Sosialisasi Pembentukan MSF Penguatan kapasitas

U S A I D K i n e r j a Halaman 6 kesehatan sesuai standar. Dalam pelatihan ini, para petugas kesehatan juga belajar tentang pentingnya peran masyarakat bagi peningkatan kinerja puskesmas. Setelah MSF di tiga puskesmas percontohan terbentuk, inovasi ini dikembangkan ke tingkat Kota Jayapura. Perwakilan MSF Puskesmas Abepantai, Tanjung Ria dan Koya Barat bergabung menjadi satu forum, yang disebut Forum Peduli Pembangunan Kesehatan Waniambey atau yang lebih sering dikenal sebagi MSF Waniambey. Forum ini berperan memastikan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat puskesmas ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan. Proses pelaksanaan program MSF merupakan forum bagi para pemangku kepentingan bidang kesehatan untuk bersama- sama meningkatkan tata kelola layanan kesehatan. Melalui kerjasama dengan MSF, puskesmas dan dinas kesehatan diharapkan mampu a meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemangku kepentingan; b melakukan analisis tentang isu kesehatan tingkat kotadistrikpuskesmas; c mengembangkan mekanisme pengawasan dan partisipasi publik, salah satunya melalui survey pengaduan; d mengembangkan strategi dan melakukan kerja advokasi untuk perbaikan layanan; e mengembangkan rekomendasi untuk kebijakan terkait dengan pengelolaan kesehatan yang transparan, partisipatif dan dapat dipertanggungjawabkan, dan f mengembangkan strategi advokasi dengan melibatkan lembaga-lembaga non pemerintah, media, dan pembuat kebijakan di daerah untuk mendorong perbaikan layanan bidang kesehatan. Proses pelaksanaan program MSF ini difasilitasi oleh YHI melalui tahapan berikut:

1. Sosialisasi

Kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan pelayanan kesehatan merupakan konsep baru bagi sebagian besar pemangku kepentingan. Sosialisasi merupakan tahap yang sangat penting untuk memastikan seluruh pemangku kepentingan yang terkait paham dan sepakat bahwa peran masyarakat yang diwakili oleh MSF sangat diperlukan. Sosialiasi ini dilakukan melalui serangkaian pertemuan formal dan informal dengan para pemangku kepentingan, yaitu puskesmas, Dinas Kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, LSM, dan media. U S A I D K i n e r j a Halaman 7

2. Pembentukan MSF

Setelah para pemangku kepentingan menunjukkan kepercayaan dan komitmennya untuk membentuk MSF, tahap sosialiasi dilanjutkan dengan pertemuan lanjutan. Tujuannya adalah menentukan mekanisme, konsep, dan strategi pembentukan MSF, struktur pengurusnya, dan mengidentifikasi individu lembaga yang akan menjadi pengurus MSF. Calon pengurus MSF dipilih berdasarkan komitmen, kapasitas, waktu, kecukupan dan kesediannya secara langsung untuk menjadi bagian dari forum. Pada tahap ini, status MSF juga dibicarakan untuk menjamin keberlangsungannya. MSF di tingkat distrikpuskesmas mendapat SK dari Kepala Distrik. Sedangkan, MSF di tingkat Kota akan mendapatkan SK dari Walikota.

3. Penguatan kapasitas

Penguatan kapasitas MSF dilakukan agar mereka dapat menjalankan perannya untuk memonitor pelayanan publik dan melakukan advokasi perbaikan pelayanan. Pada tahap ini, MSF mendapat pelatihan di dua area kunci: a. Pelatihan peran dan fungsi MSF Pada tahap ini MSF lebih banyak mendalami tentang untuk apa ada MSF, apa peran MSF, merumuskan visi dan misi dan menterjemahkannya menjadi program yang lebih riil, serta membuat rencana kerja forum. b. Pelatihan strategi advokasi Pelatihan ini diarahkan untuk mengkaji strategi advokasi yang akan dilaksanakan oleh MSF untuk menjalankan perannya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan peran mediasi untuk meningkatkan pelayanan puskesmas. Selain itu, MSF juga mulai didampingi dalam mempraktekkan cara melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan dan DPRD agar mereka mendukung rekomendasi perbaikan pelayanan kesehatan puskesmas. Materi pelatihan ini mencakup pembuatan rekomendasi kebijakan untuk perbaikan pelayanan, mekanisme dan strategi advokasi, teknik advokasi, teknik fasilitasi, komunikasi dan advokasi. U S A I D K i n e r j a Halaman 8

4. MSF menjalankan tugas dan perannya