan proses seleksi, memfokuskan, penyederhanaan dan abtraksi data. Proses ini berlangsung terus – menerus selama pengumpulan data sampai laporan akhir disusun. Pada waktu pengumpulan data berlangsung peneliti membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh di lapangan, membuat kode, memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dan menulis memo.

e. Penarikan kesimpulan / verifikasi

Merupakan kegiatan melakukan penarikan kesimpulan dari keadaan yang belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang memiliki landassan yang kuat dari proses analissi terhadap fenomena yang ada dan mendiskusikan permasalahan dengan pihak – pihak yang terkait sampai diperoleh kesepakan kesimpulan.


(53)

liii

Proses analisis dan interpretasi data dalam PTK diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan peneliti.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan kondisi akhir yang diharapkan peneliti pada penelitian tindakan kelas yang didasarkan pada pengalaman yang lalu. Adapun indicator keberhasilan pada penelitian ini meliputi:

1. Indikator keberhasilan pembelajaran keperawatan jiwa

Pembelajaran keperawatan jiwa dikatakan berhasil dengan indicator pencapaian nilai kategori baik dan sangat baik pada pelaksanaan RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan motivasi mahasiswa selama pembelajaran.

Indikator keberhasilan pelaksanaan RPP dan aktivitas mahasiswa:

≥ 80% = sangat baik 70-79 % = baik 60-69 % = cukup

≤ 59 % = kurang

2. Indikator keberhasilan hasil belajar

Bersumber pada hasil yang diperoleh dari pre siklus dan test siklus yang mencerminkan pemahaman mahasiswa pada konsep yang dipelajari diharapkan adanya peningkatan pemahaman sesuai nilai yang diperoleh masing – masing mahasiswa. Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai


(54)

liv

nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010.

3. Indikator keberhasilan praktek keperawatan jiwa

Minimal 75% dari jumlah mahasiswa mencapai nila hasil belajar tuntas (MKK = 66), sesuai dengan pedoman kurikulum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2009/2010.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus:

b. Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti menghadap kepada Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk minta ijin rencana penelitian yang menggunakan sampel mahasiswa kemudian dilanjutkan dengan minta ijin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur. Selanjutnya peneliti mengadakan kolaborasi dan pertemuan dengan teman sejawat (observer) untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, karakteristik, langkah – langka penelitian tindakan kelas ini.

c. Deskripsi awal

Dalam tahap ini peneliti bersama teman sejawat (observer) melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar Asuhan Keperawatan Jiwa yang masih berupa clasikal di Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu


(55)

lv

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Setelah proses belajar mengajar secara clasikal mahasiswa diberi test secara tertulis mengenai materi yang disampaiakan dan dilihat hasilnya. Hasil awal pengamatan tersebut maka akan digunakan peneliti sebagai refleksi dalam rangka perencanaan tindakan perbaikan sesuai kerangka berpikir dan prosedur penelitian.

Kegiatan Siklus I

a. Planning (Perencanaan)

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, modul asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi, membentuk kelompok, menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal dan pedoman penskoran, menyiapkan lembar jawaban, menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan hasil refleksi dan menyiapkan format penilaian hasil belajar

b. Acting (Pelaksanaan)

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi dengan pendekatan kontekstual (CTL). Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.


(56)

lvi

Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini Adalah:

1. Konsktruktivisme

a. Mahasiswa membangun pemahaman mereka (menyamakan persepsi) mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok

2. Inquiry

a. Mahasiswa melakukan observasi/pengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa

b. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian c. Mahasiswa menganalisis data pengkajian

d. Mahasiswa menentukan core problem

e. Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan f. Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan

g. Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan


(57)

lvii 3. Questioning

a. Mahasiswa bertanya kepada teman dalam satu kelompok

b. Mahasiswa bertanya kepada kelompok lain saat presentasi hasil kegiatan 4. Modelling

a. Dosen memperagakan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi setelah itu mahasiswa bersama kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa sesuai yang dicontohkan dose

b. Mahasiswa melakukan apa yang diperintahkan oleh dosen 5. Community Learning

a. Mahasiswa menyampaikan ide/pendapat kepada teman kelompok

b. Mahasiswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh teman atau dosen

6. Refleksi

a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu. b. Catatan atau jurnal di buku siswa

c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d. Diskusi

e. Hasil karya 7. Auntenthi Assessment

a. Mahasiswa mempresentasikan kegiatan asuhan keperawatan jiwa

b. Mahasisa membuat laporan hasil kegiatan penerapan asuhan keperawatan jiwa


(58)

lviii d. Observing (Observasi)

Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku mahasiswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh teman sejawat yaitu tim dosen keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dengan menerapkan instrument observasi yang telah disusun dalam tahap perencanaan yang meliputi:

1. Observasi terhadap dosen sebagai pelaksana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL).

2. Observasi terhadap mahasiswa selama proses pembelajaran brlangsung yang berupa kerjasama dengan kelompoknya, keaktifan dalam mengerjakan tugas, keaktifan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, dan sikap/ tanggapan mahasiswa terhadap teknik pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan kuisioner kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan.

e. Refleksi

1. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan hasil tes dan non tes siklus I dengan tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, kemudian dianalisis untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan serta hal-hal yang sudah baik dalam penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry.


(59)

lix

2. Dosen menentukan kesimpulan sementara dari hasil analisis. Masalah-masalah pada siklus I dicari pemecahan dan diperbaiki pada siklus selanjutnya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan untuk kesempurnaan hasil.

Kesimpulan tersebut dapat direfleksikan dari penguasaan dosen terhadap penerapan pembelajaran kontekstual komponen inquiry. Jika dalam refleksi ternyata penerapan pembelajaran ini sudah sesuai langkah – langkahnya berarti dosen telah melakukan komponen inquiry dengan benar. Namun jika yang ditargetkan belum tercapai kemungkinan masalah yang muncul adalah partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran pada setiap kegiatan.

Adanya masalah yang berkaitan dengan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran tersebut tentunya sangat mempengaruhi hasil proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya perlu adanya penyempurnaan tindakan pembelajaran. Penyempurnaan tersebut akan dilakukan pada kegiatan siklus II.

Kegiatan Siklus II

Siklus II dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus I. Tahap siklus II sama dengan siklus. Siklus II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dan meningkatkan pelaksanaan tindakan apabila hasil yang dicapai sudah memenuhi harapan. Adapun rencana kegiatan siklus II dapat didiskripsikan sebagai berikut:


(60)

lx

1. Pada tahap ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi tahap siklus I diperbaiki.

2. Dosen juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk siklus II 3. Dosen mengkoordinasikan kembali dengan teman sejawat.

4. Dosen menyiapkan modul pembelajaran. 5. Pembentukan kelompok sesuai dengan siklus I b. Acting (Tindakan)

1. Dosen memulai kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sesuai dengan langkah – langkah yang telah ada.

2. Dosen menjelaskan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pada siklus I. Kemudian siswa diberi bimbingan dan arahan agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada siklus II akan menjadi lebih baik.

3. Kegiatan dalam siklus II adalah apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pada tahap apersepsi, mahasiswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Dosen memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan, manfaat yang akan diperoleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk semakin lebih baik dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.

4. Langkah – langkah dalam pembelajaran kontekstual pada penelitian ini adalah:


(1)

cix

wajah langsung dari pasien.Sehingga pendokumentasian dari arah samping kegiatan praktek.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan sebagai berikut:


(2)

cx

1. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil Keterlaksanaan RPP oleh dosen, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan Motivasi mahasiswa yang meningkat pada setiap siklus. Pada siklus I hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 87,5%, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 2,5% sangat baik dan motivasi mahasiswa sebesar 100% tinggi. Pada siklus II hasil keterlaksanaan RPP oleh dosen sebesar 100 %, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sebesar 12,5% dan motivasi mahasiswa sebesar 100% tinggi

2. Penggunaan CTL dan Modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, hal ini terbukti pada hasil ketuntasan belajar mahasiswa pada siklus I sebesar 67,8% dengan nilai diatas 65 Sebanyak 13 Mahasiswa.Sedangkan pada siklus II hasil ketuntasan belajar mahasiswa sebesar 97,5% dengan nilai diatas 65 sebanyak 32.

3. Penggunaan CTL dan modul Asuhan Keperawatan Jiwa dapat meningkatkan praktek Keperawatan Jiwa, hal ini terbukti dari hasil nilai praktek Keperawatan Jiwa pada siklus I 27,5% sangat baik dan siklus II 90% sangat baik.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan CTL untuk meningkatkan pembelajaran Keperawatan Jiwa pada mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Jiwa dapat diimplikasikan pada: 1. Mahasiswa


(3)

cxi

Model CTL dapat meningkatkan pembelajaran Asuhan Keperawatan Jiwa dengan indikator peningkatan keterlaksanaan RPP, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran dan peningkatan motivasi mahasiswa terhadap pembelajaran sehingga dapat dilaksanakan pada kompetensi lainnya. Model CTL dapat meningatkan hasil belajar mahasiswa dan dapat meingkatkan praktek Keperawatan Jiwa.

2. Dosen

Dosen membimbing siswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalaha, kemampuan yang diperlukan adalah pemahamanan guru memahami kecakapan dan kejelian mahasiswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.

C. SARAN

1. Agar proses pembelajaran dengan menerapkan model CTL dapat dilaksanakan dengan baik dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan: dosen memberikan penjelasan prosedur pembelajaran dengan model CTL secara efektif dan sejels-jelasnya sepada mahasiswa, sehingga proses pembelajaran lebih terarah dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan.

2. Aplikasi model CTL dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: dosen membimbing mahasiswa secara aktif, membantu mahasiswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalahan, kemampuan yang diperlukan adalah pemahamanan dosen memahami kecakapan dan kejelian


(4)

cxii

mahasiwa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sehingga kebersamaan dalam menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang.

3. CTL berdasarkan kajian teoritik dan empiric sesuai untuk perkuliahan mahasiswa, sehingga disarankan untuk penerapan pola pembelajaran ini pada pokok bahasan lain


(5)

cxiii

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Astuti, dwi. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS SMK Negeri 8 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learninf. B.E.S.T. USA

Depdiknas, 2002. Pendekatan Kontekstual.Jakarta: Depdiknas

Eko priyono. 2009. Peningkatan Kualitas pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kebun Binatang Surabaya sebagai Media Paktikum Identifikasi Aves Mata Kuliah Taksonomi Hewan 2.

Harnawatiaj. Ilmu Keperawatan Jiwa. harnawatiaj.wordpress.com. Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.15

Irman Somantri. Perencanaan (1). irmanthea.blogspot.com. Tanggal 24 Januari 2009. Pukul 16.18

Nunuk Suryani, 2007. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Bermedia VCD Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Sejarah (Studi Eksperimen di SMA Negeri I Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan Tahun Pelajaran 2006/200).

Potter and Perry. 2005, Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses, Praktik, vol 1 edisi 4, alih bahasa asih yasmin, Jakarta: EGC

Sidharta, Arif. 2006. Media Pembelajaran Depdiknas Dierjen. PMPTK PPPG IPA.

Susili Herawati. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Solo: Bavumedia

Sutopo, H.B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi 2 Universitas Sebelas Maret Press.

TIM. Kesehatan Jiwa di Indonesia. fmpkj-samarinda.blogspot.com. Tanggal 24 Januari 2009. Pukul 16.03


(6)

cxiv

University of Washington (college of Education). 2001. Trainning for Indonesian Education Team in CTL. Seatle: Washington USA.

___________________________. 2009. Buku Pedoman Kurikurum akademik Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Yenichrist Under Keperawatan. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan Keluarga. yenibeth.wordpress.com. Tanggal 24 Januari 2009. Jam 16.30

_______________________________,Masalah-masalah Kesehatan Jiwa athearobiansyah.blogspot.com.Tanggal 23 januari 2009. pukul 15.00

_______________________________,Standart Praktek Keperawatan Jiwa. moveamura.wordpress.com. Tanggal 23 Januari 2009. Pukul 15.18