U S A I D K i n e r j a Halaman 60
1. Kerjasama lintas sektor untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak berjalan. Selama ini hubungan antara puskesmas, P2TP2A dan
kepolisian tidak selaras. Mereka tidak saling mengenal dan tidak memahami peran setiap lembaga. Hubungan P2TP2A dan puskesmas hanya sebatas melakukan
sosialisasi. Selain itu, tidak ada sistem yang memungkinkan puskesmas merujuk korban kekerasan ke P2TP2A sehingga korban tidak bisa mendapatkan bantuan yang
semestinya.
2. Keterbatasan kapasitas petugas kesehatan dan staff P2TP2A. Meskipun P2TP2A
Kota Jayapura telah berdiri sejak November 2008, masih banyak staff yang kurang memahami tentang alur penanganan kasus kekerasan karena tidak ada panduan
tertulis. Mereka hanya merujuk korban yang melapor ke kepolisian tanpa melibatkan layanan kesehatan sehingga mereka tidak mempunyai bukti medis yang akurat.
Selain itu, puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan pertama hanya memberikan pengobatan fisik bagi pasien yang diduga mengalami tindak kekerasan tapi tidak
mendokumentasikan kasus dengan baik. Mereka tidak memiliki kapasitas cukup untuk menggali dan memastikan pasien yang diduga sebagai korban benar-benar mengalami
kekerasan. Mereka juga tidak mendokumentasikan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan baik sehingga mereka tidak mempunyai data akurat
tentang kejadian kasus di wilayah mereka. “Kita sebagai petugas kesehatan, batasnya
hanya mengobati saja, menerapi fisik, merawat luka ”, ujar Syiska, bidan di Puskesmas
Koya Barat.
3. Tidak ada transfer pengetahuan ketika terjadi mutasi staff P2TP2A. SK Walikota
hanya mencantumkan instansi sebagai penangggungjawab penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak. Hal ini diperburuk dengan kurangnya transfer
pengetahuan antar staff ketika terjadi mutasi sehingga P2TP2A harus terus mengulang penguatan staff baru.
4. Masyarakat tidak mengenal layanan KtPA. Banyak perempuan di Kota Jayapura tidak
menyadari bahwa dirinya menjadi korban kekerasan sehingga isu tersebut tidak dianggap penting di masyarakat. Hal ini membuat banyak masyarakat tidak mengetahui
layanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
U S A I D K i n e r j a Halaman 61
Bentuk inovasi
Layanan terpadu penanganan KtPA merupakan program yang baru pertama kali dilaksanakan
di Kota Jayapura. Program ini bertujuan membantu pemerintah daerah menangani KtPA dengan mengacu pada standar pelayanan publik serta menurunkan angka kekerasan.
Meskipun program ini telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, program KtPA di Kota Jayapura berbeda karena mempertemukan sisi penyedia dan pengguna layanan.
Di sisi penyedia layanan, program ini membantu pemerintah daerah untuk: Membangun jejaring kuat antara SKPD terkait, seperti dinas kesehatan, dinas sosial
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB, kepolisian, sekretariat daerah, Bappeda, dan masyarakat;
Membuat rencana kegiatan bersama untuk menangani KtPA; Melibatkan masyarakat MSF dan kelompok pendukung dalam penanganan KtPA;
Meningkatkan kapasitas teknis staff lembaga yang berwenang menangani KtPA, seperti
pusat layanan kesehatan, kepolisian dan P2TP2A untuk melakukan konseling dasar;
Gambar atas. Salah satu petugas kesehatan di Puskesmas Tanjung Ria melakukan konseling kepada pasien yang diduga mengalami kekerasan.
U S A I D K i n e r j a Halaman 62
Membangun sarana percontohan untuk menangani KtPA; Melakukan edukasi kepada masyarakat luas tentang KtPA dan layanan terpadu untuk
menangani korban kekerasan; Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di tingkat puskesmas dan
kabupaten. Membangun kapasitas Puskesmas sebagai pusat layanan bagi korban kekerasan
Sementara itu, program ini membantu masyarakat sebagai pengguna layanan untuk: Memberikan masukan terhadap penyusunan prosedur operasi standar SOP
penanganan ktpa dan rencana aksi daerah RAD pencegahan dan penanganan KtPA Membentuk kelompok dukungan support group untuk membantu para penyintas
kekerasan berbagi pengalaman dan ketrampilan; Mengidentifikasi,memberikan konseling awal dan merujukkan korban KtPA di sekitar
mereka sedini mungkin; Memantau dan terliibat dalam evaluasi pelaksanaan program.
Proses pelaksanaan program
Sejak Desember 2013, Kota Jayapura bekerjasama dengan LSPPA, salah satu LSM mitra USAID-Kinerja, untuk melaksanakan program layanan terpadu KtPA di tiga puskesmas mitra.
Program ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Membangun komitmen bersama antara SKPD terkait dan lembaga lain untuk menangani KtPA. Strategi ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh pemangku
kepentingan yang terlibat dapat bekerjasama secara efektif. Pelaksanaan strategi ini dipimpin oleh BPPKB. Strategi ini diawali dengan sosialisasi program layanan terpadu
untuk perempuan dan anak korban kekerasan dan penyusunan rencana kegiatan bersama. Kegiatan ini melibatkan dinas kesehatan, dinas sosial, P2TP2A, kepolisian,
sekretariat daerah, Bappeda, dan masyarakat. Kemudian, sosialisasi tersebut diikuti dengan penyusunan prosedur operasional standar
SOP penanganan KtPA. Kegiatan ini melibatkan penyedia layanan kesehatan, seperti rumah sakit dan puskesmas, perwakilan masyarakat di tingkat distrik yang tergabung
dalam forum multi-stakeholder MSF dan kelompok dukungan, kepolisian, dinas
U S A I D K i n e r j a Halaman 63
kesehatan, dinas sosial, dan P2TP2A. Para pihak yang terlibat menggunakan referensi SOP dari daerah lain yang telah melaksanakan program ini untuk mempermudah proses
pembuatannya. Untuk menjaga keberlangsungan program dan mencegah KtPA, pemerintah dan
masyarakat membuat rencana aksi daerah RAD. Kegiatan ini melibatkan dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas tenaga kerja, bagian hukum pemerintah daerah,
puskesmas, kepolisian, P2TP2A, masyarakat dan tokoh adat.
2. Penguatan kapasitas teknis untuk menangani KtPA. Strategi ini dilakukan untuk