xxvi 5.
Pembelajaran distribusi Distributed Learning, pengetahuan mungkin di berbagai bidang sebagai pendistribusian dan penyebaran individu, orang lain,
dan berbagai benda dan bukan semata – mata sebagai suatu kekayaan individual.
c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Untuk melaksanakan pembelajaran CTL, dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya perlu langkah-langkah pendekatan konstektual berikut ini: 1.
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya 2.
Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topic 3.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4.
Menciptakan ‘masyarakat belajar’ belajar dalam kelompok-kelompok 5.
Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran 6.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan 7.
Melakukan penilaian otentik dengan berbagai cara Tujuh prinsip CTL dan penerapannya yang adaptasi dari buku Pendekatan
Kontekstual Depdiknas, 2002 adalah sebagai beriku:
1. Konstruktivisme constructivism
Constructivism konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
xxvii demi sedikit , yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas sempit dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivitas adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi
kompleks ke suatu lain, dan apabila dikehendai, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses pebelajaran tersebut dengan:
a. Menjadikan pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
Aplikasi komponen konsktruktivisme dalam penerapan penelitian ini adalah:
xxviii a.
Mahasiswa membangun pemahaman mereka menyamakan persepsi mengenai materi asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
b. Menyusun langkah kegiatan sebelum menerapkan langsung asuhan
keperawatan pada pasien halusinasi dan cara antisipasi masalah saat kerja kelompok.
2. Menemukan Inquiry
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry: a.
Observasi Observation b.
Bertanya Questioning c.
Mengajukan dugaan Hipothesis d.
Pengumpulan data data gathering e.
Penyimpulan Conclusion Dalam Penelitian ini kegiatan inquiry yang akan diaplikasikan dalam
pembelajaran CTL adalah: 1.
Mahasiswa melakukan observasipengkajian pasien dengan halusinasi sesuai dengan langkah – langkah pengkajian pada Modul Asuha Keperawatan Jiwa
2. Mahasiswa merumuskan masalah yang muncul dari hasil pengkajian
3. Mahasiswa menganalisis data pengkajian
4. Mahasiswa menentukan core problem
xxix 5.
Mahasiswa menentukan rencana tindakan keperawatan 6.
Mahasiswa mengimplementasikan rencana tindakan 7.
Mahasiswa mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengetahui keberhasilan tindakan
3. Bertanya Questioning